Asuhan Keperawatan Reaksi Obat Dan Alergi
BAB
II
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Penyakit Alergi
2.1.1
Pengertian
Menurut
KBBI, alergi merupakan perubahan reaksi tubuh thd kuman-kuman
penyakit atau keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu (zat,
makanan, serbuk, keadaan udara, asap, dsb) yang dalam kadar tertentu tidak
membahayakan untuk sebagian besar orang
Alergi
adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda asing
tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak
berbahaya bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan,
dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak
dengan kulit.
Alergi
adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang memiliki
alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat
biasanya tidak berbahaya di lingkungan.
Hipersensitifitas
atau alergi dapat didefinisikan sebagai setiap reaksi imunologi yang
menghasilkan kerusakan jaringan dalam individu.
Menurut
Van Pirquet (1906) Hipersensitifitas atau alergi adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh reaksi imunologik spesifik yang ditimbulkan oleh alergen
sehingga terjadi gejala – gejala patologis.
Alergi
atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan
terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau
berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut
allergen.
Alergi
merupakan reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau pajanan zat
asing (allergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Allergen
tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak
menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit
Penyakit
alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul akibat
reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun factor lingkungan merupakan
factor penting, factor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat di abaikan.
Adanya alergi terhadap suatu allergen tertentu menunjukan bahwa seseorang
pernah terpajan dengan allergen tersebut sebelumnya.
Kesimpulannya suatu
alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai
tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu. Berlebihan
karena bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sessuatu
yang tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang
tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing
itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi disebut
"allergens".
2.1.2
Tanda dan Gejala
Gejala klinis alergi biasanya
mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit, saluran nafas, saluran cerna,
mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa berpindah-pindah, gejala
sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan dan obat-obatan tertentu
bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain
bisa menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan atau obat yang satu bisa
mempunyai organ sasaran yang lain dengan factor yang lain, misalnya udang
menyebabkan urtikaria, sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Susu
sapi bisa menimbulkan gejala alergi pada saluran nafas, saluran cerna, kulit
dan anafilaksis. Bischop (1990) mendapatkan pada penderita yang alergi susu
sapi : 40% dengan gejala asma, 21% eksema, 43% dengan rinitis. Peneliti lain
mendapatkan gejala alergi susu sapi berupa : urtikaria, angionerotik udema,
pucat, muntah, diare, eksema dan asma.
Berikut gejala umum dari suatu reaksi alergi terhadap alergen
yang terhirup atau kulit meliputi:
1.
Gatal
2.
mata
berair
3.
Bersin
4.
hidung
beringus
5.
Ruam
6.
Merasa
lelah atau sakit
7.
Hives
(gatal-gatal dengan bercak merah dibangkitkan)
8.
Eksposur
lainnya dapat menyebabkan reaksi alergi yang berbeda:
9.
Alergi
makanan : Reaksi alergi terhadap alergen makanan juga bisa
menyebabkan kram perut, muntah, atau diare.
10. Sengatan serangga. Reaksi alergi terhadap sengatan
dari lebah atau serangga lain menyebabkan pembengkakan lokal, kemerahan, dan
nyeri
11. Kerasnya reaksi alergi, gejala dapat sangat
bervariasi:
12. Gejala ringan mungkin tidak begitu kentara, hanya
membuat Anda merasa sedikit,
13. Sedang gejala dapat membuat Anda merasa sakit,
seolah-olah Anda, mendapat flu atau bahkan dingin.
14. Parah reaksi alergi sangat tidak nyaman, bahkan
melumpuhkan.
15. Reaksi alergi yang paling parah disebut anafilaksis.
Dalam anafilaksis, alergen menyebabkan reaksi alergi seluruh tubuh yang dapat
mencakup:
16. Gatal-gatal dan gatal-gatal di seluruh (bukan hanya di
daerah terbuka)
17. Mengi atau sesak napas
18. Suara serak atau sesak di tenggorokan
19. Kesemutan di tangan, kaki, bibir, atau kulit kepala
2.1.3
Etiologi
Alergi
menunjuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanda penolakan
dari bahan-bahan asing tertentu. Tubuh dari orang-orang yang alergi
mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistem imun diaktifkan. Bahan-bahan
alergi tersebut disebut allergens. Contoh allergens yaitu serbuk sari, tungau,
jamur-jamur, dan makanan-makanan.
