
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : PERSONAL HIGIENE (PERAWATAN KUKU TANGAN DAN KAKI)
Personal higiene seperti merawat
kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri
karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku yang kotor dan
panjang.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan
penulisan............................................................................ 2
1.3 Rumusan
permasalahan................................................................. 2
1.4 Kegunaan....................................................................................... 3
1.5 Sistematika
penulisan.................................................................... 4
BAB
II TUJUAN TEORITIS
2.1
Konsep dasar................................................................................. 5
2.1.1
Pengertian ............................................................................ 5
2.1.2
Klasifikasi............................................................................. 5
2.1.3
Etiologi................................................................................. 6
2.1.4
Anatomi dan fisiologi........................................................... 8
2.1.5
Faktor Resiko....................................................................... 11
2.1.6
Patofisiologis........................................................................ 13
2.1.7
Manisfestasi klinis................................................................ 14
2.2
Konsep asuhan keperawatan......................................................... 15
2.2.1
Pengkajian............................................................................ 15
2.2.2
Penetapan Diagnosis............................................................ 17
2.2.3
Perencanaan dan Implementasi............................................ 17
2.2.4
Intervensi ............................................................................. 22
2.2.5
Evaluasi................................................................................ 23
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Personal higiene berasal dari bahasa
Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan higiene berarti sehat.
Higiene personal adalah upaya yang
dilakukan individu dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya baik
secara fisik mau pun mental. Berpenampilan bersih, harum, dan rapi merupakan
dimensi yang sangat penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan individu
secara umum. Menurut Roper ( 2002 ), mengingat kebersihan merupakan kebutuhan
dasar utama yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan kondisi psikologis
individu. (Wahit Iqbal Mubarak , Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar , 2015 , Hal.
143 )
Efek yang akan timbul jika personal
higiene tidak dilakukan akan menimbulkan berbagai bibit penyakit. Oleh karena
itu, kebersihan tubuh perlu di perhatikan.
Adapun jenis personal hygiene yang di
perlu di perhatikan diantaranya perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh
tubuh, perawatan mata, perawatan hidung, perawatan telinga, perawatan gigi dan
mulut, perawatan kuku tangan dan kaki, perawatan genetalia, perawatan tubuh (
memandikan ), dan kesehatan pakaian. Perawatan personal higiene salah satunya perawatan
kuku tangan dan kaki. Kuku tangan dan kaki sering kali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Akan tetapi, sering kali tidak
sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.
Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal higiene karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam
tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat
dan bersih. Tujuan perawatan kuku tangan dan kaki adalah agar klien memiliki
kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, klien merasa nyaman dan bersih,
klien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku yang benar.
Dari latar belakang di atas kami
tertarik untuk menyusun makalah dengan judul
“ Asuhan Keperawatan personal
higiene : Perawatan Kuku Tangan dan Kaki "
1.2
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu melakukan
tindakan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam hal
Personal Higiene : Perawatan kuku dan kaki.
2. Tujuan khusus
a.
Mampu mengetahui konsep dasar Personal
Higiene.
b.
Mampu mengetahui dan melakukan proses
pengkajian pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene
: Perawatan kuku tangan dan kaki “.
c.
Mampu menganalisa data klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia
“Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.
d.
Mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku
tangan dan kaki “.
e.
Mampu menyusun dan memberikan tindakan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal
Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.
f.
Mampu mengevaluasi atas tindakan asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene
: Perawatan kuku tangan dan kaki “.
1.3
Rumusan
masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas
bahwa pemenuhan kebutuhan dasar manusia “ Personal Higiene : Perawatan kuku
tangan dan kaki “ . Kuku tangan dan kaki sering kali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Akan tetapi, sering kali tidak
sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.
Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal higiene karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam
tubuh melalui kuku., maka dengan itu kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa
konsep dasar Personal Higiene ?
2.
Apa saja yang harus dkaji pada klien
dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku
tangan dan kaki “ ?
3.
Bagaimana menganalisa data klien dengan gangguan
kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “.
