
MAKALAH
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA IBU POST
PARTUM
Masa nifas (puerpurium)
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat
kandungan kembali seperti pra – hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pemantauan Involusi Uteri................................................................... 3
B.
Perawatan Vulva Masa Nifas............................................................... 5
C.
Perawatan Luka Perineum.................................................................... 7
D.
Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas ( Breast Care )............................ 12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan .......................................................................................... 20
B.
Saran .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium)
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat
kandungan kembali seperti pra – hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu.
(Askeb Ibu Masa Nifas, 2011)
Masa nifas tidak kurang
dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan
pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi. (Bennet dan Brown, 1999, P :
590)
Pada masa nifas, ibu
akan mengalami perubahan perasaan, dimana keadaan ini disebut Post Partum
Blues. Post Partum Blues termasuk depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu
setelah melahirkan. Sekitar 70% dari semua ibu yang melahirkan pernah mengalami
Post Partum Blues (The NFC Foundation, 2000).
Asuhan masa nifas sangat
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis. Diperkirakan bahwa
60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 %
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2006 : 122).
Vulva hygiene adalah membersihkan
vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat
melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya,
karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari
dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu
sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan perineum adalah
pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva
dan anus pada ibu
Perawatan
payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas
(masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI (Prawirohardjo, 2006).
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konsep pemantauan involusi uteri
2.
Bagaimana konsep perawatan vulva masa nifas
3.
Bagaimana konsep perawatan luka perineum
4.
Bagaimana konsep perawatan payudara pada ibu nifas (breast
care)
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pemantauan involusi uteri
2.
Untuk mengetahui perawatan vulva masa nifas
3.
Untuk mengetahui perawatan luka perineum
4.
Untuk mengetahui perawatan payudara pada ibu nifas (breast
care)
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMANTAUAN INVOLUSI UTERI
1.
Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. (Ambarwati
dan Wulandari, 2008)
Menurut
(Hincliff, 1999) Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ
setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah
melahirkan.
2.
Proses Involusi Uterus
Ischemi pada miometrium disebut juga lokal
ischemia, yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya
karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi
disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa
hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat
mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan
lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Dan aliran darah
dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi lebih
baik. Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami
kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali
kepada ukuran semula.
3.
Bekas Implantasi Uteri
Plasenta
mengecil karena kontraksi dan menonjol. Otot-otot uterus berkontraksi segera
post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan
diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal,
setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan
akhirnya pulih.
4.
Lokia
Adalah cairan
sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Menurut Rustam
Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna
sebagai berikut :
a.
Lokia rubra berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa. Lanugo dan
mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
b.
Lokia sanguinolenta berwarna
merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
c.
Lokia serosa berwarna kuning,
cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d.
Lokia alba cairan putih, setelah
2 minggu
e.
Lokia purulenta terjadi infeksi,
keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f.
Lokia astastis lokia tidak lancar
keluarnya.
5.
Teknik Pengukuran
Involusi Uteri
Pengukuran
involusi uteri dilakukan dengan cara palpasi, yaitu dengan mengumpulkan uterus,
setelah itu diraba dan diukur dengan jari seberapa jarak uterus antara pusat
sampai simpisis.
B. PERAWATAN VULVA MASA NIFAS
1. Pengertian
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah
sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya
sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena
hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari
dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu
sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih
muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan
protektif
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali
sehari), biasanya daerah perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam
botol atau wadah lain yang disediakan khusus untuk keperluan tersebut.
Penggantian tampon harus sering dilakukan, sedikitnya sesudah pencucian
perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis menggunakan pispot.
Payudara harus mendapatkan perhatian khusus pada saat mandi yang bisa dilakukan
dengan memakai spons atau shower dua kali sehari. Payudara dibasuh dengan
menggunakan alat pembasuh muka yang disediakan khusus untuk keperluan ini.