Zat yang paling sering menyebabkan alergi adalah serbuk tanaman (jenis
rumput tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora,
penisilin), seafood, telur, kacang (kacang panjang, kacang tanah, kacang
kedelai dan kacang-kacangan lainnya), susu, jagung dan tepung jagung, sengatan serangga
(bulu binatang kecoa dan kutu) dan debu dan kutu. Yang juga tidak
kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet.
Selain bahan-bahan tersebut penyebab alergi yang sering dijumpai yaitu penggunaanobat-obatan dan zat-zat kimia.
Secara umum penyebab dari
terjadinya alergi belum dapat dijabarkan secara jelas namun adapun beberapa factor yang menyebabkan adalah:
1.
Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan
berbahan dasar karet, aspirin, debu, bulu binatang, dan lain sebagainya.
2.
Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’
kacang-kacangan. Biasanya reaksi yang ditimbulkan akan berlebihan dan bisa
mengakibatkan rius di sekujur tubuh.
3. Penyebab
minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang berlebihan.
Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk
diidentifikasi meskipun di masa lampau pernah mengalami
gejala serupa. Cara lain pengelompokan jenis
allergen dapat sebagai berikut:
1.
Didalam
Udara Yang Kita Napas
·
Serbuk
sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput liar
·
Tungau
·
Protein-protein
binatang: dander, kulit, dan/atau urin
·
Spora-spora
jamur
·
Bagian-bagian
serangga: kacoa-kacoa
2.
Didalam
Apa Yang Kita Makan
·
Makanan:
Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-reaksi alergi adalah susu
sapi, ikan, kerang-kerangan, telur-telur, kacang-kacangan, kacang-kacang
tumbuhan, kedele, dan gandum.
·
Obat-obatan
(ketika diminum): contohnya, antibiotik-antibiotik dan aspirin
3.
Menyentuh
kulit Kita
·
Latex
(menyebabkan reaksi-reaksi IgE dan non-IgE)
·
Tumbuh-tumbuhan
(poison ivy and oak)
·
Zat
pewarna (Dyes)
·
Bahan-bahan
kimia
·
Logam-logam
(nickel)
·
Kosmetik-Kosmetik
4.
Yang
Disuntikkan Kedalam Tubuh
·
Racun
serangga
·
Obat-obatan
·
Vaksin-vaksin
(termasuk suntikan alergi)
·
Hormon-hormon
(contohnya, insulin)
2.1.4
Pohon Masalah
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh
zat-zat yang tidak berbahaya, namun berbahaya bagi orang yang menderita alergi.
Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya tidak
menimbulkan reaksi pada orang normal. Zat penyebab alergi ini disebut
allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa
melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa
juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti kosmetik, logam perhiasan
dan jam tangan, dll. Alergi
merujuk pada reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai tanggapan pada kontak
badan dengan bahan-bahan asing tertentu.
1.
Terjadinya alergi:
a.
Pada
paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya
mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B
menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe.
b.
Alergen
yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan mencapai sel-sel
pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid usus,yang pada anak
atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak.
c.
Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi
sitokin oleh sel-T. Sitokin mempunyai berbagai efek terhadap berbagai sel
terutama dalam menarik sel-sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga
menimbulkan reaksi peradangan. Aktifasi
komplemen dan terjadinya komplek imun akan menarik netrofil.
d.
Gejala
klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan kerusakan
jaringan yang ditimbulkannya
Pathway
2.1.5
Faktor Resiko
1.
Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam
fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun
fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan penetrasi
alergen makanan. Imaturitas juga
mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
2.
Genetik
berperan dalam alergi . Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi
dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
3.
Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan),
faktor psikis (sedih, stress) atau beban latihan (lari, olah raga).
2.1.6
Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan laboratorium dan
secara akademis dipastikan dengan ”Double Blind Placebo Controlled Food
Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan provokasi
terbuka ”Open Challenge”. Pertama-tama dilakukan eliminasi
dengan makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau
dari hasil uji kulit.
Kalau tidak ada perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.
Pemerikasaan penyaring (misalnya
dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur,
kacang, ikan).
1.
Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau
500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering
ditemukan pada alergi makanan.
2.
IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah
1000u/l sampai umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya
menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau
keadaan depresi imun seluler.
3.
Tes
IgE spesifik dengan RAST (radio
immunosorbent test) atau ELISA (enzyme linked immuno assay).
4.
Secara
in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick
test), uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet
eliminasi dan provokasi untuk alergi makanan.
2.2
Konsep Asuhan Keperawatan Alergi
2.2.1
Pengkajian Keperawatan
1.
Anamnesis
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada anamnesis pasien alergi
obat adalah:
1)
Catat
semua obat yang dipakai pasien, termasuk vitamin,tonikum, dan juga obat yang
sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak menimbulkan gejala alergi obat.
2)
Lama
waktu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat sampai timbulnya gejala. Pada
reaksi anafilaksis gejala timbul segara, tetapi gejala alergi obat baru
timbul 7 sampai 10 hari setelah
pemakaian pertama.
3)
Cara
lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat sebulumnya. Alergi obat sering
timbul bila obat diberikan secara berselang-seling, berulang-ulang, serta dosis
tinggi secara parenteral.
4)
Manifeatasi
klinis alergi obat sering dihubungkan dengan jenis obat tertentu.
5)
Diagnosis
alergi obat sangat mungkin, bila gejala menghilang setelah pemberian obat
dihentikan dan timbul kembali bila pasien diberikan obat yang sama.
6)
Pemakaian
obat topikal (salep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu jalan
terjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan.
2.
Pemeriksaan Fisik
1)
Kulit,
seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas garukan
terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor.
2)
Mata,
diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan katarak
yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi.
3)
Telinga,
telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi.
4)
Hidung,
beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease, allergic
shiners, allergic facies.
5)
Mulut dan
orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring kemerahan,
edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta tulang maksila yang
menonjol kadang-kadang disebabkan alergi kronik.
6)
Dada,
diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu serangan
asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu pernafasan.
7)
Periksa
tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan pada alergi obat adalah :
1.
Perubahan pola napas berhubungan dengan bronkospasme akibat kontraksi
otot polos karena pelepasan histamin ditandai dengan dispneu.
2.
Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit.
3.
Gangguan
pola istirahat berhubungan dengan perasaan kulit terbakar, gatal dan
nyeri akibat timbulnya urtikaria.
4.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.
5.
Gangguan
konsep diri berhubungan dengan lesi atau ruam ad kulit ditndai dengan
dermatitis kontak.
2.2.3
Intervensi dan Rasional
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria
Hasil
|
Rencana Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Perubahan
pola napas berhubungan dengan
bronkospasme akibat kontraksi otot polos karena pelepasan histamin ditandai
dengan dispneu.
|
Tujuan :
Dalam waktu 1 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu
mempertahankan pola pernafasan efektif.
Kriteria Hasil :
a)
Pasien
tidak mengalami sesak nafas.
b)
Bebas dari
tanda dan gejala sesak nafas.
c)
RR pasien normal
|
a) Identifikasi faktor
pencetus
|
Tepat dalam memilih tindakan terapeutik
|
b) Awasi kesesuaian pola nafas
|
Kesulitan nafas dan peningkatan tekanan jalan nafas dapat memperburuk
kondisi terjadinya komplikasi
|
c) Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru
adanya bunyi adventisius, misal: krekels, mengi, ronchi
|
Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi / infeksi pernafasan
|
d) Berikan periode istirahat yang cukup dientara
waktu aktivitas perawatan
|
Menurunkan konsumsi O2.
|
e) Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien
kontrol diri dengan nafas lambat atau dalam
|
Membantu pasien mengalami efek fisiologis hipoksia yang dapat di menifestasikan
sebagai rasa takut
|
Kolaborasi :
a) Berikan tambahan O2 melalui cara yang sesuai
lewat masker, kanul
|
Mempertahankan ventilasi/ oksige-nasi efektif untuk mencegah/ mem-perbaiki krisis pernafasan
|
b) Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti
bronkodilator, ekspektoran
|
Mungkin diperlukan untuk meningkatkan / mempertahankan jalan nafas
|
2.
|
Nyeri berhubungan dengan reaksi
inflamasi kulit.
|
Tujuan :
Dalam waktu 2
x 24 jam, nyeri menghilang atau berkurang.