4.
Bagaimana menyusun
perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan
dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan kaki “ ?
5.
Bagaimana menyusun dan memberikan tindakan asuhan
keperaatan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene
: Perawatan kuku tangan dan kaki “ ?
6.
Bagamaina mengevaluasi
atas tindakan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan
gangguan kebutuhan dasar manusia “Personal Higiene : Perawatan kuku tangan dan
kaki “.
1.4
Sistematika
penulisan
Sistematika
penulisan laporan ini dibagi atas:
- Bab
I Pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, manfaat dan sistematika
penulisan.
- Bab
II Tujuan
teoritis terdiri dari konsep dasar, pengertian, klasifikasi, etiologi, anatomi
dan fisiologi, faktor resiko, fatofisiologis, manifestasi klinis. Konsep asuhan
keperawatan, pengkajian, keperawatan dan intervensi.
- Bab
III Tinjauan kasus yang terdiri dari
pengkajian analisa data, daftar asuhan keperawatan, rencana asuhan keperawatan,
catatan keperawatan atau implmentasi, evaluasi dan catatan perkembangan.
- Bab
IV Pembahasan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
- Bab
V Penutup yang berisi tentang
kesimpulan, kritik dan saran yang menunjang dari kasus yang di angkat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Konsep Dasar
2.1.1
Higiene
personal
1.
Pengertian
Personal higiene
atau kesehatan pribadi adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri
yang meliputi kerbersihan rambut, teliga, gigi dan mulut, kuku, dan kebersihan
dalam berpakaian dalam meningkatkn kesehatan yang optimal. (Wahit Iqbal Mubarak
, Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar , 2015 , Hal. 145)
2.
Pentingnya
Higiene Personal
Personal higiene
seperti merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan
perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku
yang kotor dan panjang.
2.1.2
Klasifikasi
Personal Higiene
Higiene
personal merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang rutin
dilakukan oleh perawat setiap hari di
rumah sakit (Depkes RI, 1987). Tindak tersebut meliputi sebagai berikut.
1.
Perawatan kulit kepala dan rambut serta
seluruh tubuh.
2.
Perawatan mata.
3.
Perawatan hidung.
4.
Perawatan telinga
5.
Perawatan gigi dan mulut.
6.
Perawatan kuku tangan dan kaki.
7.
Perawatan genitalia.
8.
Perawatan tubuh (memandikan).
9.
Perawatan pakaian.
2.1.3
Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang
perawatan diri adalah sebagai berikut :
1.
Kelelahan fisik
2.
Penurunan kesadaran
Menurut
Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1.
Faktor predisposisi:
a.
Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b.
Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri.
c.
Kemampuan realistis turun Klien dengan gangguan jiwa
dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
d.
Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan
diri lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
2.
Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan
diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah :
a.
Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b.
Praktik sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene.
c.
Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d.
Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e.
Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu
tidak boleh dimandikan.
f.
Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g.
Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering
timbul pada masalah personal hygiene :
1.
Dampak fisik
Banyak
gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit,gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2.
Dampak psikososial
Masalah
sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa
nyaman,kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dan gangguan interaksi sosial.
2.1.4
Anatomi
dan fisiologi
Kuku
merupakan bagian tubuh yang belum jelas secara fungsi spesifiknya, kuku
merupakan bagian dari tulang. Apakah untuk ngupil saja juga terlalu tajam.
Menggaruk terlalu keras akan membuat lecet, digunakan cakar - cakaran masuk
penjara. Malah bisa dibilang kuku adalah tempat bersembinya penyakit atau
bakteri. Akan tetapi ada beberapa artikel yang menyebutkan fungsi kuku adalah
sebagai pelindung ujung saraf di ujung jari dan mempertinggi daya sentuh.