Kemudian masase payudara dilakukan dilakukan dengan perlahan – lahan dan puting
secara hati – hati ditarik keluar. Jangan menggunakan sabun untuk membersihkan
puting
2. Tujuan
a. Untuk mencegah infeksi
b. Untuk penyembuhan luka jahitan
perineum.
c. Untuk kebersihan perineum, vulva
juga memberikan rasa nyaman bagi klien.
3. Persiapan Alat
a. Kapas sumblimat
b. Alas pantat
c. Botol cebok berisi larutan
desinfektan sesuai dengan kebutuhan
d. Betadin dan kain kasa
e. Bengkok
4. Cara Ibu Nifas Melakukan Vulva Hygiene Sendiri.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri Ibu
nifas adalah sebagai berikut :
1) Membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Langkah pertama ibu membersihkan daerah sekitar vulva
terlebih dahulu dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah anus. Dan
sebaiknya ibu membersihkan daerah sekitar vulva setiap kali selesai BAK atau
BAB.
2) Mengganti pembalut atau kain
pembalut 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
3) Mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
4) Jika ibu mempunyai luka episotomi
atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut
(Saifuddin, 2002).
5. Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat
memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada
klien.
Pelaksanaan
1) Pintu dan jendela ditutup dan
jika perlu pasanglah sampiran
2) Alat-alat didekatkan pada pasien
dan pasien diberitahu tentang hal yang akan dilakukan
3) Perawat mencuci tangan
4) Pakaian pasien bagian bawah
dikeataskan atau dibuka.
5) Pengalas dan dipasang dibawah
bokong pasien, sikap pasien dorsal recumbent
6) Perawat memakai sarung tangan
(tangan kiri)
7) Siram vulva dengan air cebok yang
berisi larutan desinfektan
8) Kemudian ambil kapas sublimat
untuk membuka labia minora. vulva dibersihkan mulai dari labia minora kiri,
labia minora kanan, labia mayora kiri, labia mayora kanan, vestibulum,
perineum.
9) Cara mengusap dari atas ke bawah
bila masih kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang baru hingga bersih.
10) Keadaan perineum diperhatikan
jahitannya, bagaimana jahitannya apakah masih basah, apakah ada pembengkakan,
iritasi dan sebagainya
11) Jahitan perineum dikompres dengan
betadin
12) Setelah selesai pasien dirapihkan
dan posisinya diatur kembali
13) Peralatan dibereskan, dibersihkan
dan dikembalikan ke tempat semula.
C. PERAWATAN LUKA PERINEUM
1. Pengertian
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai
dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang
dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah
selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik
seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah
pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva
dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
2. Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002),
adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah
pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28
hari setelah kelahiran anak atau aborsi.
3. Bentuk Luka Perineum
a.
Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat
proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
b. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum
untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala
bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada
perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan
jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus
dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah
diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah
atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak
pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki
(Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan
rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
a. Episiotomi medial
b. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
a. Tuberositas ischii
b. Arteri pudenda interna
c. Arteri rektalis inferior
4. Dampak Dari Perawatan Luka
Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal
berikut ini :
a. Infeksi
Kondisi
perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan
bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
b. Komplikasi
Munculnya
infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada
jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung
kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
c. Kematian ibu post partum
Penanganan
komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post
partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).
5. Waktu Perawatan
a. Saat mandi
Pada saat
mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula
pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
b. Setelah buang air kecil
Pada saat
buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
c. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke
perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan
perineum secara keseluruhan.
6. Penatalaksanaan
Langkah-langkah pejahitan
robekan perineum
a.
Persiapan Alat
1)
Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
-
Wadah berisi : Sarung tangan, pemegang jarum, jarum
jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
-
Kapas DTT
-
Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril,
jatuhkan dalam wadah DTT
-
Patahkan ampul lidokain
2)
Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi
tempat tidur
3)
Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4)
Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum
ibu
5)
Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir
6)
Pakaian satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7)
Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi
tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8)
Lengkapi pemakaian sarunga tangan pada tangan kiri
9)
Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan
gerakan satu arah dari vulva ke perineum
10) Periksa vagina, servik dan
perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu
atau dua.
b.
