Konsep Kontraksi (His) dalam Persalinan
His adalah kontraksi
otot-otot rahim pada persalinan. His persalinan yang menyebabkan pendataran dan
pembukaan serviks, terdiri dari his pembuaan, his pengeluaran, dan his
pelepasan uri. His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks. (Icesmi
Sukarni K Margareth ZH, Kehamilan, persalinan, dan nifas, 2013)
Kehamilan pada
umumnya ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yangrelatif tenang
(quiscence), yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janinintra uterin,
sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan otot polos uterusmulai
menunjukkan aktivitas kontraksi yang secara terkoordinasi, diselingi dengan
suatu periode relaksasi, mencapai puncaknya menjelang persalinan, dan secara
berangsur menghilang pada preriode post partum. Mekanisme regulasi yang
mengatur aktivitaskontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan dan
kelahiran; sampai dengan saatini, masih belum jelas benar.Transformasi keadaan
miometrium yang relatif tenang selama kehamilan yangkemudian menjadi aktif
berkontraksi menjelang persalinan, secara berurutan, disebutsebagai periode
aktivasi, periode stimulasi dan periode involusi segera sesudah bayi lahir
(Challis dan Lye).
Ibu terasa
kenceng-kenceng sering, teratur dengan nyeri dijalarkan dari pinggang ke paha.
Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon oksitosin yang secara fisiologis
membantu dalam proses pengeluaran janin.
Gambar
1
(HIS)
Ada 2 macam kontraksi
yang pertama kontraksi palsu (Braxton hicks) dan kontraksi yang sebenarnya.
Pada kontraksi palsu berlangsung sebentar, tidak terlalu sering dan tidak
teratur, semakin lama tidak ada peningkatan kekuatan kontraksi. Sedangkan
kontraksi yang sebenarnya bila ibu hamil merasakan kenceng-kenceng makin
sering, waktunya semakin lama, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri
seperti kram perut. Perut bumil juga terasa kencang. Kontraksi bersifat fundal
recumbent /nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah
perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta perut
bagian bawah. Tidak semua ibu hamil mengalami kontraksi (His) palsu. Kontraksi
ini merupakan hal normal untuk mempersiapkan rahim untuk bersiap mengadapi
persalinan.
HIS dan Tenaga Lain Dalam Persalinan
Uterus terdiri atas
tiga lapisan otot polos, yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan dalam
sirkular,dan di antra dua lapisan in terdapat lapisan dengan otot- otot yang
beranyaman” tikar”. Berbeda dengan otot polos lain, pemendeka otot rahim lebih
besar, tenaga daat di sebarkan ke segala arah dan karena susunannya tidak
terorganisasi secara memanjang hal ini memudhkan pemendekan, kapasitas untuk
meningkatkan tekanan dan menyebabkannya tidak bergantung pada letak atau
presentasi janin
His yang sempurna bila terdapat
a. Kontraksi yang simeris
b. Kontraksi paling kuat atau adanya
dominasi di fundus uteri
c. Sesudh itu terjadi relaksasi
Pengetahuan fungsu
uterus dalam masa kehamilan dan persalinan banyak di pelajari oleh
Caldeyro-Barcia dengan memasukan kateter polietilen halus ke dalam ruang amnion
dan memasang mikrobalon dan miometrium fundus uteri, di tengah-tengah korpus
uteri dan bagian bawah uterus, semuanya disambung kateter polietilen halus ke
alat pencatat (electrometer). Ternyata di ketahui bahwa otot-otot uterus tidak
mengadakan relaksasi sampai 0, akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga
tekanan di dalam riang amnion masih terukur antara 6-12 mmHg. Pada setiap konraksi tekanan
tersebut meningkat, disebu amplitudo atau intensitas his yang mempunyai dua
bagian:
Bagian pertama
peningkatan tekanan yang agak cept dan bagian kedua penurunan tekanan yang agak
lamban.
Gambar
2
Anyaman
otot rahim dan beda retraksi otot rahim dan kontraksi otot bergaris
Frekuensi his adalah
jumlah his dalam waktu tertentu. Amplitudo dikalikan dengan frekuensi his dalam
10 menit menggambarkan keaktifan uterus dan ini di ini ukur dengan unit Montevideo.
Umpama amplitudo 50 mmHg, frekuensi his 3 x dalam 10 menit, maka aktifitas
uterus adalah 50 x 3 = 150 unit Montevideo. Nilai yang adekuat untuk terjadinya
persalinan ialah 150-250 unit Montevideo.
Tiap his dimulai
sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk ke dalam dinding
uterus yang disebut sebagai pace maker. tempat gelombang his berasal. Gelombang
bergerak ke dalam dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik sampai ke
seluruh uterus.