Kuku terdiri dari lempeng kuku (nail plate),
lipatan kuku lateral dan proximal, hiponikium, bantalan kuku (nail bed) dan
matriks. Matriks dan bantalan kuku membantu pembentukan lempeng kuku. Bagian
ventral lempeng kuku dibentuk oleh bantalan kuku, sedangkan sisanya berasal
dari matriks. Lempeng kuku berwarna transculent, melalui lempeng kuku merupakan
struktur yang paling besar. Melekat kuat pada bantalan kuku dimana perlekatan
ini kurang kuat ke arah proximal, terpisah dari sudut postolateral. Seperempat
bagian kuku ditutupi oleh lunula putih.
Pada
pemotongan longitudinal, lipatan kuku bagian proximal terlihat berupa lanjutan
dari kulit sekitar dorsum dan phalangs terminal. Epidermis pada lipatan ini
berlanjut disekitar dasar kuku. Lipatan kuku bagian proximal dan memiliki dua
permukaan epitel yaitu bagian dorsal dan ventral. Pada persambungan keduanya
dijumpai kutikula yang berproyeksi kearah distal diatas permukaan kuku. Matrix
kuku dapat dibagi atas bagian dorsal yaitu bagian intermediate yang menutupi
lempeng kuku bagian proximal sampai ujung distal dari lunula dan bagian
ventral. Pada daerah pemisah antara lempeng kuku dan bantalan kuku, dapat
dijumpai epitel sohlenhorn. Pada keadaan normal struktur ini hanya berupa sisa.
Matriks
merupakan pusat pertumbuhan kuku. Kuku tangan tumbuh lebih cepat dari kuku
kaki, yaitu 2-3mm perbulan, sedagkan kuku kaki 1mm/bulan. Dierlukan waktu 100 -
300 hari untuk mengganti kuku tangan dan 12 - 18 bulan untuk kuku kaki.
Kecepatan pertumbuhan kuku menurun pada penderita penyakit pembuluh darah
kapiler dan pada usia lanjut.
Anatomi dan Fisiologi Kuku Kuku adalah bagian terminal
lapisan tanduk yang menebal.Bagian kuku terdiri dari: 1Matriks kuku: merupakan
pembentuk jaringan kuku yang baru 2Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan
kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas 3Dasar kuku (nail bed): merupakan
bagian kulit yang ditutupi kuku 4Alur kuku (nail grove): merupakan celah antar
dinding dan dasar kuku 5Akar kuku (nail root): merupakan bagian proksimal kuku
6Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang
dikelilingidinding kuku 7Lunula: merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna
putih didekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit 8
ponikium (kutikula): merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit
arinyamenutupi bagian permukaan lempeng kuku9 Hiponikium: merupakan dasar kuku,
kulit ari dibawah kuku yang bebas (freeedge) menebal.
Fungsi kuku Kuku mempunyai 2 fungsi utama. Fungsi pertama
yang diketahui secaraumum ialah sebagai pelindung dari ujung jari. Fungsi
keduanya yang juga sangat penting adalah memberi sensitifitas daya sentuh .
Pada ujung jari terdapat banyak reseptor yang berfungsi untuk menghantarkan
rangsang sentuh saat kitamenyentuh suatu objek sehingga kita dapat merasakan
bersentuhan dengan objek yang kita sentuh. 170 hari dan kuku kaki: 12- 18
bulan. Gejala klinis Gejala yang ditimbulkan bervariasi tergantung pada kondisi
dan faktor virulensi dari Penyakit mulut dan kuku tersebut. Gejala klinis yang
mula mula terlihat antara lain: Suhu tubuh meningkat dan akan terlihat jelas
pada sapi yang masih muda. Kenaikan ini akibat dari fase viremia dari virus
picorna virus. Dan biasanya suhu tersebut akan turun setelah terbentuknya
lepuh-lepuh Lepuh-lepuh tersebut dapat ditemukan didalam mulut sehingga
menyebabkan meningkatnya saliva dalam mulut sehingga terbentuk busa disekitar
bibir. Lepuh tersebut juga dapat ditemukan pada ambing yang menyebabkan
produksi susu turun dan kadang dapat menyebabkan keguguran. Pada tracak
biasanya lepuh terjadi bersamaan dengan proses yang terjadi didalam mulut.
