BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa
disebabkan oleh kuman, virus, dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan
salah satu penyebabnya. Anak sangat suka bermain di dalam ataupun di luar rumah
sehingga perlu memperhatikan lingkungan di sekitar anak. Penyakit yang sering tejadi
pada anak yaitu penyakit pada saluran pernafasan. Salah satu penyakit saluran pernafasan
pada anak adalah bronkopneumonia. Di negara maju penyakit ini banyak ditemukan.
Selain itu, di negara berkembang juga banyak ditemukan dan penyakit ini merupakan
penyakit yang menyebabkan kematian pada anak usia 0 sampai 6 tahun.
Bronkopneumonia proses inflamasi
paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia
yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi
dalam bronkiolus dan meluas keperenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan
dari sepuluh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare,
demam berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia, hipertensi,
ISPA. Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
pada anak dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga
kebersihan fisik dan lingkungan, upaya preventif dilakukan dengan cara memberikan
obat sesuai dengan indikasi yang di anjurkan oleh dokter, dan upaya kuratif perawat
dalam memulihkan kondisi klien dengan menganjurkan orang tua klien unutk membawa
ke rumah sakit.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
konsep penyakit bronkopneumonia?
2. Bagaimana proses
asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia?
3.
Bagaimana
konsep asma?
4. Bagaimana proses
asuhan keperawatan pada anak dengan asma?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui konsep penyakit bronkopneumonia
2.
Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia
3.
Untuk mengetahui konsep penyakit asma
4.
Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak
dengan asma
BAB
II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep
Bronkopneumonia
2.1.1
Pengertian Bronkopneumonia
Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru
yang mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita
penyakit Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal
musim semi. Pneumonia diklasifikasikan menurut agen etiologinya. Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT) (1998) menyatakan, “pneumonia adalah suatu proses inflamasi
atau peradangan yang diklasifikasikan oleh area yang terlihat yaitu bronkopneumonia
dengan viral sebagai penyebabnya”
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia
lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Bronkopneumonia merupakan
proses inflamasi paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta
mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau
lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai pada bronkus
yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel tubuh tidak bisa bekerja
dan mengakibatkan kematian.
2.1.2
Epidemiologi Bronkopneumonia Disease
Insiden penyakit
ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan
resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13%
dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran
napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di
negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic
2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor
9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia
dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000
orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang
dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.
Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan
ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun
2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58% diantara penderita rawat jalan
adalah kasus infeksi dan 11,6% diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita
rawat inap 58,8% kasus infeksi dan 14,6% diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H.
Adam Malik Medan 53,8% kasus infeksi dan 28,6% diantaranya infeksi nontuberkulosis.
2.1.3
Etiologi Bronkopneumonia Disease
Timbulnya bronkopneumonia
adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa. Bronkopneumonia juga dapat
berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas.
Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
1.
Bakteri
gram positif
a.
Streptococcus
pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan
alkohol).
b.
Staphylococcus
(kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi nasokomial).
2.
Bakteri
gram negatif
a.
Haemaphilius
influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan gangguan jalan
nafas kronis).
b.
Pseudomonas
aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi saluran
kemih).
c.
Klebseila
pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
3.
Bakteri
anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan menelan).
4.
Bakteri
atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).
2.1.4
Tanda dan Gejala Bronkopneumonia
Disease
1.
Takipnea (nafas cepat)
2.
Saat
bernapas terdengar suara ronki
3.
Batuk produktif
4.
Menggigil dan demam
5.
Sianosis area sirkumoral
6.
Gerakan dada tidak simetris
7.
Anoreksia dan Malaise
8.
Gelisah
9.
Fatique
10. Frekuensi BAB bertambah / harinya
2.1.5
Patofisiologi Bronkopneumonia Disease
Proses terjadinya
bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke cairan
mukus dalam
jalan nafas. Kuman tersebut
berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan
seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara
cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan
akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena
adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi
mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan
ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti
peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler .
