BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam
mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang
penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng
dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang
penting, salah satunya adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan
dan penyerapan karbohidrat dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung
(HCL) yang dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti
peradangan pada dinding lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan
dan diet yang tidak normal attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa
mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling
banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam (IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut
merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh
sendiri (Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU
menderita gastritis akut.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus
memahami dan memberikan peran dan asuhan yang tepat karena komplikasi dari
gastrtits ini cukup berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian.
B.
Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya gastritis serta mengimplementasikan asuhan
keperawatan demam gastritis di lapangan.
2.
Tujuan khusus :
a.
Mengetahui
pengertian, etiologi, dan patofisiologi gastritis
b.
Mengetahui
pengkajian keperawatan pada kasus gastritis
c. Mengetahui diagnose yang mungkin
muncul dan perencanaan tindakan keperawatan
d.
Mampu
mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien
e. Mengetahui asuhan keperawatan pada
kasus gastritis
C.
Metode
Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk
studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan sebagai cara pemecahan
masalah. Sedangkan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan :
1.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan percakapan langsung dengan klien, keluarga
dan perawat ruangan.
2.
Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan sistematis
3.
Studi
Dokumentasi
Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan diagnostik, laboratorium, dan
catatan kesehatan lainnya.
4.
Studi
Kepustakaan
Pengumpulan data didapat dari sumber-sumber yang relevan untuk menunjang
data, dan selain itu dengan melakukan searching di internet.
D.
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis
menguraikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Berisi tentang konsep dasar yang mencakup pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,
komplikasi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, analisa data, diagnosa yang mungkin muncul dan
perencanaan tindakan keperawatan.
BAB III Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses
keperawatan dan catatan perkembangan.
BAB IV Kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep Teori Penyakit
1. Definisi
Gastrits adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, Khususnya selaput lendir
pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet yang sembrono
(Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ; Hinchliff, 1999
: 182).
Gastritis adalah inflamasi
dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492)
Gastritis merupakan suatu
keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
Gastritis adalah suatu
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara
hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. (Imu Penyakit Dalam
Jilid II)
Gastritis adalah peradangan
lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri
(Charlene. J, 2001, hal :
138).
Jadi gastritis itu adalah
Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada
bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau
gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan
terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa
tempat.
Gastritis
dibagi menjadi 2 yaitu :
a.
Gastritis akut
Salah
satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang
terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b.
Gastritis kronis
Gastritis
kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun
(Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner
dan suddart) Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
1)
Gambaran
hispatology
·
Gastritis kronik superficial
·
Gastritis kronik atropik
·
Atrofi lambung
·
Metaplasia intestinal
·
Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi
kalenjar-kalenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
2)
Distribusi
anatomi
·
Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering
dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa
karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut
disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung
menurun.
·
Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling
sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori.
2.
Anatomi dan Fisiologi
Lambung adalah sebuah
kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah
tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan
dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila
lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah
akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan
tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan
menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika
makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada
sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter)
akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung
cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat.
Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan
makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada di
mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim –
enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan
lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besi
pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa –
mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate
secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar
dari sifat korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi
ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan
meradangnya dinding lambung.
3. Etiologi
Penyebab dari Gastritis
dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
·
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti
inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan
digitalis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin
dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan
mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer,
Arif, 1999, hal : 492).
·
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum
diketahui. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga
pada peminum alkohol, dan merokok.
Penyebab lain adalah
·
Diet yang sombrono , makan
terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan makan-makanan yang terlalu
berbumbu atau mengandung mikroorganisme
Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang
peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan
mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal
ini dapat menyebabkan luka pada lambung.
·
Stress berat (sekunder)
akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula menyebabkan tukak
lambung akut. Infeksi
bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab
bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi
bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh penderita
bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud
komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya
4. Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang
berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan pelepasan atau sekresi
gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis nervus vagus, setelah
melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem saraf enterik,
kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga mukosa dalam
antrum lambung mensekresikan hormon gastrin dan merangsang sel-sel parietal
yang nantinya produksi asam hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi
pada mukosa lambung (Guyton, 1997: 1021-1022).
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak
mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi
kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan
peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi
dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis (Long, 1996 : 196).
Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat
karena mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung.
Jika asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah
akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin akan
merusak lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai darah,
keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi epitel.
Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat
menurunkan produksi mukosa lambung.
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf
yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak
antara lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan
kontraksi otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya
dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah
dan punggung.
Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat
parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin.
Selain itu nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena
menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat
menimbulkan mual dan muntah.
Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan
vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang
lama-kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapatberdampak pada
gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk
mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka faktor
intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan
terjadi anemia perniciosa (Horbo,2000: 9 ; Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066).
5. Komplikasi
a. Gastritis
Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena
stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas
maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf
simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl)
di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa
mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus,
mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan
pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan
produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri
ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).
Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup
penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga
erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram
negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori)
menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu
ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik). Sekali bersarang, bakteri Helicobacter
pylori dapat bertahan di perut selama hidup seseorang. Namun, sekitar 10-15
persen individu yang terinfeksi kadang-kadang akan mengalami penyakit luka
lambung atau usus duabelas jari. Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus
duabelas jari daripada di lambung.
Helicobacter pylori merupakan jenis bakteri Gram negative yang
berbentuk spiral dan sangat cocok hidup pada kondisi kandungan udara sangat
minim. Bakteri Helicobacter pylori berkoloni di dalam lambung dan
bergabung dengan luka lambung atau duodenum (lihat gambar). Infeksi oleh Helicobacter
pylori banyak ditemui pada penduduk di negara-negara berstandar ekonomi
rendah dan memiliki kualitas kesehatan yang buruk.
Menempel dan Menginisiasi pembentukan luka
Helicobacter pylori tinggal menempel pada permukaan dalam lambung
melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida yang spesifik
dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung. Mekanisme utama dari bakteri
ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA.
Racun VacA akan menghancurkan keutuhan sel-sel
tepi lambung melalui berbagai cara, diantaranya adalah melalui pengubahan
fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas parasel, pembentukan pori dalam
membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel).
Lokasi infeksi Helicobacter pylori di
bagian bawah lambung dan mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali
disertai dengan komplikasi pendarahan dan pembentukan lubang-lubang. Peradangan
kronis pada bagian distal lambung meningkatkan produksi asam lambung dari bagian
badan atas lambung yang tidak terinfeksi. Ini menambah perkembangan tukak lebih
besar di usus duabelas jari.
Pada beberapa individu, Helicobacter pylori
juga menginfeksi bagian badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi,
menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya mempengaruhi borok di
daerah badan lambung tetapi juga kanker lambung. Kanker lambung merupakan
kanker penyebab kematian kedua di dunia.
Peradangan di lendir lambung juga merupakan
faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau
disebut dengan limfoma MALT (mucosa associated lymphoid tissue, jaringan
limfoid yang terkait dengan lendir). Infeksi Helicobacter pylori
berperan penting dalam menjaga kelangsungan tumor. Limfoma-limfoma dapat
merosot saat bakteri-bakteri itu dibasmi dengan antibiotik.
Helicobacter pylori hanya terdapat pada manusia dan telah
menyesuaikan diri di lingkungan lambung. Hanya sebagian kecil individu
terinfeksi berkembang menjadi penyakit lambung. Bakteri Helicobacter pylori sendiri
sangat beragam dan galur-galurnya berbeda dalam banyak hal, seperti perekatan
ke lendir lambung dan kemampuan menimbulkan peradangan.
Walau pada satu individu terinfeksi, semua
bakteri Helicobacter pylori tidak identik, dan selama jalur infeksi kronis,
bakteri menyesuaikan diri terhadap perubahankondisi-kondisi di lambung.
Tukak
lambung dan
usus duabela jari dapat diobati melalui penghambatan produksi asam lambung,
tetapi sering kali akan kambuh kembali akibat bakteri dan peradangan kronis
lambung tetap ada. Studi Marshall dan Warren menunjukkan bahwa penyakit tukak
lambung itu dapat diatasi hanya bila bakteri dibasmi dari lambung dengan
antibiotik.
Namun, penggunaan antibiotik secara serampangan
dapat mengakibatkan masalah serius, yaitu ketahanan bakteri melawan obat-obat
penting. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik melawan Helicobacter pylori
pada pasien-pasien yang tidak mengalami tukak
lambung dan
usus duabelas jari harus dibatasi.
6. Manifestasi Klinik
a. Gastritis akut erosive
Gastritis akut erosive sangat
bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang
dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat
mencolok adalah :
1)
Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung
sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2)
Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan
bahkan asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati,
biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3)
Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan
muntah.
4)
Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-
satunya gejala.