Lepuh yang terjadi menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada hewan yang menderita,
sehingga menyebabkan hewan tersebutmalas bergerak dan hanya mau berbaring.
Kesembuhan dari lesi yang tidak mengalami komplikasi akan berlangsung dengan
cepat berkisar antara 1-2minggu, namun apabila ada infeksi skunder maka
kesembuhan akan tertunda (Anonim1., 2008). Gejala umum PMK pada ternak ditandai
dengan adanya kelesuan, suhu tubuh meningkat dan mencapai 410C, hypersalivasi
(keluarnya air liur yang berlebihan), nafsu makan berkurang, enggan berdiri,
pincang dan semua gejala tadi terjadi serentak pada suatu kelompok hewan/ternak
Tanda klinis khusus penyakit ini berupa adanya lepuh-lepuh berupa penonjolan
berisi cairan bening hingga kuning keruh kemerahan dan dapat dengan mudah
terkelupas. Lepuhlepuh ini sering ditemukan pada bagian lidah, bibir, mucosa
pipi, gusi, langit-langit mulut, ujung kaki, teracak dan ambing pada hewan
betina (Anonim2., 2009). Diagnosa Diagnosis dari penyakit mulut dan kuku
didasarkan pada gejala klinis yang ditimbulkan. Selain itu dilakukan koleksi
sampel pada hewan yang menderita untuk diperiksa dilaboratorium. Sampel isolasi
dapat diambil melalui cairan lepuh, keropeng bekas lepuh, dan sampel darah
(Anonim1., 2008).
2.1.5
Faktor
Resiko
Dampak yang muncul pada masalah personal hygiene
adalah:
1.
Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga serta gangguan
fisik pada kuku.
2.
Dampak psikologi
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan interaksi sosial.
Epidemiologi/Insiden Kasus Gangguan
Personal Hygiene. Defisit personal hygiene dapat terjadi pada setiap orang
mulai dari lahir sampai mati karena ketidakmampuan melakukan aktivitas sendiri,
kurangnya pengetahuan dan banyak faktor lain yang mempengaruhi.
Etiologi/Penyebab Defisit Gangguan
Personal Hygiene. Adapun penyebab terjadinya defisit gangguan personal
hygiene adalah:
a.
Sakit, sehingga tidak dapat melakukan sendiri
b.
Kurangnya pengetahuan dan informasi
c.
Keterbatasan biaya
d.
Lingkungan yang tidak mendukung
e.
Tidak adanya fasilitas yang memadai
Menurut Tarwoto dan Wartinah dalam
buku Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawata, sikap seseorang melakukan personal
hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a.
Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangan mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli kebersihannya.
b.
Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri
sehingga kemungkinan akan terjadi perubahan personal hygiene.
c.
Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo dan alat lainnya yang semuanya memerlukan
biaya untuk membelinya.
d.
Pengetahuan
Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
e.
Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit maka tidak
boleh dimandikan.
f.
Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampo, dll.
g.
Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Menurut Wahit Iqbal Mubarak dan
Nurul Cahayati dalam buku Kebutuhan Dasar mengatakan bahwa faktor –
faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu:
a.
Budaya
Sejumlah mitos berkembang dimasyarakat bahwa saat
individu sakit, ia tidak boleh dimandikan karena dapat memperparah penyakitnya.
b.
Status Soial – Ekonomi
Untuk melakukan personal hygiene yang baik diperlukan
sarana dan prasarana yang memadai. Semua kebutuhan itu memerlukan biaya.
c.
Agama
Agama juga mempengaruhi keyakinan individu dalam
melaksanakan kebiasaan sehari – hari. Setiap agama pasti memerintahkan umatnya
untuk menjaga kebersihan karena kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini
tentu akan mendorong untuk mengingat pentingnya kebersihan diri bagi
kelangsungan hidupnya.
d.
Tingkat Pengetahuan/Perkembangan Individu
Kedewasaan sesorang mempengaruhi pada kualitas diri
seseorang, salah satunya adalah pengetahuan yang baik.
e.