Edema karena inflamasi
akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan
surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai
tambahan, bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi
dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju
atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat
infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus pirogen. Bila zat
ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat
sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya
kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea
dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer
dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan
kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan
dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan
tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen
dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha
melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot
interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan
abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60 hembusan permenit.
Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh penumpukan
karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida
(CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan,
yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam
upaya menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam,
terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit
akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh
: suara ngorok.
Sputum cairan yang
diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan
harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan
dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih
di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara
mikroskopis ludah akan menunjukan
gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa
bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan
mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40
dan disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga
anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri
ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia ini masuk lalu
mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh
pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam
darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun,
akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk
menuju saluran nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi
infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya
meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan
frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia
biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari.
Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena
demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
2.1.6
Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia
Disease
1. Komplikasi
Komplikasi yang
terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak dilakukan
pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya
sebagai berikut:
a.
Otitis media
Terjadi
apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah
sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah.
b.
Bronkiektase
Hal
ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat
pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
c.
Abses Paru
Rongga
bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru – paru.
d.
Empiema
Anak
yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi akibat bakteri
maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
2. Prognosis
Prognosis dari
penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih
tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang
terlambat untuk pengobatan. Interaksi
sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi
esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak
oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
2.1.7
Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan
diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu
dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan
pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:
1.
Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol
50-70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
2.
Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10
mEq/500 ml/botol infus.
3.
Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis
metabolik akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa
gas darah arteri.
4.
Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah
sakit.
2.1.8
Pencegahan Bronkopneumonia Disease
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:
1.
Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia
2.
Menghindari kontak dengan penderita
penyakit bronkopneumonia
3.
Meningkatkan sistem imun terhadap
berbagai penyakit saluran nafas seperti:
- pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang
bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga
- melakukan
vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza, Vaksinasi
Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan tubuh yang
rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
2.1.9
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi
di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan
untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan
kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia
bacterial. Menurut Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat
didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua
dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis
metabolic dengan atau beberapa lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi
fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah
udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen
penyebab seperti virus
2.2 Konsep
Asma
2.2.1
Pengertian
Asma adalah
suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode
bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asma adalah
gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang
reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah
penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne : 2001).
Dari ketiga
pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
2.2.2
Etiologi
Asma adalah
suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1.
Kontraksi
otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2.
Pembengkakan
membran bronkus.
3.
Terisinya
bronkus oleh mukus yang kental
2.2.3
Patofisiologi
Proses
perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis,
kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos,
meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada
trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi
penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai
macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi
(hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah
paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori
asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat
penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan
riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering
ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik
seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
2.2.4
Manifestasi
Klinik
Manifestasi
klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing. Pada sebagian
penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke
depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada
beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1.
Tingkat
I :
a.
Secara
klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b.
Timbul
bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
2.
Tingkat
II :
a.
Tanpa
keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b.
Banyak
dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3.
Tingkat
III :
a.
Tanpa
keluhan.
b.
Pemeriksaan
fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c.
Penderita
sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4.
Tingkat
IV :
a.
Klien
mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b.
Pemeriksaan
fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5.
Tingkat
V :
a.
Status
asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b.
Asma
pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada
asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan,
sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
2.2.5
Klasifikasi
Asma
Asma dibagi
atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan oleh alergi
seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien dengan
asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan riwayat
alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan
alergen.
Faktor-faktor
seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, latihan fisik, emosi dan
lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus terjadinya serangan
asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan sering dapat
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain alergi juga dapat terjadi asma
campuran yaitu alergi dan non alergi.
2.2.6
Penatalaksanaan
Prinsip umum
pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan
obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan
menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan
kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan
dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
Pengobatan pada asma
bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non
farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor
pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O₂ bila perlu
2. Pengobatan
farmakologik
Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik
(adrenalin dan efedrin). Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec),
terbutalin (bricasma).
b. Santin (teofilin). Nama
obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita
dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
1. Kromalin
Kromalin bukan
bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya
baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
2. Ketolifen
Mempunya efek
pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dosis 2 kali 1
mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
2.2.7
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan radiologi
Gambaran
radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan
bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
b. Bila terdapat
komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
c. Bila terdapat
komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
d. Dapat pula
menimbulkan gambaran atelektasis lokal
e. Bila terjadi
pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan
untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran
elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
a. Perubahan aksis
jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
b. Terdapat tanda-tanda
hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch Block)
c. Tanda-tanda
hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
4. Scanning Paru
Dapat
diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
5. Spirometri
Untuk
menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan.