5)
Pada kasus yang amat ringan perdarahan
bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai
tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6)
Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan
kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga
menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi,
pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
b. Gastritis kronis
1)
Bervariasi dan tidak jelas
2)
Perasaan penuh, anoreksia
3)
Distress epigastrik yang tidak nyata
4)
Cepat kenyang
7. Pemeriksaan
Diagnostik
Menurut
priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien gastritis
adalah:
a.
Pemeriksaan
darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
b. Pemeriksaan endoskopi.
c. Pemeriksaan hispatologi biopsy
segmen lambung.
8. Penatalaksanaan Medis
a.
Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah
terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena
gastritis.
b. Uji
napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip
bahwa urea diubah oleh urease H. Pyloridalam lambung menjadi
amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat
diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan
feces
Tes ini
memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan
juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
dalam lambung.
d. Endoskopi
saluran cerna bagian atas
Dengan
tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan
tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes
ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai
efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman
pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen
saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis
Lambung
Tes
ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis.
Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor
pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis
stimulasi
Dapat
dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output)
setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini
untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
B.
Konsep Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Anamnesa meliputi :
1)
Identitas Pasien
a. Nama
b. Usia
c. Jenis kelamin : tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin
d. Jenis pekerjaan : tidak
dipengaruhi jenis pekerjaan
e. Alamat
f. Suku/bangsa
g. agama
h. Tingkat pendidikan :
bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/ minim mendapatkan pengetahuan
tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang
dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
i.
Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit saat ini
3) Riwayat penyakit dahulu
2)
Pemeriksaan fisik : Review
of System
a. B 1 (breath) : takhipnea
b. B 2 (blood) : takikardi,
hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit
pucat.
c. B 3 (brain) : sakit
kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri
epigastrum.
d. B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
e. B 5 (bowel) : anemia,
anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
f. B 6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3)
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan
darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat
H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena
gastritis.
b.
Uji
napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa
urea diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan
karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui
dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c.
Pemeriksaan
feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H.
Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d.
Endoskopi
saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih
20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes
ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
e.
Rontgen
saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f.
Analisis
Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan
tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung
puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa perangsangan.
Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu
tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
g.
Analisis
stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam
maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang
sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
4)
Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana
cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
2. Analisa Data dan Pathways
3. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan tentang
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. nyeri berhungangan dengan
stress asam lambung.
4. Intervensi Keperawatan
1. Defisit volume cairan
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
output cair yang berlebih (mual dan muntah).
·
Tujuan
:
Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
·
Kriteria
Hasil :
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan
output seimbang.
·
Intervensi
:
Intervensi
|
Rasional
|
Penuhi kebutuhan
individual. Anjurkan klien untuk minum (Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
1. Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi. Awasi tanda-tanda vital,
evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.
2. Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
3. Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi pasien.
|
1. Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam
fase segera.
2. Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan
penggantian cairan.
3. Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung
|
2. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
·
Tujuan
:
·
Gangguan
nutrisi teratasi
·
Kriteria
Hasil :
a. Antoprometri: Berat badan, lingkar
lengan atas kembali normal.
b. Albumin, hemoglobin normal.
c. Klinis : terlihat segar.
d. Porsi makan habis.
·
Intervensi
:
Intervensi
|
Rasional
|
1. Reduksi stress dan farmakoterapi seperti cytoprotective agent,
penghambat pompa proton, anatasida.
2. Koloborasi transfusi albumin.
3. Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori / kebutuhan nutrisi .
4. Tambahan vitamin seperti B12.
5. Batasi makanan yang menyebabkan peningkatan asam lambung berlebih, dorong
klien untuk menyatakan perasaan masalah tentang makan diet.
6. Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi.
|
1. Stress menyebabkan peningkatan produksi asam lambung, untuk klien
dengan gastritis penggunaan penghambat pompa proton membantu untuk mengurangi
asam lambung dengan cara menutup pompa asam dalam sel lambung penghasil asam.
Kemudian untuk penggunaan cytoprotective agent membantu untuk melindungi
jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. pada klien dengan gastritis
antasida berfungsi untuk menetralisir asam lambung dan dapat mengurangi rasa
sakit.
2. Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar albumin dalam darah kembali
normal sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.
3. Pemasukan individu dapat dikalkulasikan dengan berbagai perhitungan yang
berbeda, perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan
nutrisi.
4. Mencegah terjadinya anemia.
5. Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan yang
menyebabkan terjadinya gejala.
6. Program ini mengistirahatkan saluran pencernaan sementara , dan memenuhi
nutrisi sangat penting dan dibutuhkan.
|
3. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan kelemaha fisik.