Gambar
3
Tiga
lapis otot rahim
His paling tinggi di
fndus uteri yang lapisa ototnya paling tebal dan puncak kontraksi terjadi
simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his, otot-otot korpus uteri
menjadi lebih pendek daripada sebelumnya yang di sebut sebagai retraksi. Oleh
karna serviks kurang mengandung otot, servks tertarik dan terbuka (penipisan
dan pembukaan) : lebih-lebih juka ada tekanan oleh bagian janin yang keras,
umpamanya kepala.
Gambar
4
Mulai
penyebaran his
Aktifitas miometrium
dimuali saat kehamian. Bila melakukan pemeriksaan ginekologik waktu hamil
kadang dapat di raba adaya kontraksi uterus (tanda Braxton Hicks). Pada seluruh
trimester kehamilan dapat di catat adanya kontraksi ringan dengan amplitudo 5
mmHg yang tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu terasa lebih kuat dan
lebih sering. Sesudah 36 minggu aktifitas uterus lebih meningkat lagi sampai
persalinan di mulai. Jika persalinan mulai, yakni pada permulaan kala 1,
frekuensi dan amplitudo his meningkat.
Amplitudo uterus meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir
kala 1 dan frekuensi his menjadi 2 sampai 4 kontraksi selama 10 menit. Dan
durasi his menjadi meningkat dari hanya 20 detik pada permulaan partus sampai
60-90 detik pada akhir kala 1 atau pada permulaan kala II. His yang sempurna
dan efektif bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga kontraksi
simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitudo 40 sampai 60
mmHg yang berdurasi 60 sampai 90 detik, dengan jangka waktu antara kontraksi 2
sampai 4 menit,dan pada relaksasi relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg.
Jika frekuensi dan amplitudo his lebih tinggi, maka dapat mengurangi pertukaran
O2. Terjadilah hipoksia janin dan timbul gawat janin yang secara klinik dapat
di tentukan dengan antara lain menghitung detak jantung janin ataupun dengan
pemerikaan kardiotokografi.
His menyebabkan
pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban pada permulaan kala 1
dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke rongga panggul dan
sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks hingga pembukaan
menjadi lengkap.
Gambar
5
Pengukuran
tekanan intrauterin menurut kala persalinan. Tampak tekanan makin meningkat dan
frekuensi his yang meningkat sesuai dengan kalanya.
Secara klinis
pengukuran ini kurang bermanfaat dan sampai saat ini pengukuran kontraksi
uterus di lakukan secara klinis dengan meletakan tangan pada daerah fundus dan
mencatat frekuansi, interval, dan durasinya. Arrabal dan Nagey menemukan bahwa
pengukuran klinik ini tidak akurat sehingga beberapa peneliti mencoba
pengukuran yang lebih akurat dengan berbagai peralatan misalnya Cohen dengan
Electromyography, secara tidak langsung
dengan pemantauan internal janin melalui elektrode kulit kepala ataupun secara
external dengan kardiotokografi. Cohen dan Jamaica Hospital Medical Center
melakukan pengukuran voltase elektrik yang di akibatkan kontraksi uterus dengan
teknik Uterine Electromyography memakai elektrode permukaan yang mirip EKG yang
mungkin merupakan satu trobosan pengukuran his yang lebih sederhana dan akurat tetapi tanpa resiko. Diharapkan dengan
penggunaan alat ini di klinik, diagnosis impartu dan kelainannya lebih akurat
di samping terjadi pengurangan biaya akibat terdiagnosisnya false Labor.
Beberapa faktor yang
di duga berpengaruh terhadap kontraksi rahim adalah besar rahim, besar janin,
berat badan ibu, dan lain-lain. Namun, di laporkan tidak adanya perbedaan hasil
pengukuran tekanan intrauterus kala II antara wanita obese dan tidak obese.
Gambar
6
His
saat hamil, bersalin, dan nifas
Friedman, menjelaskan
bahwa gambaran klinis kontraksi uterus, frekuensi, intensitas, dan durasi di
atas tidak dapat di percaya untuk mengukur kemajuan persalinan ataupun indeks
normalitas. Yang berguna untuk mengakses kemajuan persalinan adalah pembukaan dan
penurunan.
Yang menarik adalah
penelitian oppenheimer et al yang menyatakan bahwa pemendekan interval antara
kontraksi dan peningkatan regularitas kontraksi merupakan prediksi keberhasilan
satu augmentasi oksitosin dan persalinan pervginam.
Pada kala II ibu
menambah kekuatan uterus yang sudah optimum itu dengan adanya peningkatan
tekanan intraabdomen akibat ibu melakukan kontraksi diafragma dan otot-otot
dinding abdomen yang akan lebih efisiien jika badan ibu dalam keadaan fleksi
dan glotis tertutup. Dagu ibu di dadanya, badan dalam fleksi dan kedua tangan
menarik pahanya dekat pada lutut. Dengan demikian, kepala/ bokong janin di
dorong membuka diafragma pelvis dan vulva, setelah anak lahir kekuatan is tetap
ada untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Posisi ibu yang tegak
(duduk, jongkok, atau berdiri) lebih mempermudah upaya mengejan ibu yang
mungkin di akibatkan bantuan gravitasi dan merupakan posisi yang lebih
fisiologis, meskipun penelitian-penelitian yang ada menghasilkan kesimpulan
yang definitif. Posisi ibu yang tegak (bukan terlentang / dorsolitotomi) setra
pendampingan oleh suami yang kontinyu di anjurkan oleh berbagai buku/kursus
misalnya kursus APN (Asuhan Persalinan Normal) kursus ALARM (Advances in Labor
and Risk Management), dan kursus ALSO ( Advanced Life Support in Obstetrics).