2.2.8
Komplikasi
Berbagai komplikasi
yang mungkin timbul adalah:
1.
Status asmatikus
adalah setiap
serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan
respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan
pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis
adalah
pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
adalah tubuh
kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks
adalah
terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema
adalah
penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas.
2.2.9
Pencegahan
Serangan Asma pada Anak
1.
Menghindari pencetus
Cara
menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu diketahui dan diajarkan
pada keluarganya yang sering menjadi faktor pencetus adalah debu rumah. Untuk
menghindari pencetus karena debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar
tidur anak:
a. Sprei, tirai, selimut
minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan sarung bantal lebih sering. Lebih
baik tidak menggunakan karpet di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan
memelihara binatang.
b. Untuk menghindari
penyebab dari makanan bila belum tau pasti, lebih baik jangan makan coklat,
kacang tanah atau makanan yang mengandung es, dan makanan yang mengandung zat
pewarna.
c. Hindarkan kontak
dengan penderita influenza, hindarkan anak berada di tempat yang sedang terjadi
perubahan cuaca, misalnya sedang mendung.
2. Kegiatan fisik
Anak yang
menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah raga. namun olahraga perlu
diatur karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh kembang anak. Pengaturan
dilakukan dengan cara:
a. Menambahkan toleransi
secara bertahap, menghindarkan percepatan gerak yang mendadak
b. Bila mulai
batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah tidak batuk-batuk,
kegiatan diteruskan.
c. Adakalanya beberapa
anak sebelum melakukan kegiatan perlu minum obat atau menghirup aerosol
terlebih dahulu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia
A. Pengkajian
1. Biodata
a.
Identitas klien
Nama :
“An.R”
Umur :
7 bulan
Jenis kelamin :
Laki – laki
Agama :
Islam
Alamat :
Jl R.A. Kartini
Tanggal MRS :
28 Oktober 2018
Tgl pengkajian :
28 Oktoer 2018
Diagnosa medis :
Pneumonia
b.
Identitas orang tua
Ayah
Nama :
“Tn.N”
Umur :
28 Thn
Pendidikan :
SD
Pekerjaan :
Supir mobil
Agama :
Islam
Alamat :
Jl R.A. Kartini
Ibu
Nama :
“Ny.M”
Umur :
24 Thn
Pendidikan :
SMP
Pekerjaa :
Ibu Rumah Tangga
Agama :
Islam
Alamat :
Jl R.A. Kartini
c.
Identitas sadara kandung
Klien
adalah anak tunggal(tidak mempunyai saudara kandung)
2. Keluhan utama/ alasan
kunjungan
a. Keluhan utama : Sesak nafas
b. Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak
nafas yang dialami sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai
dengan demam tinggi.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak
3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Ø
Prenatal care
1)
Pemeriksaan kehamilan:
5kali
2)
Keluhan selama hamil:
tidak ada keluhan
3)
Riwayat terkena sinar
dan terapi obat: tidak ada
4)
kenaikan berat badan selama
hamil: lupa
5)
Imunisasi TT: 2kali
6)
Golongan darah ayah: tidak
tahu
7)
Golongan darah ibu: B
Ø
Natal
1)
Tempat melahirkan:di rumah
2)
Lama dan jenis persalinan:spontan
3)
Penolong persalinan:bidan
4)
Cara memudahkan persalinan:tidak
ada
5)
Obat perangsang:tidak
ada
6)
Komplikasi waktu lahir:tidak
ada
Ø
Post natal
1)
Kondisi bayi – BBL: 2,8
kg, PBL: 50 cm
2)
Bayi kemerahan setelah
lahir,tidak ada cianosis
Ø
Penyakit yang pernah dialami:demam
Ø
Kecelakaan yamg pernah
dialami:tidak ada
Ø
Tidak pernah dioperasi
dan dirawat dirumah sakit sebelumnya
Ø
Alergi makanan obat-obatan
tidak ada
Ø
Komsumsi obat-obatan bebas
jika sakit:tidak pernah
Ø
Perkembangan anak disebandingkan
dengan anak yang lainnya sama
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang
disertai darah, yaitu nenek yang tinggal serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak
ada yang menderita penyakit menurun seperti diabetes melitus.