·
Tujuan
:
Intoleransi aktifitas teratasi.
·
Kriteria
Hasil :
Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan
obat sesuai dengan indikasi.
2.
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
3.
Ajarkan klien metode penghematan energy untuk
aktivitas (lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas)
|
1.
Tirah baring dapat meningkatkan stamina
tubuh pasien sehinggga pasien dapat beraktivitas kembali.
2.
Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat
mendukung pola istirahat pasien.
3.
Klien dapat beraktivitas secara bertahap sehingga
tidak terjadi kelemahan.
|
4. Kurang pengetahuan tentang
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
·
Tujuan
:
Informasi tepat dan efektif.
·
Kriteria
Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
perawatan, pencegahan dan pengobatan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang
penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu
tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
2.
Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.
3.
Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat
membuat pilihan informasi tentang kontrol masalah kesehatan. Keterlibatan
orang lain yang telah menerima masalah yang sama dapat meningkatkan koping ,
dapat meningkatkan terapi dan proses penyembuhan.
|
1.
Pengkajian/evaluasi secara periodik meningkatkan
pengenalan/pencegahan dini terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan
pendarahan pada lambung
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkaijian
2.
Identitas
Identitas pasien
Nama : Tn A
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin :
laki-laki
Pekerjaan :
Pedagang
Pendidikan :
SD
Status :
Kawin
Identitas penanggung jawab
Nama : ny. N
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Hubungan dengan pasien : anak
3. Diagnosa Medis : Gastritis
4.
Waktu Dan Tempat
Tgl masuk rumah sakit :
Tgl pengkajian :
Tempat Praktik :
5.
Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Saat masuk Rumah sakit : Klien
datang Ke IGD RSUD Palabuhanratu jam 19.00 tanggal 19 september 2016 dengan keluhan nyeri pada ulu hati 4 hari
yang lalu disertai mual muntah
b. Saat pengkajian (PQRST) : Pada tanggal 21 september 2016 dilakukan
pengkajian, klien mengeluh nyeri pada ulu hati, dengan skala nyeri 5 disertai
mual muntah
c. Keluhan penyerta : Klien mengatakan tidak nafsu makan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
1)
Pernah
di rawat di Rumah sakit : Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit 3
tahun yang lalu, dengan penyakit yang sama
2)
Obat-obatan
yang pernah digunakan : Obat-obatan yang
sering digunakan ketika di rumah biasanya obat dari warung.
3)
Tindakan
(operasi) : Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi.
4)
Alergi : Klien mengatakan tidak memiliki alergi
makanan maupun alergi obat-obatan.
5)
Kecelakaan
: Klien mengatakan pernah mengalami
kecelakaan 3 tahun yang lalu.
6)
Imunisasi
: Keluarga mengatakan klien di imunisasi
pada saat masih kecil.
6.
Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Menejemen Kesehatan-Persepsi
Kesehatan
1) Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Pasien mengatakan pasien
tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
2) Perilaku untuk mengatasi masalah
kesehatan
Anak pasien mengatakan
jika sakit selalu berobat ke puskesmas.
3) Factor factor resiko sehubungan dengan
kesehatan
Anak pasien
mengatakan pasien sering tidak mau makan.
b. Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit :
Anak pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan tidur pasien tidak
terganggu. Tidur ±7-8 jam. Mulai pukul 21.00-05.00, tidur dengan nyenyak, tidak
gelisah, dan tidak sering terjaga pada malam hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan selama sakit
kebutuhan tidur pasien terganggu. Tidurnya tidak teratur, mulai pukul 19.00,
kadang hanya 1-2 jam kemudian terbangun, lalu tidur lagi. Pasien sering merasa
gelisah, tidurnya tidak nyenyak, dan sering terjaga pada malam hari karena nyeri
pada perutnya dan pasien merasa nyei pada luka di bokongnya.
c. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit makan dan minum pasien tidak
mengalami masalh. Makan 3x/hari dengan nasi, sayur, dan lauk dan habis 1 porsi.
Tidak mula dan tidak muntah. Minum ± 6-8 gelas/hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit nafsu makan pasien menurun. Makan
3x/hari namun sedikit sedikit dan tidak habis. Kadang pasien mengeluh mual dan
ingin muntah. Minum hanya sedikit, 3-4 gelas/hari.
d. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit BAB pasien teratur, 1x/hari, tidak
keras dan tidak cair. BAK sering, 5-6x/hari dan tidak nyeri saat BAK.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit BAB pasien tidak teratur, kadang 3
hari baru BAB. BAK hanya sedikit.