Pada kala III
atau kala uri yang berlangsung 2 sampai
6 menit, amplitudo his masih tinggi ± 60 sampai 80 mmHg, tetapi frekuensinya
berkurang. Hal ini di sebut aktifitas uterus menurun. Sesudah 24 jam
pascapersalinan intensitas dan frekuensi his menurun.
Di tingkat sel,
mekanisme kontraksi ada dua yaitu yang akut dan kronik. Yang akut diakibatkan
masuknya ion kalsium (Ca2+)kedalam el yang di mulai dengan depolarisasi membran
sel. Meningkatnya konsentrasi Ca2+ bebas dalam sel memicu satu reaksi berantai
yang menyebabkan pembentukan hubungnan (cross-bridges) antara filamen aktin dan
miosin shingga sel berkontraksi. Sementara itu, mekanisme yang kronik di
akibatkan pengaruh hormon yang memediasi transkipsi gen yang menekan atau
meningkatkan kontraktilitas sel yaitu CAP (Contraction Associate-proteins).
Apa yang menyebabkan
uterus mulai berkontraksi (mulai inpartu) smpai saat ni masih belum bia di
ketahui dengan pasti. Diperkirakan adanya sinyal biomolekular dari janin yang
di terima otak ibu akan memulai kaskade penurunan progesteron, estrogen, dan
peningkatan prostaglandin dan oksitosin sehingga terjadilah tanda-tanda
persalinan. Satu teori yang menyatakan bahwa janin merupakan dirigen dari
orkestrasi kehamilannya sendiri, dan komunikasi biomolekular antara ibu dan
janin ini merupakan bagian dari awal ikatan (bonding and attachment) antara ibu
dan janin yang akan terjalin seumur hidup.
Kontraksi uterus pada
umumnya tidak seberapa sakit, tetapi kadang-kadang dapat mengganggu sekali.
Juga pada waktu menyusui, ibu mrasakan his yang kadang kadang mengganggu akibat
refleks pengeluaran oksitosin. Oksitosin membuat uterus berkontraksi di samping
membuat otot polos di sekitar alveola berkontraksi pula, sehingga air susu ibu
dapat ke luar.
Gambar
7
Proses
kontraksi di tingat sel
Perasaan sakit waktu
his amat subjektif, tidak hanya bergantung pada intensitas his, tetapi
bergantung pula pada keadaan mental orangnya.
Nyeri waktu melahirkan di anggap sebagai satu-satunya nyeri yang fisiologis
sehingga ada pendapat yang menyatakan tidak perlu di kurangi intensitasnya.
Perasaan sakit pada saat his mungkin di sebabkan oleh iskemia dalam korpus
uteri tempat terdapat banyak serabut saraf dan di teruskan melalui saraf
sensorik di pleksus hipogastrik ke sistem saraf pusat. Sakit di pinggang sering
terasa pada kala pembukaan dan bila bagian bawah uterus turut berkontraksi
sehingga serabut sensorik turut terangsang. Pada kala II perasaan sakit di
sebabkan oleh peregangan vagina, jaringan-jaringan dalam panggul, dan perineum.
Sakit ini di rasakan di pinggang, dalam panggul dan menjalar ke paha sbelah
dalam.
Gambar
8
Kontraksi
(menit)
Hubungan antara
kenaikan tekanan, palpasi kontraksi, dan nyeri yang di rasakan parturient.
Kenaikan tekanan selama 2,5 menit, terdeteksi 1,5 menit pada palpasi dan terasa
oleh parturien selama 45 detik.
Perasaan sakit ini
tampaknya sesuai dengan puncak kontraksi yang tercatat secara manual dan uncak
tekanan yang tercatat dengan alat.
Perasaan sakit ini
dapat di kurangi dengan cara nonmedikamentosa yaitu memberi penjelasan apa yang
terjadi /akan terjadi, pendampingan selama persalinan yang kontinyu, bersalin
di air (water birth), atau cara medis misalnya anestesia spinal, epidural,
kombinasi spinal dan epidural, PCEA, pemakaian akupuntur, atau pudendal block.
assalamu alaikum, ka. maaf sebelumnya, sumber materi konsep his ini dari mana saja ya? terima kasih :)
ReplyDeletemohon dilengkapi sumber referensinya di cantumkan ya kak.
ReplyDelete