4. Riwayat Imunisasi
No
|
Jenis Imunisasi
|
Waktu Pemberian
|
Reaksi Setelah Pemberian
|
1
2
3
4
5
|
BCG
DPT(I,II.III)
POLIO(I.II.III.IV)
CAMPAK
HEPATITIS(I,II,III)
|
1bulan
2bln,3bln.4bln
2bln.3bln.4bln,6bln
9bulan (belum dilakukan)
2bln,3bln,4bln
|
Demam
Tidak ada
Tidak ada
Tiak ada
–
|
5. Riwayat tumbuh kembang
a.
Pertumbuhan fisik
1)
Berat badan baru lahir
:2,8 kg
2)
Panjang badan: 50 cm
b.
Perkembangan tiap tahap
Usia
anak saat
1)
Berguling :4bulan
2)
duduk :6bulan
3)
merangkak :7bulan
4)
senyum kepada orang lain
pertama kali:2bulan
5)
bicara pertama kali:1bulan
6)
berpakaian tanpa bantuan
orang lain:belum bisa
6. Riwayat nutrisi
a.
Pemberian asi
1)
Pertama kali disusui:1minggu
setelah bayi lahir
2)
cara pemberian:setiap
kali bayi menangis
b.
Pola perubahan nutrisi
tiap tahapan sampai nutrisi saat ini
usia
0 – 6 bulan: ASI
usia
7 bulan : ASI + bubur beras merah
7. Riwayat psikososial
a.
Anak tunggal
b.
lingkungan berada di kota
c.
rumah dekat dengan masjid
d.
tidak ada tempat bermain
e.
tidak punya kamar sendiri
f.
ada tangga yang berbahaya
g.
anak tidak punya ruang
bermain
h.
hubungan antara anggota
keluarga harmonis
i.
pengasuh anak adalah ibunya
sendiri
8. Riwayat spiritual
Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa
agar klien cepat sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.
9. Reaksi hospitalisasi
a.
Pemahaman tengtang keluarga
dan rawat inap
1) Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik
melihat anaknya
2) Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya
3) Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah
sakit, klien hanya mampu menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada
didekatnya.
10. Aktivitas sehari-hari
a.
Pola makan dan Minum
Pola
Makan:
No
|
Pola makan
|
Kondisi sebelum sakit
|
Kondisi selama sakit
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Selera makan
Menu makanan
Frekuensi makan
Makanan pantangan
Pembatasan pola makan
Cara makan
|
Nafsu makan baik
ASI+ bubur beras merah
3x sehari
tidak ada
tidak ada
disuapin
|
Nafsu makan menurun
sesuai diet
2x sehari
makanan berminyak
tidak ada
disuapin
|
Pola
minum:
Pola minum
|
Sebelum sakit
|
Selama sakit
|
Minuman
Frekuensi
Jumlah masukan
|
minum ASI + air putih,
5-6 kali sehari,
± 1000-1500 ml/hari.
|
minum ASI + air putih,
3-5 kali sehari,
± 800-1000 ml/hari.
|
b.
Pola Eliminasi
BAK
Pola BAK
|
Sebelum sakit
|
Selama sakit
|
Frekuensi BAK
Jumlah keluaran
Bau
Warna
|
4 – 5 kali sehari,
± 1200cc,
khas,
jernih.
|
3 – 4 kali sehari,
± 800 cc,
khas,
jernih.
|
BAB
Pola BAB
|
Sebelum sakit
|
Selama sakit
|
Frekuensi BAB
Konsistensi
Bau
Warna
|
2 – 3 kali sehari,
lunak,
khas,
kuning.
|
1 kali sehari,
keras,
khas,
kuning.
|
c.
d.