Pasien terpasang kateter, urin hanya sekitar 300 cc/hari.
e. Pola Kognitif Perseptual
Sebelum sakit :Anak pasien mengatakan pasien dapat
berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, dan mengerti apa yang dibicarakan
,berespon dan berorientasi dengan baik dengan orang-orang sekitar”.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit
pasien masih dapat berkomunikasi dan berespon dengan baik. Akan tetapi selama
sakit pasien jarang berbicara, berbicara hanya seperlunya saja.
f. Pola Konsep Diri
Gambaran diri : Anak pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh dengan kondisi
tubuhnya.
Identitas diri : Anak pasien mengatakan pasien masih dapat mengenali dirinya sendiri.
Peran diri : Anak pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dan
bekerja sebagai pedagang.
Ideal diri : Anak pasien mengatakan pasien selalu mengatakan ingin hidup dengan baik,
sehat, dan ingin melihat anaknya bahagia. Dan saat ini ibu berharap ingin cepat
sembuh.
Harga diri : Anak pasien mengatakan di rumah pasien sangat dihargai oleh anak,
menantu, dan keluarga.
g. Toleransi Stres Koping
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan jika mengalami
masalah pasien selalu bercerita dengan anak anaknya atau keluarganya dan
menyelesaikan masalah secara bersama sama.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit
jika mengalami masalah masih selalu bercerita pada anaknya. Dan jika merasa
tidak nyaman atau sakit pasien selalu mengatakan pada anaknya.
h. Pola reproduksi-seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan. Suami pasien sudah meninggal. Pasien
memiliki 2 anak perempuan.
i.
Pola
Hubungan peran
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien
dengan anak anaknya maupun keluarga lainnya sangat baik dan tidak ada masalah.
Pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan hubungan
pasien dengan anak dan keluarganya tetap baik dan tidak ada masalah. Selama
sakit pasien dirawat di rumah sakit sehingga tidak bisa bekerja seperti
biasanya.
j.
Pola
Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit
pasien selalu sholat 5 waktu.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit
pasien belum pernah sholat karena kondisi sakitnya.
7.
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot
bantu nafas, tidak ada massa, pola nafas normal. fokal fremitus normal, tidak
ada nyeri tekan, tidak teraba massa. suara paru sonor. suara paru vesikuler,
tidak terdengar wheezing dan ronkhi
b. Sistem kardiovaskular
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan
otot bantu nafas, tidak ada massa, ictus cordis tampak pada itercosta ke 5,
tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, pulse teraba kuat, batas-batas
jantung normal, suara redup, suara paru reguler, tidak terdengar gallop.
c. Sistem pencernaan .
abdomen flat, simetris, auskultasi gaster normal, peristaltik usus 5x/
menit. Suara lambung tympani, batas hepar normal, ada nyeri tekan di abdomen
bagian kiri, tidak terasa pembesaran hepar, tak teraba adanya massa. Mukosa
Bibir tampak kering. Lidah tampak putik dan kotor.
d. Sistem perkemihan
Karakteristik urine/BAK jernih, frekuensi 2-3 sehari,tidak ada nyeri
pinggang, tidak terpasang alat bantu BAK, tidak ada darah, bau khas, tidak ada
benjolan.
e. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik
f. Sistem genetalia
Klien tidak terpasang DC
g. Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, turgor
kulit baik, tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan pada sendi,tidak menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur,
kemampuan ADL mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat tidur, pindah,
ambulasi normal.
h. Sistem integumen
Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang,
tidak ada luka, tak ada edema, tidak ada memar, benjolan,lesi.
i.
Sistem
persarafan
Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, pupil isokor 3 mm, gerak
bola mata bebas ke segala arah, GCS 15, Kesadaran compos mentis, orientasi
waktu, tempat, orang normal. Brudzinki negatif, kaku kuduk negatif.
8.
Terapi Obat
a. Peroral : Sukralfat, Paracetamol
b. Parenteral : RL/12 jam
JENIS TERAPI
|
RUTE TERAPI
|
DOSIS
|
INDIKASI TERAPI
|
Omeprazole inj
|
Parenteral (IV)
|
2 x 1 amp
|
Pengobatan anti emetik
|
Ondansentron inj
|
Parenteral (IV)
|
3 x 1 amp
|
Pengobatan anti mual
|
Paracetamol
|
Oral
|
3 x 500 mg
|
Pengobatan anti piretik
|
Sukralfat
|
Oral
|
3 x 1 cth
|
Pengobatan anti tukak duodenum
|
9.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah, urine, feses
b. Pemeriksaan Rontgen
Tanggal
|
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil Pemeriksaan
|
Nilai Normal
|
|
HB
|
14,1
|
12-16 gram/ dl
|
|
Leukosit
|
9800
|
4500-10000 sel/mm
|
|
Hematokrit
|
42
|
40-48%
|
|
Trombosit
|
302.000
|
150.000-400.000 sel/mm
|
|
Eritrosit
|
4,42
|
4,6-6,2juta sel/mm
|
10.
