
MAKALAH
ISU ISU KESEHATAN
INDIKATOR
STATUS KESEHATAN PEREMPUAN
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Indkator Pendidikan............................................................................. 3
B. Indikator Penghasilan........................................................................... 4
C. Indikator Usia Harapan Hidup............................................................. 6
D. Indikator Angka Kematian Ibu............................................................ 12
E. Tingkat Kesuburan............................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 19
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kesehatan
reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan
fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi
dan proses reproduksi. Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada
pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan
secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan
kelahiran anak mereka.
Demi
tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka perempuan sebagai penerima kesehatan,
anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga,
agar anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu perempuan,
seharusnya diberi perhatian.
Perempuan
menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi
reproduksinya. Kesehatan perempuan secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang
dikandung dan dilahirkan. Kesehatan perempuan sering dilupakan dan ia hanya sebagai
objek dengan mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian
jumlah penduduk).
Berdasarkan
pemikiran di atas kesehatan perempuan merupakan aspek paling penting disebabkan
pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada perempuan diberi kebebasan
dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya
di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.
B.
TUJUAN PENULISAN
Agar
mahasiswa lebih memahami tentang indikator status kesehatan perempuan dilihat dari
Pendidikan, Penghasilan, Usia Harapan Hidup,Angka Kematian Ibu dan tingkat kesuburan.
C.
RUMUSAN MASALAH
1.
Untuk
mengetahui indikator status kesehatan perempuan Pendidikan
2.
Untuk
mengetahui indikator status kesehatan perempuan Penghasilan
3.
Untuk
mengetahui indikator status kesehatan perempuan Usia harapan hidup
4.
Untuk
mengetahui indikator status kesehatan perempuan Angka Kematian Ibu
5.
Untukmengetahui
indikator status kesehatan perempuan Tingkat Kesuburan
BAB II
PEMBAHASAN
Indikator kesehatan perempuan adalah ukuran yang menggambarkan
atau menunjukan status kesehatan perempuan dalam populasi tertentu. Adapun indikator
kesehatan ibu dapat ditijau dari pendidikan, penghasilan, usia harapan hidup, aki,
dan tingkat kesuburan.
A.
INDKATOR
PENDIDIKAN
Kemiskinan
mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak
sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan
biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai
pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja
yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat
pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya
mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya.
Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang,
merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan
masyarakat
Pendidikan
berpengaruh kepada sikap perempuan terhadap kesehatan, rendahnya pendidikan membuat
perempuan kurang peduli terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman
kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun sarana yang
baik tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan
yang mereka miliki. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada kualitas
pendidikan, dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan
sosial ekonomi bangsa.
1. Angka
melek huruf :
Sampai tahun 2004,
persentase perempuan yang melek huruf terus mengalami peningkatan, meskipun
persentasenya masih lebih rendah dari laki-laki. Secara rasionalangka melek
huruf sudah mencapai 87,9%, pada laki-laki sebesar 92,3% dan padaperempuan
sebesar 83.5%.
2. Rata-rata
lama sekolah
Tahun efektif
bersekolah pada umur 15 tahun sebesar 7.09% dimana pada laki-laki 7,62% dan
perempuan 6,57%. Angka ini akan menunjukkkan bahwa secara rata-rata pendidikan penduduk
mencapai jenjang pendidikan kelas I SLTP.
3. Jenjang
pendidikan yang telah ditamatkan :
Pada
tahun 2003 penduduk usia lebih dari 10 tahun yang berpendidikan SLTP hanya
sebanyak 36,21%, pada laki-laki sebesar 39.87% dan pada perempuan 32.57%.