Status Kesehatan
Kondisi sakit/cedera akan menghambat kemampuan
individu dalam melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada
tingkat kesehatan individu. Individu akan semakin lemah sehingga jatuh sakit.
f.
Cacat Mental dan Jasmani
Kondisi cact dan gangguan mental yang menghambat
kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.
2.1.6
Patofisiologi
Personal hygiene adalah suatu upaya
yang dilakukan seseorang untuk memelihara kebersihan diri. Personal hygiene
dapat terganggu apabila individu sedang sakit. Selan itu fasilitas yang kurang,
kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi yang kurang
dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan mrngalami defisit
personal hygiene.
Apabila defisit personal hygiene
individu terganggu, maka akan menimbulkan dampak baik dilihat dari segi fisik
maupun psikologis.
Dampak fisik
yang mungkin muncul adalah:
a.
Gangguan integritas kulit
b.
Gangguan mukosa mulut
c.
Infeksi pada mata dan telinga
d.
Gangguan fisik pada kuku
Dampak
psikologis yang mungkin muncul adalah:
a.
Kebutuhan harga diri
b.
Gangguan interaksi sosial
c.
Aktualisasi diri
d.
Gangguan rasa nyaman
e.
Kebutuhan mencintai dicintai
2.1.7
Manifestasi
Klinis
1.
Fisik
a.
Kulit kepala kotor dan rambut kusam,
acak-acakan
b.
Hidung kotor telinga juga kotor
c.
Gigi kotor disertai mulut bau
d.
Kuku panjang dan tidak terawatt
e.
Badan kotor dan pakaian kotor
f.
Penampilan tidak rapi
2.
Psikologis
a.
Malas, tidak ada inisiatif
b.
Menarik diri, isolasi
c.
Merasa tidak berdaya, rendah diri dan
hina
3.
Social
a.
Interaksi kurang
b.
Kegiatan kurang
c.
Tidak mampu berperilaku sesuai norma,
missal : cara makan berantakan, buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat
mandi/sikat gigi, tidak dapat berpakaian sendiri.
2.2 Konsep
Asuhan Keperawatan
Asuhan
Keperawatan Klien dengan Masalah Perawatan Higiene
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian
perawat tetantang bibir,gigi,mokusoa mulut,gusi, langit-langit, dan lidah
klien. Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna,
hidrasi, tekstur dan lukanya. Klien yang tidak mengikuti praktik higiene mulut
yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi
yang hitam ( khususnya sepanjang margin gusi ), karies gigi, kehilangan gigi,
dan holitasis. Rasa sakit yang di lokalisasi adalah gejela umum dari penyakit
gusi atau gangguan gusi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan organisme
seperti Treponeme pallidum, Neisseria gonorrhea, dan hominis virus herpes.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi
atau kemoterapi, sangat penting mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga
mulut klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk keperawatan preventif bagi
klien saat mereka melewati pengobatan.
Pengkajian
rongga mulut klien dapat menunjukan perubahan aktual atau potensial dalam
integritas struktur mulut. Diagnosis keperawatan yang berhubungan dapat
merefleksikan masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan
perawat juga menunjukan kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena
defisit perawatan diri. Identifikasi diagnosis yang akurat memerlukan sleksi
faktor yang berhubungan dengan yang menyebabkan masalah klien. Perubahan pada
mukosa mulut akibat pemaparan radiasi mislanya akan memerlukan intervensi
berbeda dari pada kerusakan mokusa akibat penempatan selang endotrakea.
Riwayat
Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu
sehari-hari, sarana dan prasarana, yang dimiliki, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi hygiene personal individu- baik faktor pendukung mau pun faktor
pencetus.
Pemeriksaan
Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal
individu mulai dari ekstremitas atas sampai bawah.
1.
Rambut. Amati kondisi rambut ( warna,
tekstur, kuantitas ), apakah tampak kusam ? apakah di temukan kerontokan ?
2.
Kepala. Amati dengan seksama kebersihan
kulit kepala. Perhatikan adanya ketombe, kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
3.