Informasi Tambahan
Informasi
tindakan pembedahan/riwayat telah dilakukan
tindakan medis)
B.
Analisa Data Keperawatan
Waktu
|
Symptom/Signs
|
Etiologi
|
Problem
|
Hari/Tanggal
|
|
DS :
§ Pasien
mengatakan “nyeri di ulu hati”
§ Anak
pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur pasien terganggu. Tidurnya
tidak teratur, mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2 jam kemudian terbangun,
lalu tidur lagi. Pasien sering merasa gelisah, tidurnya tidak nyenyak, dan
sering terjaga pada malam hari karena nyeri pada perutnya
DO :
§ Keadaan
Umum : Lemah, gelisah, wajah terlihat
menahan nyeri.
§ RR :
32x/menit.
§ Irama
nafas irregular
§ P :
nyeri timbul saat makan Q: nyeri terasa seperti mau muntah R: nyeri di ulu
hati S: 4 T: hilang timbul.
§ Nyeri
tekan pada daerah ulu hati
§ Leukosit
18.100/cmm
DS :
§ pasien
merasa nyeri pada luka di bokonnya.
DO :
§ TD :
91/61 mmHg, Suhu : 38,8°C , RR : 32x/menit.
§ Terdapat
luka di daerah bokong atas, luka lembab, kemerahan di daerah sekitar luka.
§ Akral
hangat
§ Leukosit
18.100/cmm
|
Agen
cedera biologis (Peradangan pada mukosa lambung)
Pertahanan
tubuh primer yang tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh)
|
Nyeri akut
Risiko infeksi
|
C.
Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien : Tn. A
Ruang/Unit :
No. Register :
144766 D. Medis :
Gastritis
No Dx
|
Prioritas Diagnosa Keperawatan
|
1.
2.
|
Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera biologis (peradangan pada mukosa lambung)
Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan
tubuh primer yang tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh)
|
D.
Intervensi Keperawatan
Tgl/Waktu
|
No. Dx
|
Tujuan Keperawatan
( NOC )
|
Rencana Tindakan
( NIC )
|
TTD/ Nama
|
|
1.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan nyeri berkurang
sampai dengan hilang dengan criteria hasil:
Pain Control :
7. Pasien
dapat mengontrol nyeri
8. Pasien
melaporkan nyeri berkurang atau hilang
9. Frekuensi
nafas dbn (16-24x/menit)
10. Skala
0-1 dari 4
11. Pasien
tidak gelisah
12. Leukosit
dbn (4000-10.000 /cmm)
|
Pain Management :
1.
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
2.
Kaji nyeri secara komprehensif meliputi (
lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri )
3.
Kaji skala nyeri
4.
Gunakan komunikasi terapeutik agar klien
dapat mengekspresikan nyeri
5.
Kaji factor yang dapat menyebabkan nyeri
timbul
6.
Anjurkan pada pasien untuk cukup istirahat
7.
Control lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri
8.
Monitor tanda tanda vital
9.
Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
(relaksasi) untuk mengurangi nyeri
10. Jelaskan
factor factor yang dapat mempengaruhi nyeri
11. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat
|
|
|
2.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan tidak terjadi
infeksi, dengan criteria hasil :
Risk Control :
1. Suhu
tubuh dbn (36-37°C )
2. Frekuensi
nafas dbn (!6-24x/menit)
3. Tidak
terjadi infeksi lebih laanjut
4. Tidak
ada tanda tanda inflamasi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa)
5. Pasien
dan keluarga mengetahui tindakan yang tepat untuk mencegah infeksi
6. Pasien
dan keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi
7. Pasien
dan keluarga dapat mengetahui cara perawatan luka yang tepat
8. Integritas
kulit membaik
|
Infection Control :
1. Observasi
dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor.