Kondisi
ini menunjukkan bahwa taraf pendidikan perempuan belum setara dengan laki-laki,
hal ini dikarenakan terbentuk kontruksi yang terbentuk dari masyarakat. Pendidikan
yang tinggi dipandang perlu bagi kaum perempuan untuk meningkatkan taraf hidup,
membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan sendiri. Seorang perempuan yang
lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berprilaku
hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang perempuan yang memiliki pendidikan
rendah. Meningkatnya pendidikan berdampak pada pengalaman dan wawasan yang semakin
luas, pendidikan dapat meningkatkan status sosial dan kedudukan seorang perempuan
didalam masyarakat sehingga perempuan dapat meningkatkan aktifitas sehari-hari maupun
aktifitas sosialnya. Menurut profil klasifikasi perempuan diberbagai negara menunjukkan
bahwa pendidikan, pekerjaan dan kesehatan perempuan Indonesia dinilai sangat buruk.
B. INDIKATOR PENGHASILAN
Penghasilan
perempuan meningkat, maka pola pemenuhan kebutuhan akan bergeser dari pemenuhan
kebutuhan pokok saja, menjadi pemenuhan kebutuhan lain, khususnyapeningkatan kesehatan
perempuan. Penghasilan berkaitan dengan status sosial ekonomi, dimana sering kali
status ekonomi menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan pada perempuan.Misalnya
banyak kejadian anemia defisiensi fe pada perempuan usia subur yang sering kali
disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang. Anemia pada ibu hamil
akan lebih memberikan dampak yang bisa mengancam keselamatan ibu.
Di negara
berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada perempuan masih banyak terjadi (biasanya
di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah
di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua
cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak
perempuan tersebut kepada suaminya. Ini berarti perempuan muda hamil mempunyai resiko
tinggi pada saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih
besar dari perempuan yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus
sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan
keputusan.
1. Kekurangan
gizi dan Kesehatan yang buruk
Menurut
WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta perempuan tumbuh
tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika
pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi
yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Perempuan sejak
ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk
mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3
kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu perempuan juga membutuhkan
zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang
membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental.
Perempuan
juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual,
karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi
yang rawan adalah, pekerjaan perempuan yang selalu berhubungan dengan air, misalnya
mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup
berbahaya dalam penularan bakteri penyakit
2. Beban
Kerja yang berat
Perempuan
bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan
di seluruh dunia rata-rata perempuan bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya perempuan
mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress,
dan sebagainya. Kesehatan perempuan tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.
C. INDIKATOR USIA HARAPAN HIDUP
Usia
harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk
Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan
adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya
usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah lansia.
Berdasarkan data, perempuan Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim
meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi
penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya derajat
kesehatan masyarakat.
Usia
harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk
Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan
adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya
usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah lansia.Berdasarkan
data, perempuan Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim meningkat
setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk
usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya derajat kesehatan
masyarakat.
1. Hal-hal
yang berpengaruh penting pada kelangsungan hidup yang lebih lama.
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir
tentunya, tergantung dari beberapa faktor:
a. Pola Makan
b. Penyakit bawaan dari lahir: mereka yang diberi berkah
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjalani hidup lebih panjang adalah
orang-orang yang terkait dengan rendahnya penyakit degeneratif. Yaitu
penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan manusia, seperti penyakit kanker,
jantung koroner, diabetes dan stroke
c. Lingkungan Tempat Tinggal
d. Strees Atau Tekanan
2. Faktor-faktor
kesehatan yang mempengaruhi dan berhubungan dengan usia harapan hidup
a. Gizi
Melewati
kehidupan di dunia hingga usia 100 tahun mungkin menjadi harapan sebagian manusia.
Mereka berpendapat bahwa dengan semakin panjang umur semakin banyak hal-hal yang
dapat dilakukan, terlepas itu perbuatan yang baik maupun buruk.
Penyebab
panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor.
Tapi yang paling berpengaruh adalah pola makan.
1) Orang-orang lanjut usia ini mulai mengurangi konsumsi
kalori dengan hanya memakan kacang-kacangan (kedelai), makan ikan dan minum teh
hijau maupun teh hitam.
2) Melakukan puasa seperti yang dilakukan umat Islam pada
bulan Ramadhan.