Mata. Amati adanya tanda-tanda ikterus,
conjungtiva pucat, secret pada kelopak mata, kemerahan, atau gatal-gatal pada
mata
4.
Hidung. Amati kondisi hidung, kaji adanya
sinusitis, perdarahan hidung, tanda-tanda pilek, yang tidak kunjung sembuh,
tanda-tanda alergi, atau perubahan pada daya penciuman.
5.
Mulut. Amati kondisi mukosa mulut dan
kaji kelembabannya. Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang,gusi, atau sariawan,
kekeringan, atau pecah-pecah.
6.
Gigi. Amati kondisi dan kebersihan gigi.
Perhatikan adanya tanda-tanda karang gigi, caries, gigi pecah-pecah, tidak
lengkap, atau gigi palsu.
7.
Telinga. Amati kondisi dan kebersihan
telinga. Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi,
atau perubahan daya pendengaran.
8.
Kulit. Amati kondisi kulit ( tekstur,
turgor, kelembaban ) dan kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna
kulit, stria, kulit keriput, lesi, atau pruritus.
9.
Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan
kebersihan kuku perhatikan adanya kelainan atau luka.
10. Genetelia.
Amati kondisi dan kebersihan genetelia berikut area perineum. Perhatikan pola
pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki, perhatikan kondisi skrotum dan
testisnya.
11. Hygiene
personal secara umum. Amati kondisi dan kebersihan kulit secara umum perhatikan
adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.
2.2.2. Penetapan Diagnosis
Diagnosis keperawatan umum untuk klien
masalah perawatan hygiene adalah defisi perawatan diri. Lebih lanjut, diagnosis
tersebut terbagi menjadi 4 ( kozier 2004 ), yaitu defisit perawat diri : makan,
defisit perawatan diri: mandi atau hygiene, defisit perawatan diri: berpakaian
atau berhias, defisit perawatan diri: eliminasi dan diagnosis umum lain yang
muncul gangguan integritas kulit dan gangguan citra tubuh.
2.2.3. Perencanaan dan Implementasi
Menyusun
rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan hygiene mulut termasuk
mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan
fisik klien. Perawatan harus membina hubungan yang baik dengan klien untuk
membantu praktek hygiene mulut. Beberapa klien sangat sensitif tentang kondisi
mulut mereka dan enggan membiarkan ornag lain merawat. Dalam banyak kasus,
klien ( seperti yang terkena diabetes dan kanker ) juga tidak sadar bahwa
mereka beresiko penyakit gigi dan priodontal dan karenanya memerlukan
pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami perubahan mukosa akan memerlukan
perawatan jangka panjang hasil tidak dapat terlihat untuk beberapa hari atau minggu.
Keluarga dapat memainkan peranan penting dalam pembelajaran bagaimana untuk
memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan memberikan hygiene mulut
meliputi sebagai berikut.
1.
Klien akan memiliki mokusa mulut utuh
yang terhidrasi mulut
2.
Klien mampu melakukan sendiri perawatan
hygiene mulut dengan benar.
3.
Klien akan mencapai rasa nyaman
4.
Klien akan memahami praktek hygiene
mulut
Rencana kesehatan keperawatan untuk
klien dengan gangguan hygiene personal harus meliputi beberapa pertimbangan
yaitu hal-hal yang disukai klien, kesehatan klien, serta keterbatasan yang di
milikinya. Selain itu, perawat juga perlu pertimbangkan waktu yang tepat untuk
memberikan asuhan serta fasilitas dan tenaga yang tersedia.
Implementasi untuk hygiene mulut yang
baik termasuk kebersihan, kenyamanan, dan kelembaban struktur mulut. Perawatan
yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit
atau fasilitas keperawatan jangka panjang sering kali tidak menerima rawatan
agresif yang mereka butuhkan. Perawatan mulut harus diberikan teratur dan
setiap hari. Frekuensi bergantung pada mulut klien.
1.
Defisit perawatan diri : mandi atau hygiene berhubungan dengan :
a.