Pola istirahat / tidur
Pola istirahat tidur
|
Sebelum sakit
|
Selama sakit
|
Banyaknya waktu tiudr
Gangguan waktu tidur
|
±10 jam per hari,
tidak ada.
|
± 6 jam perhari,
sulit tidur karena sesak nafas
|
e.
Pola personal higine
Pola personal higyene
|
Sebelum sakit
|
Selama sakit
|
Mandi
Keramas
|
3 kali sehari ( di mandikan ibu ),
3 kali 1 minggu
|
2 kali sehari ( di mandikan ibu pakai waslap ),
2 kali 1 minggu.
|
f.
Pola aktivitas
Sebelum sakit
|
Selama sakit
|
bisa bermain
|
hanya bisa menangis
|
11. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Lemah
a. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah :
100/80 mmHg
2) Nadi :
98 x/Mnt
3) Suhu :
39 ºC
4) Pernapasan :
32 x/Mnt
b. Antropometri
1) Panjang badan :
75 cm
2) Berat badan :
8 kg
3) LILA :
10 cm
4) Lingkar kepala :
30 cm
5) Lingkar dada :
35 cm
6) Lingkar perut :
40 cm
c.
Sistem pernapasan
1) Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus,
pernapasan cuping hidung, tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal
dan cepat (takipneu).
2) Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada tumor.
3) Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan
ukuran antara posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
4) Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang
paru.
5) clubbing finger : tidak ada.
d.
Sistem cardiovaskuler
1) Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis
kuat, tekanan vena jugularis tidak meninggi.
2) Suara jantung : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.
3) Tidak ada bising aorta & Mur-mur.
4) Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.
e.
Sistem pencernaan
1)
Gaster tidak kembung,
tidak ada nyeri.
2)
Abdomen : Hati tidak teraba,
Lien & ginjal tidak teraba.
3)
Peristaltik : 30 x/Mnt
f.
Sistem indra
1)
Mata
Ø
Kelopak mata : Tidak edema
Ø
Bulu mata : Menyebar
Ø
Alis : Menyebar
Ø
Mata : Reaksi terhadap
rangsangan cahaya ada
2)
Hidung
Ø
Stuktur hidung simetris
kiri & kanan, penciuman baik, tidak ada trauma di hidung, mimisan tidak ada
Ø
Ada secret dan ingus yang
menghalangi penciuman
3)
Telinga
Ø
Keadaan daun telinga simetris
kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih, serumen tidak ada.
Ø
Fungsi pendengaran normal
( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah suara tersebut.
g.
Sistem Saraf
1)
Fungsi Serebral
Ø
Orientasi, daya ingat,
perhatian dan perhitungan tidak Di identifikasi
Ø
Kesadaran
-
Eyes : 4
-
Motorik : 6
-
Verbal : 5
-
GCS : 15 (normal 13-15)
2)
Fungsi Cranial
Ø
Nervus I (olfaktorius):
Penciuman tidak diidentifikasi
Ø
Nervus II (optikus): Visus
dan lapang pandang tidak diidentifikasi
Ø
Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens):
Gerakan otot mata tidak diidentifikasi
Ø
Nervus V (trigeminus):Motorik
dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.
Ø
Nervus VII (facialis)
; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi
Ø
Nervus VIII (akustikus):
Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat diidentifikasi.
Ø
Nervus IX (glosofaringeus):
Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.
Ø
Nervus X (Vagus): Gerakan
ovula tidakdapat diidentifikasi
Ø
Nervus XI (aksesoris)
: Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat diidentifikasi
Ø
Nervus XII (hipoglosus)
: Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi
3)
Fungsi motorik
Ø
Massa otot : lemah
Ø
Tonus otot : menurun
Ø
kekuatan otot : 25%(dapat
menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat menahan berat dan Tekanan pemeriksa.
4)
Fungsi sensorik
Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat Diiidentifikasi.
5)
Fungsi Cerebellum
Koordinasi
dan keseimbangan tidak dapat dikaji.