3) Melakukan diet terhadap jenis makanan goreng-gorengan,
selain juga mengurangi porsi makan sehari-hari.
4) Pada awal usia 50 tahunan, disaat proses metabolisme
tubuh sudah mulai lambat, mereka banyak makan makanan yang mengandung zat anti
oksidan yang bermanfaat bagi tubuh.
5) Makan ikan yang mengandung zat omega 3 yang sangat
tinggi, yang dapat mengurangi kolesterol dalam tubuh.
6) Mereka juga memangkas konsumsi protein dan lemak dalam
tubuh, dengan cara mengurangi makanan yang mengandung lemak dan protein hewani,
seperti telor, susu, daging, keju, dsb.
7) Menyarankan agar para manula tersebut mulai kembali ke
makanan ‘back to nature’ atau kembali ke alam. Diantaranya degan cara
mengkonsumsi makanan tanpa dimasak atau menjadi seorang vegetarian.
b. Merokok
Merokok
mengurangi usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. Atau kalau anda tidak merokok
berarti menambah usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. Demikian antara lain hasil
penelitian selama 50 tahun di Inggris mengenai dampak merokok terhadap kesehatan.
Hasil penelitian yang dimuat di Jurnal Kesehatan Inggris ini menunjukkan, terdapat
20 penyakit yang terkait dengan kebiasaan merokok.
Penelitian
terlama tentang dampak merokok terhadap kesehatan menunjukkan bahwa rata-rata perokok
meninggal dunia 10 tahun lebih cepat dibanding mereka yang tidak merokok. Penelitian
ini dimulai 50 tahun lalu ketika untuk pertama kalinya muncul kaitan antara merokok
dan kanker paru-paru. Temuan ini sangat penting untuk mendorong orang berhenti merokok.
Penelitian ini melibatkan sekitar 35 ribu dokter di Inggris yang lahir antara tahun
1900 dan 1930. Para ilmuwan memantau kebiasaan merokok mereka selama lebih dari
50 tahun. Dan data paling akhir menunjukkan resiko yang ada jauh lebih besar dari
perkiraan awal.
Sir
Richard Peto, yang terlibat dalam penelitian ini hampir selama 40 tahun mengatakan,
temuan yang ada menunjukkan berhenti merokok akan meningkatkan kuantitas dan kualitas
hidup. “Bahkan setelah 20 tahun, bila anda berhenti merokok, anda bisa menghindari
sembilan dari 10 resiko yang ada. Jika anda berhenti merokok setelah 10 tahun, anda
bisa terbebas dari hampir semua resiko yang ada.
Masalahnya
adalah begitu orang merokok, susah untuk menghentikan kebiasaan itu. Banyak orang
yang mengaku tak bisa berhenti merokok,” katanya.Mereka yang berhenti merokok pada
usia 60 tahun, bisa meningkatkan harapan hidup selama tiga tahun. Sementara bila
seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, berbagai dampak negatif terhadap
kesehatan bisa diminimalkan.
Ada
sekitar 20 penyakit yang terkait dengan merokok ini, antara lain penyakit jantung,
stroke, dan berbagai macam kanker. Di negara berkembang dewasa ini, semakin banyak
orang merokok. Sejak penelitian ini dilakukan, diperkirakan 100 juta orang meninggal
di seluruh dunia akibat merokok. “Kematian itu disebabkan merokok telah dibuktikan
sebagai penyebab berbagai penyakit saluran pernapasan seperti penyakit paru obstruktif
menahun, kanker paru, dan diyakini merupakan faktor resiko untuk penyakit jantung,
stroke, dan berbagai penyakit kronis lain”.
c. Menapause
Keberhasilan
pembangunan termasuk pembangunan kesehatan telah meningkatkan status kesehatan dan
gizi masyarakat antara lain meningkatnya umur harapan hidup (UHH) di Indonesia dari
tahun ke tahun. Disamping itu terjadi pula pergeseran umur menopause dari 46 tahun
pada tahun 1980 menjadi 49 tahun pada tahun 2000.
Jumlah
dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki
usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun
baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020
jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total penduduk.