Kurangnya koordinasi, sekunder akibat
dalam
b.
Kelemahan otot, sekunder
c.
Paralisis sebagian atau total, sekunder
d.
Keadaan koma
e.
Gangguan visual, sekunder
f.
Tidak berfungsinya atau hilangnya
ekstremitas
g.
Peralatan eksternal ( gips, bidai,
penyokong, alat intravena )
h.
Kelelahan nyeri pasca operasi
i.
Defisit kognitif
j.
Nyeri
Kriteria
Hasil
Individu
akan melakukan aktivitas mandi pada tingkatan yang optimal sesuai dengan
harapan atau mengungkapkan kepuasan atas keberhasilan yang di capai meski
dengan keterbatasan yang dimiliki.
Indikator
a.
Mengungkapan kenyamanan dan kepuasan
dengan kebersihan tubuh.
b.
Mendemonstrasikan kemampuan menggunakan
peralatan adaptif.
c.
Menjelaskan faktor penyebab untuk
defisit kemampuan mandi.
Intervensi
Umum
a.
Kaji faktor penyabab ( misal
keterbatasan atau gangguan pada ekstremitas, gangguan visual). Rasional adalah
ketidak mampuan untuk melakukan perawatan diri menimbulkan perasaan
ketergantungan dan konsep diri yang rendah.
b.
Beri kesempatan pada klien untuk
mempelajari kembali atau beradaptasi dengan aktivitas perawatan diri. Rasional
dengan meningkatnya kemampuan merawat diri, harga diri akan meningkat.
c.
Lakukan intervensi umum untuk klien
dengan ketidak mampuan untuk mandi.
1)
Jaga suhu kamar mandi tetap hangat ;
cari tahu suhu air yang di sukai individu.
2)
Berikan privasi selama mandi.
3)
Jaga agar kondisi lingkungan sederhana
dan tidak berantakan
4)
Observasi kondisi kulit selama mandi
5)
Letakkan seluruh peralatan mandi di
tempat yang mudah di jangkau
6)
Untuk klien dengan gangguan penglihatan,
letakkan seluruh peralatan di dalam lapang pandang klien atau pada tempat yang
sesuai untuk klien.
7)
Berikan pengamanan di kamar mandi (
keset antislip, pegangan ).
8)
Jika klien mampu secara fisik, anjurkan
dia untuk menggunakan bak mandi atau shower, tergantung apa yang di guanakan di
rumah ( klien harus berlatih di rumah sakit untuk persiapan pulang ke rumah )
9)
Berikan peralatan adaptif sesuai
kebutuhan ( misal spoon dengan tangkai yang panjang, balok pegangan di dinding
kamar mandi, semprotan shower yang dapat di pegang, dan lain-lain
10) Untuk
klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa kaki atau puntung guna melihat
integritas kulit. Mandikan bagian puntung 2x sehari dan yakinkan bagian
tersebut kering sebelum di bungkus atau di pasangkan prostesis.
11) Berikan
pereda nyeri yang bisa mempengaruhi kemampuan untuk mandi sendiri
d. Berikan
penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai dengan indikasi.
2.
Defisit perawatan dirim : eliminasi
berhubungan dengan :
a. Kurangnya
koordinasi, sekunder
b. Kelemahan
otot sekunder
c. Paralisis
sebagian atau total, sekunder
d. Keadaan
koma
e. Gangguan
visual, sekunder
f. Tidak
berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g. Peralatan
eksternal ( gips, bidai, penyokong, alat intravena )
h. Kelelahan
dan nyeri pasca operasi
i.
Defisit kognitif
j.
Nyeri
Kriteria
Hasil
Individu
akan memperlihatkan peningkatan kemampuan untuk melakukan eliminasi secara
mandiri atau mengungkapkan bahwa dia tidak mampu melakukan eliminasi sendiri.
Indikator
a.
Mendemostrasikan kemampuan untuk
menggunakan peralatan adaftif untuk mempermudahkan eliminasi
b.
Menjelaskan paktor penyebab untuk
depisit kemampual eliminasi
c.