6)
Refleks
Refleks
bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+)
7)
Iritasi Meningen
Tidak
ditemukan adanya kaku kuduk.
8)
Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan
menggunakan DDST :
Ø
Motorik kasar : duduk
tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan
Ø
Motorik halus : mencari
benang, menggaruk manik- manik, memindahkan kubus, mengambil 1 kubus
Ø
Bahasa : meniru bunyi
kata- kata, dapat berkata papa atau mama
Ø
Personal sosial : tepuk
tangan
h.
Sistem Muskuloskeletal
1)
Kepala
Ø
Bentuk : Normal
Ø
Gerakan : tidak diidentifikasi
2)
Vertebrae
Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis
3)
Pelvis
Klien belum jalan,ortholan barlaw’s tidak dilakukan
4)
Lutut
Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)
5)
Kaki
tidak bergerak.
6)
Tangan
tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse
i.
Sistem Integument
1) Rambut : hitam,tidak mudah dicabut
2) kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu
kulit menyebar, tidak ada tahi lalat.
3) Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku
pendek dan agak bersih.
j.
Sistem Endokrin
1)
kelenjar thyroid : tidak
ada pembesaran
2)
Ekskresi urine berlebihan
: tidak ada
3)
Polidipsi dan Poliphagi
: tidak ada
4)
Keringat berlebihan :
tidak ada
5)
Riwayat air seni dikerumuni
semut : tidak ada.
k.
Sistem Perkemihan
Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing
batu tidak ada.
l.
Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
m.
Sistem Immune
1)
Alergi cuaca tidak ada,alergi
debu tidak ada.
2)
Penyakit yang berhubungan
dgn cuaca seperti batuk dan flu
3)
Bicara
Ø
Ekspresive :Klien menangis
jika merasakan sakit
Ø
Reseptive : tidak diidentifikasi
12. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit
= 450 103/µL
b. LED = 7 mm/jm
c. kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan
13. Penatalaksanaan
a.
Terapi oksigen
b.
Cairan glukosa 10%
c.
Kloramfenikol 250 mg 3X
sehari
B. Analisa Data
No
|
Data Penunjang
|
Kemungkinan Penyebab
|
Masalah
|
1.
|
DO:
– Klien nampak sesak
– pernapasan cuping hidung, pernapasan dangkal
– Klien nampak pucat dan cianosis
DS:
– Ibu klien mengatakan anaknya sesak.
|
Edema
antara kapiler dan alveoli
Peningkatan O2 dan Co2 yang berdifusi
Kecepatan difusi gas menurun
Difusi O2 dan Co2 terganggu
|
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen
|
2.
|
DO:
– Klien nampak batuk berlendir dan beringus.
– terdengar bunyi ronchi, stridor pada lapang paru.
– Pergerakan dada tidak simetris.
– TTV:
T : 100/80 N : 98 X/menit
S : 39 C P : 32 X/ menit
DS :
– Ibu klien mengatakan anaknya batuk berlendir dan beringus.
– Klien mengatakan dadanya terasa sakit saat batuk.
|
Pembentukan sel eksudat
Alveoli dibronciolus berisi eksudat eritrosit,
fibrin dan bakteri
Penumpukan secret/mucus
Obtruksi jalan nafas
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan mucus dijalan nafas
|
3.
|
DO :
– KU : Lemah
– Suhu : 39 C
DS :
– Klien mengeluh badannya panas.
|
Stimulus chemoreseptor hipotalamus.
Termoregulator
Peningkatan metabolisme
|
Hipertermi
|
4.
|
DO :
– Porsi makan tidak habis
– Selera makan menurun
– BB : 15 kg TB : 120 cm
DS :
– Ibu klien mengatakan anaknya malas makan.
– Ibu klien mengatakan porsi makan anaknya tidak dihabiskan.
|
Kompensasi cadangan lemak yang dipergunakan oleh
tubuh
Anoreksia
|
Nutrisi Kurang dari kebutuhan
|
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen
2. jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan mucus dijalan nafas
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada jaringan
parenkim paru
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia
Comments
Post a Comment