Pada
usia 50 tahun, perempuan memasuki masa menopause sehingga terjadi penurunan atau
hilangnya hormon estrogen yang menyebabkan perempuan mengalami keluhan atau gangguan
yang seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas
hidupnya. Padahal estrogen tersebut mempunyai manfaat yang beragam, sehingga menurunnya
produksi hormon akan berpengaruh terhadap beberapa perubahan penting dalam tubuh.
Gejala gejala awal kurangnya
estrogen :
-
Wajah
kemerahan
-
Keringat
pada malamm hari
-
Rasa
sakit dan nyeri (nyeri tulang dan sendi)
-
Kekeringan
didaerah vagina
-
Masalah
kandung kemih
-
Hubungan
seksual yang menimbulkan rasa nyeri
-
Kulit
kering
-
Gangguan
tidur
-
Emosi
yang mudah berubah-rubah
-
Perdarahan
menstruasi yang tidak teratur
-
Gejolak
panas di dada dan muka (hot flushes)
-
Sakit
kepala
-
Mudah
pingsan
-
Depresi
-
Daya
ingat menurun
-
Sulit
konsentrasi
-
Penyakit
jangka panjang seperti tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke,
kanker usus besar.
-
Gangguan
tidur
-
Emosi
yang mudah berubah-rubah
-
Perdarahan
menstruasi yang tidak teratur
-
Gejolak
panas di dada dan muka (hot flushes)
-
Sakit
kepala
-
Mudah
pingsan
-
Depresi
-
Daya
ingat menurun
-
Sulit
konsentrasi
-
Penyakit
jangka panjang seperti tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke,
kanker usus besar.
Anda
dapat mengukur kadar estrogen dengan berkonsultasi pada dokter yang akan melakukan
pemeriksaan darah sederhana. Bila anda telah mengetahui penyebab timbunya gejala-gejala
tersebut, anda dapat memulai usaha untuk mengatasinya.
Olahraga
merupakan hal yang penting, tidak saja untuk kesehatan umum anda, tetapi juga memperbaiki
densitas/kepadatan tulang anda dan menghilangkan gejala-gejala menopause.
Diet
tradisional Asia tampaknya memberi keuntungan yang penting. Diet Asia ini:
-
Mengandung
kurang dari 20% kalori yang berasal dari lemak
-
Membatasi
masukan daging
-
Kaya
akan berbagai macam buah, sayur serta kacang-kacangan
-
Memasukan
menu dari tahu atau olahan kedelai paling tidak sekali sehari. (Produk olahan
kedelai mengandung fitoestrogen, yang merupakan sebuah tipe hormon tanaman yang
diyakini bermanfaat bagi menopause. Namun demikian, preparat tersebut belum
terbukti keuntungannya untuk mengatasi osteoporosis dan efek kardiovaskuler
akibat menopause.
-
Hindari
fakor-faktor yang memicu gejala-gejala menopause anda.kemerahan pada wajah
dapat di picu oleh makanan nyang panas atau pedas. Alkohol, kafein dan gula
juga dapat memicu kemerahan pada wajah.
-
Krim
vagina dan jel dapat di gunakan untuk mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada
vagina.. Preparattersebut juga dapat di gunakan pada saat berhubungan seksual,
untuk mengurangi rasa sakit
d. Osteoporosis
Seiring
meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia, masalah osteoporosis/tulang
keropos perlu mendapat perhatian serius. Semakin tua seseorang, semakin mudah
terserang osteoporosis.
Orang
lanjut usia merupakan sasaran paling rapuh untuk terkena osteoporosis. Ketika perempuan
mencapai usia 80 tahun, ia mengalami resiko 40% mengalami 1 atau lebih patah tulang
belakang. Data dunia juga menyebutkan satu dar tiga perempuan beresiko terkena osteoporosis.
Kunci utama untuk melawan
rapuh tulang diantaranya:
-
Perhatikan
gaya hidup
-
Perhatikan
pola makan
-
Aktifitas
fisik.