Anestesi Lokal
1)
Beritahu ibu tentang apa yang akan dilakukan
2)
Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior
yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3)
Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang
terhisap
4)
Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi
luka daerah perineum
5)
Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan
jarum suntik sepanjang luka pada mukosa vagina
6)
Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7)
Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
c.
Penjahitan Laserasi pada Perineum
1)
Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung
laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang
dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2)
Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke
bawah ke arah cincin hymen
3)
Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam
mukosa vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi
kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4)
Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot.
Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5)
Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan
mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6)
Pidahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke
vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong
benangnya
7)
Masukkan jari ke dalam rectum
8)
Periksa ulang kembali pasa luka
9)
Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan.
Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
10) Nasehati ibu untuk :
a)
Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b)
Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada
perineumnya
c)
Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir
3-4 x per hari
d)
Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
D. PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS (
BREAST CARE)
1.
Pengertian perawatan payudara pada masa
nifas
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk
merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan
pengeluaran ASI (prawirohardjo,2006).
Perawatan
payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara selama kehamilan
(terutama pada trimester 3) dan setelah persalinan dimulai sedini mungkin yaitu
1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Dilakukan 2 x sehari (saleha, 2009).
Perawatan payudara (Breast care) adalah suatu cara
merawat payudara yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk
produksi ASI, selain itu untuk kebersihan
payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar.
Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui
dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk
mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga
sangat penting memperhatikan kebersihan personal hygine (Rustarmadji, 2006).
2.
Tujuan perawatan payudara
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan
payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
·
Untuk menjaga kebersihan payudara
sehingga terhindar dari infeksi
·
Untuk mengenyalkan puting susu,
supaya tidak mudah lecet
·
Untuk menonjolkan puting susu
·
Menjaga bentuk buah dada tetap
bagus
·
Untuk mencegah terjadinya
penyumbatan
·
Untuk memperbanyak produksi ASI
·
Untuk mengetahui adanya kelainan
Pelaksanaan
perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari
sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari (sulistiyawati, 2009).
3.
Persiapan perawatan payudara
Persiapan Alat:
·
Baby oil/minyak kelapa
·
Kapas/kassa secukupnya
·
Handuk 1 buah
·
Waslap bersih 2 buah
·
Bengkok/ember
·
Baskom berisi cairan (air hangat dan dingin)
·
BH yang bersih, menyangga payudara dan dapat menyerap
keringat Ibu
Pelaksanaan:
·
Memberikan prosedur yang akan dilaksanakan
·
Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman
·
Mengatur posisi klien dan alat-alat peraga supaya mudah
dijangkau
·
Cuci tangan sebelum dilaksanakan perawatan payudara
·
Pasang handuk di pinggang klien satu dan yang satu dipundak
·
Ambil kapas dan basahi dengan minyak dan kemudian tempelkan
pada areola mamae selama 5 menit kemudian bersihkan dengan diputar.
·
Kedua tangan diberi minyak dengan rata kemudian lakukan
pengurutan (Suherni, 2009).
4.
Cara perawatan payudara
Langkah-langkah pengurutan payudara
a.
Pengurutan pertama
Terdiri dari empat gerakan yang dilakukan pada kedua
payudara selama lima menit. Berikut tahap-tahap yang dilakukan pada pengurutan
pertama:
·
Licinkan kedua tangan dengan minyak
·
Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara
·
Lakukan pengurutan, dimulai kearah atas, lalu telapak tangan
kiri kearah sisi kiri dan telapak tangan kanan ke arah sisi kanan
·
Lakukan terus pengurutan ke bawah / ke samping. Selanjutnya,
pengurutan melintang. Telapak tangan mengurut ke depan, lalu kedua tangan
dilepas dari payudara
·
Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara
Pengurutan kedua
Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu.
Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
b.
Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau
tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari
pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada
payudara kanan. Lakukan dua kali gerakan pada setiap payudara.