2. Kaji
tanda tanda vital
3. Lakukan
teknik perawatan luka yang tepat
4. Tingkatkan
nutrisi dan cairan
5. Monitor
temperature tubuh
6. Gunakan
srategi untuk mencegah infeksi nosokomial
7. Anjurkan
untuk istirahat yang adekuat
8. Batasi
pengunjung bila perlu
9. Ajarkan
pada klien dan keluarga cara perawatan luka yang tepat
10. Jelaskan
pada klien dan keluarga bagaimana mencegah infeksi
11. Jelaskan
pada klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
12. Anjurkan
dan ajarkan pada klien dan keluarga mencuci tangan dengan sabun
13. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi obat
|
|
E.
Implementasi Keperawatan
Waktu
|
No. Dx
|
Implementasi
|
Respon
|
TTD/ Nama
|
Tgl
|
Jam
|
|
14.00
14.15
14.30
16.00
17.00
18.00
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
07.00
08.00
09.30
10.00
10.25
|
1
1&2
1
1
1&2
2
2
2
1&2
1&2
2
2
1
|
Menanyakan
keluhan yang dirasakan klien
Mengukur
TD, Suhu, menghitung nadi, RR
Melihat
ekspresi wajah nyeri klien untuk menentukan skala nyeri
Mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam pada pasien untuk mengurangi nyeri
Menganjurkan
klien untuk beristirahat
Memberikan
injeksi ranitidin 25 mg
Menganjurkan
pada keluarga untuk memberikan makan pasien sedikit sedikit tapi sering dan
menganjurkan untuk minum yang cukup
Melihat
luka di bokong pasien, mencatat adanya kemerahan di sekitar luka atau adanya
tanda tanda inflamasi lainnya
Menjelaskan
pada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi serta bagaimana
cara mencegah terjadinya infeksi
Mengukur TD, suhu, menghitung nadi
dan RR
Mengecek
urin output
Memberikan injeksi furosemid 20 mg
Melihat
kondisi pasien dan menanyakan keluhan yang dirasakan pasien
Menganjurkan
pada pasien untuk segera tidur
Menanyakan
pada keluarga pasien kondisi dan keluhan pasien
Memberikan pengertian pada keluarga
pasien, mengakhiri tindakan (mengucapkan terimakasih dan salam)
Menutup tirai dan membatasi
pengunjung
Mengukur TD, suhu, menghitung nadi
dan RR
Menayakan
kondisi dan keluhan pasien
Menanyakan
pada keluarga makan dan minum pasien
Melakukan
perawatan luka pada pasien
Mengajarkan
pada keluarga teknik perawatan luka yang tepat
Menjelaskan
pada pasien dan keluarga mengenai factor factor yang dapat menimbulkan nyeri
dan memperparah nyeri
Memberikan
injeksi ranitidin 25 mg
Persiapan
pasien akan dipindahkan
|
DS : pasien mengatakan nyeri pada
perutnya
DO : pasien terlihat lemah dan
wajah terlihat menahan nyeri
DO : TD : 110/70mmHg
Nadi : 95x/menit
Suhu : 38,8°C
RR : 32x/menit
DO : skala nyeri 4
DS : Pasien mengatakan nyeri
sedikit berkurang
DS : pasien mengatakan “iya”
DO : pasien terlihat gelisah
DO : obat ranitidine 25 mg masuk
melalui inj.selang infus
DS : keluarga pasien mengatakan
pasien hanya mau makan sedikit karena perutnya merasa nyeri dan mual
DS : keluarga pasien mengatakan
“mbak ini lukanya lembab”
DS : pasien mengatakan nyeri pada
lukanya
DO :luka lembab, kemerahan di
daerah sekitar luka
DS : keluarga pasien mengatakan
“iya mbak, saya mengerti. Terimakasih”
DO : TD : 124/89 mmHg
Suhu : 36,4°C
Nadi : 68x/menit
RR : 28x/menit
Urin : 300 cc
DO : Obat furosemid 20 mg masuk
melalui inj.selang infuse
DS : keluarga pasien mengatakan
“terimakasih mbak”
DS : keluarga pasien mengatakan
pasien sering terlihat gelisah dan mengatakan pasien sering mengeluh merasa
tidak nyaman/nyeri pada perutnya
DO : skala nyeri 3, pasien terlihat
gelisah
DS : pasien mengatakan “iya”
DS : keluarga pasien mengatakan
pasien masih terlihat gelisah dan sulit tertidur. Pasien juga mengeluh
perutnya masih terasa tidak nyaman dan kadang nyeri pada luka di bokongnya
DS : keluarga pasien mengatakan
“sama sama mbak, dan terimakasih juga’
DO : TD: 127/88 mmHg
Nadi : 71x/menit
Suhu : 37,1°C
RR : 26x/menit
DS : pasien mengatakan perutnya
kadang kadang masih terasa nyeri, dan lukanya perih
DS : keluarga pasien mengatakan
tadi malam pasien terlihat gelisah dan beberapa kali terbangun
DS : keluarga pasien mengatakan
pasien sudah makan, namun hanya sedikit karena pasien masih mengeluh mual,
minum sudah 1 gelas (240 cc)
DS : pasien mengeluh nyeri
DO : luka masih lembab, masih
kemerahan di sekitar luka
DS : keluarga pasien mengatakan
“iya mbak, saya mengerti. Terimakasih”
DS : pasien mengatakan “Iya”
DO : obat ranitidin 25 mg masuk
melalui inj.selang infus
DS : Keluarga pasien mengatakan
“terimakasi
|
|
F.