D. INDIKATOR ANGKA KEMATIAN IBU
Kehamilan,
persalinan dan nifas merupakan penyebabkematian,
penyakit dan kecacatan pada perempuan usia reproduksi di Indonesia. Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 melaporkan angka kematian ibu (AKI) sebesar
307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006 sebesar 226/100.000 kelahiran hidup.
Menurut WHO penyebab tingginya angka kematian ibu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
infeksi, perdarahan dan penyulit persalinan sedangkan 5 penyebab utama kematian
ibu adalah perdarahan postpartum, sepsis puerperal, abortus, eklamsia, dan persalinan
terhambat.
Rendahnya
kualitas hidup sebagian besar perempuan Indonesia disebabkan oleh masih terbatasnya
wawasan, lingkungan sosial budaya yang belum kondusif terhadap kemajuan perempuan
dan belum dipahaminya konsep gender di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga.
Angka
kematian ibu adalah jumlah kematian ibu kerena
kehamilan, persalinan, nifas dalam satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup
pada tahun yang sama dengan persen atau permil.
Kasus
kekerasan dalam keluarga, perdagangan, tekanan budaya, adat istiadat, pendidikan
rendah dan dominasi pria dalam rumah tangga masih menimpa sebagian besar perempuan.
Pemerintah daerah belum memiliki kesungguhan mengangkat harkat dan keijakan perempuan
secara keseluruhan terutama menekan angka kematian ibu melahirkan.
Angka
kematian ibu (AKI) adalah banyaknya perempuan yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan
atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100 000 kelahiran hidup.
AKI diperhitungkan pula pada jangka waktu 6 minggu hingga setahun setelah melahirkan.
Indikator
ini dapat dilakukan pada daerah yang kelahiran hidupnya minimal 100.000. Bagi yang
< 100.000 kelahiran hidup dianjurkan untuk menghitung jumlah absolute kematian
ibu saja atau menggunakan indikator antara misalnya persalinan tenaga kesehatan.
Indikator
ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan.
AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan
dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Definisi
Operasionalnya adalah Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa
kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Sumber datanya dapat diperoleh dari Survey
dan atau Catatan kematian Ibu hamil atau melahirkan pada bidan, dokter atau sarana
kesehatan
Indonesia
adalah salah satu negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian
ibu (AKI) yang tinggi. Bah¬kan jumlah perempuan Indonesia yang me¬ninggal saat melahirkan
mencapai rekor ter¬tinggi di Asia. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007, angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran
hidup, itu berarti setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 248 ibu yang
meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Propinsi
di Indonesia dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah Propinsi Papua,
yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Propinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Propinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran
hidup, sedangkan di Sulawesi Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan
jumlah kejadian kematian maternal yang dilaporkan pada Tahun 2007 yaitu sebesar
104/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Sulawesi-Selatan, 2008).
Tingginya
angka kematian ibu tersebut berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat. Hal
ini disebabkan karena satu atau lebih anak menjadi piatu, penghasilan keluarga berkurang
atau hilang sama sekali. Ditambah lagi saat ini jumlah perempuan yang bekerja makin
banyak sehingga kontribusi mereka terhadap kesejahteraan keluarga juga meningkat.
Setiap tahun diperkirakan satu juta anak meninggal menyusul kematian ibu mereka.
Anak-anak yang ibunya meninggal kurang mendapat perhatian dan perawatan dibandingkan
dengan yang memiliki ibu yang masih hidup.