Ø Pengompresan
Lakukan tahap pengompresan. Sebelumnya, siapkan alat berupa
dua buah wadah/baskom kecil yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air
dingin serta dua buah waslap. Selanjutnya, kompres kedua payudara dengan waslap
hangat selama dua menit, lalu ganti dengan kompres waslap dingin selama satu
menit. Kompres bergantian selama tiga kali berturut-turut dan akhiri dengan
kompres air hangat.
Ø Perawatan puting susu
Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
merawat puting susu :
a)
Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi
minyak selama lima menit agar kotoran disekitar puting mudah terangkat
b)
Jika puting susu normal, lakukan perawatan berikut. Oleskan
minyak pada ibu jari dan telunjuk, lalu letakkan keduannya pada puting susu.
Lakukan gerakan memutar kearah dalam sebanyak 30 kali putaran untuk kedua
puting susu. Gerakan ini untuk meningkatkan elastisitas otot puting susu
c)
Jika puting susu datar atau masuk kedalam, lakukan tahap
berikut :
-
Letakkan kedua ibu jari di sebelah kiri dan kanan puting
susu, kemudian tekan dan hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara
perlahan
-
Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting susu, lalu
tekan serta hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara
perlahan.
Catatan :
·
Hindari gerakan yang dapat memarkan puting susu
·
Hindari penarikan puting susu dan payudara keluar karena
dapat merusak jaringan-jaringan payudara
·
Hindari penggesekan diatas payudara karena dapat menimbulkan
rasa panas pada kulit payudara
Selesai melakukan perawatan payudara, pakailah bra atau BH
yang menyangga payudara dengan sempurna. Diharapkan dengan melakukan perawatan
payudara, proses menyusui nantinya dapat berjalan dengan lancar.
5.
Perawatan payudara dengan masalah
a. Putting susu lecet
Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting
susu, ibu bisa mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lece dan memerah ASI
secara manual dan di tampung pada botol steril lalu di suapkan menggunakan
sendok kecil . Olesi dengan krim untuk payudara yang lecet. Bila ada madu,
cukup di olesi madu pada puting yang lecet (Mellyna, 2009).
b.
Penyumbatan kelenjar payudara
Sebelum menyusui, pijat payudara
dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah
puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area yang mengeras. Menyusui
sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh
semangat pada awal sesi menyusui, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.
Lanjutkan dengan mengeluarkan air susu dari payudara itu setiap kali selesai
menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit
tersebut. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada
payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat
beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami
penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu.
(Suririnah, 2007).
c.
Pengerasan payudara
Menyusui secara rutin sesuai dengan
kebutuhan bisa mambantu mengurangi pengerasan, tetapi jika bayi sudah menyusui
dengan baik dan sudah mencapai berat badan ideal, ibu mungkin harus melakukan
sesuatu untuk mengurangi tekanan pada payudara. Sebagi contoh, merendam kain dalam
air hangat dan kemudian di tempelkan pada payudara atau mandi dengan air hangat
sebelum menyuusi bayi. Mungkin ibu juga bisa mengeluarkan sejumlah kecil ASI
sebelum menyusui, baik secara manual atau dengan menggunakan pompa payudara.
Untuk pengerasan yang parah, gunakan kompres dingin atau es kemasan ketika
tidak sedang menyusui untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan mengurangi
pembengkakan (Nichol, 2006).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asuhan masa nifas sangat
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis. Diperkirakan bahwa
60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 %
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Vulva hygiene adalah membersihkan
vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat
melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya,
karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan setiap
hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada
waktu sesudah selesai membuang hajat.
Perawatan perineum adalah
pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva
dan anus pada ibu
Perawatan
payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas
(masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI (Prawirohardjo, 2006).
B.
Saran
Pengetahuan
akan perawatan masa nifas sangat penting untuk dikuasai. Karena dalam periode
masa nifas banyak sekali perubahan yang terjadi pada pasien sehingga perlu
perawatan yang benar agar tubuh kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata
Niaga Media Jakarta
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Comments
Post a Comment