Evaluasi Keperawatan
Waktu
|
Dx. Keperawatan
|
Evaluasi
|
TTD/Nama
|
Hari/Tgl
|
Jam
|
|
17.00
|
Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera biologis
(peradangan pada mukosa lambung )
Risiko Infeksi berhubungan dengan
pertahanan tubuh primer tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh )
|
DS : Pasien mengatakan perutnya
kadang masih terasa nyeri
DS : P : nyeri timbul ketika makan
Q : nyeri seperti mau muntah R: nyeri di daerah ulu hati T : nyeri hilang
timbul
DO : Skala : 3
Wajah terlihat gelisah
A : Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan intervensi
( 1-11)
DS : pasien mengatakan lukanya
masih terasa perih
DO : luka lembab dan masih
kemerahan di daerah sekitar luka
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
(1, 2, 3, 4, 5, 13)
|
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari
bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis
yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari
infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di
lambung yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini
kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya
mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis
kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit
yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera.
Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke
dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Sedangkan pada gastritis kronik
disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter
pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering
ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik).
B. Saran
v Diharapkan kita dapat menjaga lambung
kita dari makanan dan minuman yang masuk ke tubuh agar tidak terinfeksi oleh
bakteri Helicobacter pylori. Penyebab yang lain yang dapat menimbulkan
gastritis adalah stres fisik, bila stres meningkat maka produksi HCL (asam
lambung) yang mengakibatkan pH dalam lambung menjadi asam sehingga dapat
merusak lapisan lambung, oleh karena itu disarankan untuk tidak menyepelekan
stres tersebut.
v Dengan penjabaran mengenai pencegahan
gastritis, diharapkan kita lebih berhati-hati terhadap makanan maupun faktor
lain yang menyebabkan resiko infeksi pada lapisan lambung.
As part of a school thesis for research I’ve got to search sites with relevant information on given topic and provide them to teacher our opinion and the article. Your post helped me a lot. This is my first time see here. From the tons of comments on your articles, I guess I’m not just one having all the enjoyment right here! I just couldn’t leave your website before telling you that I truly enjoyed the best high quality articles you present for your visitors? Will be returning again frequently to check up on brand new posts.
ReplyDeleteObat Asam Lambung
Obat Maag
Manfaat Puasa
Obat Asam Lambung
terimakasih atas informasinya, atikel ini sangat bermanfaat sekali
ReplyDeleteQnc Jelly Gamat
Informasi yang bermanfaat banget ini, jadi kita bisa tahu sedikitnya lebih detai tetang penyakit lambung yang dapat di alami:D
ReplyDeletemanfaat sari kurmaqu
obat tradisional tbc paru paling ampuh
Obat stroke ringan di apotik
obat tradisional mata minus di apotik
Obat haid terus menerus di apotik
Obat tradisional penyakit liver
Askep gastritis nya sangat membantu mbak, saya bisa melanjutkan tugas saya yangtertunda Askep Hepatitis
ReplyDeleteLP Hipertensi Terbaru
terimakasih atas informasinya, atikel ini sangat bermanfaat sekali
ReplyDeleteSurat Lamaran Kerja Pt Nestle
terimakasih atas informasinya, atikel ini sangat bermanfaat sekali
ReplyDeleteSurat Lamaran Kerja Pt Nestle
Bagi Saya yang pernah mengeyam sebagai Kader Posyandu tentu informasi yang Anda sajikan di atas sangat membantu sekali. Bagus artikel ini direkomendasikan kepada mereka yang saat ini menjalankan peran dan tugas Kader Posyandu. Terlepas apapun jabatannya dalam Struktur Posyandu.
ReplyDeleteSemoga makin lancar rejekinya....
Salam bersinergi!
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
ReplyDelete