Kematian
maternal juga sering dipakai sebagai indikator kesejahteraan rakyat atau kualitas
pembanguan Manusia (IPM/HDI), hal ini didasarkan angka kematian maternal sangat
erat kaitannya dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Telah banyak
usaha yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kematian maternal, seperti
Gerakan Sayang Ibu (GSI), Buku KIA, Safe Motherhood: Partnership Family Approach,
Penempatan bidan di desa, Maternal and Neonatal Health (MNH), Making Pregnancy Safer
(MPS), dan program-program lainnya. Namun program dan strategi tersebut belum mampu
mempercepat penurunan angka kematian ibu. Seperti kita ketahui target Millenium
Development Goal’s (MDG’s) salah satunya adalah mengurangi angka kematian ibu (AKI)
di seluruh dunia sebesar 75% dari tahun 1900 ke 2015. Sebagai gambaran pada tahun
1990 AKI di Indonesia masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup, sesuai target MDG’s
di tahun 2015 akan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Di sisi lain berdasarkan
analisis trend penurunan AKI periode 1900 – 2015 ternyata diperkirakan hanya akan
mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG’s tetang AKI di Indonesia
sulit tercapai (Bapenas, 2007).
Tingginya
angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat kompleks,
secara garis besar faktor determinan kematian maternal digolongkan menjadi dua faktor
besar yaitu faktor medis/langsung dan faktor non-medis/tidak langsung. Faktor medis/langsung
disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat
selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu Perdarahan (28%),
Eklampsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%),
emboli obstetrik (3%). Sebagian kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan,
melahirkan dan sesaat setelah melahirkan.
Faktor
reproduksi ibu turut menambah besar risiko kematian maternal. Jumlah paritas satu
dan Paritas diatas tiga telah terbukti meningkatkan angka kematian maternal dibanding
paritas 2-3, selain itu faktor umur ibu melahirkan juga menjadi faktor risiko kematian
ibu, dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan usia tua ≥35 tahun pada saat melahirkan
menjadi faktor risiko kematian maternal, sedangkan jarak antara tiap kehamilan yang
dianggap cukup aman adalah 3-4 tahun. Faktor kematian maternal ini kemudian diidentifikasi
sebagai 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan
terlalu banyak) Selain faktor medis dan reproduksi, faktor non-medis turut menambah
parah risiko kematian maternal. faktor non-medis/tidak langsung tersebut yaitu kondisi
sosial budaya, ekonomi, pendidikan, Kedudukan dan peran perempuan, kondisi geografis,
dan transportasi, ini kemudian diidentifikasi sebagai tiga terlambat (3T).
Hal
ini sesuai dengan penelitian Widarsa, (2002) yang menyatakan bahwa frekuensi ANC
< 4 kali memiliki risiko kematian ibu dengan OR 11,7. Pemeriksaan kehamilan yang
baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan
angka kematian ibu
Faktor-faktor
diataslah yang kemudian turut berkontribusi dan mempertinggi risiko kematian maternal,
padahal pada dasarnya faktor-faktor tersebut dapat mudah untuk dicegah dan dihindarkan.
Kematian maternal yang disebabkan oleh faktor-faktor yang seharusnya dapat dihindari,
atau peluang yang terlewatkan maupun pelayanan dibawah standar, harus dapat ditemukan
masalahnya. Oleh sebab itu penting dilakukan upaya untuk identifikasi seberapa besar
faktor risiko tersebut terhadap kejadian kematian maternal.
E. TINGKAT KESUBURAN
Begitu
banyak pasangan suami istri yang sangat menginginkan kehadiran si buah hati namun
belum juga dikaruniani seorang anak. Banyak pula dari mereka yang mengikuti beberapa
program guna mengharapkan terjadinya suatu kehamilan. Kemandulan atau ketidak suburan
sering kali hanya dituduhkan ke pihak perempuan, padahal pihak pria juga memiliki
faktor penyebabnya.
Namun
disini kita tidak akan membahas tentang hal tersebut. Kita hanya membedah seputar
masalah masa subur perempuan yang biasanya dijadikan tolak ukur untuk pasangan suami
istri melakukan kegiatan seksual dengan harapan terjadi suatu kehamilan.
Masa
subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur
yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan
seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Siklus
menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat
dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan
sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus
menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan
perubahan payudara.
Dengan
mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan
keturunan, yaitu dengan cara:
1.
Menilai
kejadian dan waktu terjadinya ovulasi
2.
Memprediksikan
hari-hari subur yang maksimum
3.