Menyebutkan rasional tidakan dan porsedurnya
Intervensi
umum
a.
Kaji faktor penyebab ( misal
keterbatasan atau gangguan pada ektreitas ganggugan pisual).
b.
Beri kesempatan induvidu untuk
mempelajari kembali atau beradaptasi dengan aktivitas eliminasi.
c.
Lakukan intervensi umum untuk klien yang
kesulitan eliminasi
1)
Kaji riwayat BAK dan BAB klien
2)
Buat cattan BAK dan BAB untuk menentukan
pola eliminasi klien.
3)
Berikan asupan cairan yang adekut dan
duit yang seimbang untuk mendukung saluran urine yang adekut dan pengosongan
usus yang normal
4)
Dukung pola eliminasi yang normal dengan
mengatur pelaksanan aktivitas dan latian fisik yang sesuai dengan kemampuan
klien
5)
Capai kemandirian dalam elakukan
eliminasi dengan latihan terus menerus tanpa bantuan.
6)
Hindari penggunaan kateter indweling dan kateter kondom untuk
mempercepat pengeluaran urine (jika memungkinkan).
d.
Berikan intervensi khusus untuk klien
dengan defisit visual.
1)
Letakan bel pada tempat yang mudah di
jangkau sehingga klien dapat segera memperoleh bantun untuk melakukan
eliminasi; jawab panggilan dengan segera untuk mengurangi kecemasan
2)
Jika pispot atau urinal di butuhkan
untuk eliminasi pastikan benda benda tersebut terletak dalam jangkawan klien
3)
Atur jona aman dan bebas hambatan unjtuk
menuju toilet
e.
Untuk klien yang mengalami gangguan pada
ektremitas atau kehilangan anggota gerak, berikan perawatan adaktif yang di
perlukan dan meningkatkan kemandirian dan keamanan klien (commode, vispotuntuk
peraktur, tempat duduk toilet ygang bisa di tinggikan side rail untk toilet).
f.
Berikan intervensi khusud untuk klien
dengan berikan intervensi khusus untuk
klien dengang devisit kognitif.
1)
Pasang pengikat waktu (timer) untuk
eliminasi setiap dua jam sehabis makan, dan sebelum tidur.
2)
Anjurkan klien mengguanakan pakaian yang
bisa (banyak individu yang awalnya kebingungan akhirnya dapat berkemih ketika
mengguanakan pakaian yang biasa.
3)
Hindari penggunaan pispot jika kondisi
pisik klien memungkinkan,ciptakan suasananya yang normal dengan membiasakan
klien eliminasi di kamar mandi.
3.
Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan iritasi, prekuensi BAB yang berlebihan.
2.2.4. Intervensi
a.
Ganti popok anak jika basah.
b.
Bersihkan bokong perlahan dengan sabun
nonalkohol.
c.
Beri salep seperti zink oksida bila
terjaid iritasi pada kulit.
d.
Observasi bokong dan parienen dri
infeksi.
e.
Kolaborasi dengan dokter dan pemberian
terapi antifungsi sesuai indikasi.
f.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.
Intervensi
dan rasional.
a. Dorong
klien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran,
perasaan,pandangan dirinya, Rasional : membantu klien untuk menyadari
perasaannya yang tidak biasa.
b. Catat
prilaku menarik diri, penimgkatan ketergantungan, manipulasi, atau tidak
terliabt pada perawatan . rasional : dugaan masalah pada penilaian yang dapat
memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
c. Pertahankan
pendektan positif selama aktivitas perawatan. Rasional: bantu/klien orang
terdekat untuk menerima perubahan tbuh dan merasakan baik tentang diri
tersendiri.
2.2.5. Evaluasi
1.
Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien.
2.
Hasil yang diharapkan dari higiene mulut
tidak dapat dilihat dalam beberapa hari.
3.
Pembersihan yang berulang-ulang harus
sering kali dilakukan.
4.
Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk
mengubah intervensi dalam evaluasi.
Comments
Post a Comment