Mengoptimalkan
waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan
4.
Membantu
mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas.
Fakta
membuktikan bahwa perempuan yang sedang dalam masa subur biasanya bersikap lebih
tajam terhadap perempuan lain. Pada saat ovulasi (sekitar hari ke-12 sampai 21 siklus
menstruasi) perasaan ingin bersaing dengan perempuan lain semakin tinggi. Pada masa
ovulasi, perempuan sering memberikan komentar yang buruk ketika dimintai pendapat
tentang perempuan lain.
Pemilihan
kontrasepsi alat suntik dan pil sangat mempengaruhi kesuburan perempuan. Jika ingin
membuat jeda waktu untuk terjadinya suatu kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi,
sebaiknya konsultasikan dulu berbagai efek pemakaian dan pasca pemakaian dari masing-masing
jenis alat. Berat badan juga mempengaruhi kesuburan. Sebuah penelitian mengatakan
12% masalah ketidaksuburan disebabkan oleh masalah berat badan.
Terlalu
kurus bisa membuat siklus haid perempuan tidak teratur dan bisa melahirkan bayi
yang juga memiliki berat badan rendah. Sebaliknya
terlalu gemuk juga tidak berakibat baik untuk kesuburan karena keseimbangan hormon
terganggu dan berisiko mengalami tekanan darah tinggi dan diabetes semasa hamil.
Perempuan
yang minum empat gelas kopi per hari memiliki risiko tidak subur lebih besar. Sebabnya,
kafein mengurangi kandungan darah dalam hormon prolactin. Rendahnya hormon prolactin
berhubungan dengan semakin rendahnya tingkat kesuburan. Jadi pilihan makanan juga
turut mempengaruhi kesuburan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Indikator
kesehatan perempuan adalah ukuran yang menggambarkan atau menunjukan status kesehatan
perempuan dalam populasi tertentu.
Status
kesehatan perempuan sangat berpengaruh kepada pendidikan perempuan. Dan kemiskinan
berpengaruh kepada pendidikan, seringkali kemiskinan membuat kaum perempuan terabaikan
akan pendidikan, karena pria dianggap sebagai pencari nafkah maka diutamakan dahulu
kaum pria. Sehingga kaum perempuan kurang akan pengetahuan yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatannya.
B. SARAN
1.
diharapkan
kepada semua perempuan agar sedini mungkin menjaga kesehatan reproduksinya.
2.
diharapkan
kepada setiap remaja diindonesia agar dapat mengenal serta menjaga kesehatan
reproduksinya
3.
diharapkan
kepada setiap keluarga agar ikut berpartisipasi dalam membentuk keluarga
berencana.
4.
diharapkan
dengan adanya penghasilan perempuan dapat menunjang pemenuhan kebutuhan lainnya
khususnya peningkatan kesehatannya.
5.
diharapkan
dengan meningkatnya tingkat pendidikan perempuan dapat meningkatkan taraf hidup
dan membuat keputusan masalah yang menyangkut kesehatan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
A August Burns, Ronnie Lovich, Jane Maxwell,
Katharine Shapiro. 2008. Pemberdayaan
Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Yayasan Esentia Medica
Asrori,
Muhammad. 2009. Psikologi Pembelajaran.
Bandung. C.V. Wacana Prima.
Fitramaya
Yuni, 2008. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta
Ida
Bagus Gde Manuaba, Prof. Dr. SpoG. 1999. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta
: Arcan
Kartono
Muhamad, Dr. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Kusmiran,
Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja
dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba.
1999. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. EGC; Jakarta
Mohamad,
Kartono. 1998. Kontradiksi Dalam
Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Romauli,
Suryati dan Anna Vida Vindari, S.ST. 2009. Kesehatan
Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan. Bantul : Nuha Medika.
Sarwono
Prawirohardjo. Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Yani
Widyatuti, SSiT, Anita Rahmawati, SSiT, Yuliasti Eka
Purnamaningrum,
SST. 2009. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta : Fitramaya
Comments
Post a Comment