Kriteria
Hasil :
a) Melaporkan
nyeri berkurang
b) Menunjukkan
ekspresi wajah atau postur tubuh rileks.
|
a) Kaji keluhan
nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya.
|
nyeri hampir selalu ada pada
beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan
|
b) Berikan tindakan
kenyamanan dasar seperti pijatan pada area yang sakit.
|
meningkatkan relaksasi, menurunkan
tegangan otot dan kelelahan umum
|
c) Pantau TTV
|
metode IV sering digunakan pada
awal untuk memaksimalkan efek obat
|
d) Berikan
analgetik sesuai indikasi.
|
menghilangkan rasa nyeri
|
3.
|
Gangguan pola istirahat berhubungan dengan perasaan kulit terbakar,
gatal dan nyeri akibat timbulnya urtikaria.
|
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu
untuk mentoleransi rasa gatal yang dirasakan
Kriteria Hasil:
a)
pasien
melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
b)
mengurangi
atau menghilangkan rasa gatal
|
a) Berikan bedak pada area yang gatal
|
Mengurangi pelebaran area yang gatal
|
b) Beritahu pasien untuk menghindari makanan yang
dapat menimbulkan alergi lebih parah
|
Makanan dapat memperparah gatal
|
c) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
obat
|
Untuk lebih mempermudah dalam proses pengobatan
|
|
|
4.
|
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.
|
Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24
jam turgor kulit kembali normal.
Kriteria hasil :
a) Lesi
dan ruam berkurang
b) Jaringan
kulit kembali utuh
|
a) Observasi
kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya
yang terjadi.
|
Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan
melakukan intervensi yang tepat
|
b) Gunakan
pakaian tipis dan alat tenun yang lembut.
|
Menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju, membiarkan insisi
terbuka terhadap udara meningkat proses penyembuhan dan menurunkan resiko
infeksi
|
c) Jaga
kebersihan daerah di sekitar pasien.
|
Untuk mencegah infeksi
|
d) Kolaborasi
dengan tim medis.
|
Untuk mencegah infeksi lebih lanjut
|
5.
|
Gangguan konsep diri berhubungan dengan lesi atau ruam ad kulit ditandai
dengan dermatitis kontak.
|
Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien dapat
meningkatkan integritas diri dan lebih percaya diri
Kriteria Hasil :
a)
mengungkapkan
peningkatan rasa percaya diri dalam menghadapi penyakit
b)
perubahan
gaya hidup
|
a) Berikan kesempatan mengungkapkan masalah
tentang proses penyakit, harapan masa depan.
|
Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut atau kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung
|
b) Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana
orang terdekat menerima keadaan atau keterbatasan
|
Isyarat verbal atau non verbal oranmg terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
|
1. Dukung pasien untuk mengungkapkan aktualisasi
dirinya
|
Ungkapan perasaan pasien dapat
mengurangi perasaam cemas
|
2.2.4
Implementasi Keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria
Hasil
|
Rencana
Intervensi
|
1.
|
Perubahan
pola napas berhubungan dengan
bronkospasme akibat kontraksi otot polos karena pelepasan histamin ditandai
dengan dispneu.
|
Tujuan
:
Dalam waktu 1
x 24 jam setelah dilakukan intervensi
maka pasien mampu mempertahankan pola pernafasan efektif.
Kriteria
Hasil :
a)
pasien
tidak mengalami sesak nafas.
b)
bebas dari
tanda dan gejala sesak nafas.
c)
RR pasien normal
|
Mengidentifikasi faktor
pencetus
|
mengawasi kesesuaian pola nafas
|
Mengauskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru adanya bunyi adventisius,
misal: krekels, mengi, ronchi
|
memberikan periode istirahat yang cukup dientara waktu aktivitas perawatan
|
mempertahankan perilaku tenang, bantu pasien kontrol diri dengan nafas lambat
atau dalam
|
Kolaborasi :
memberikan tambahan O2 melalui cara yang sesuai lewat masker, kanul
|
memberikan obat-obatan sesuai indikasi seperti bronkodilator, ekspektoran
|
2.
|
Nyeri
berhubungan dengan reaksi inflamasi
kulit.
|
Tujuan :
Dalam waktu 2
x 24 jam, nyeri menghilang atau berkurang.
Kriteria
Hasil :
c) Melaporkan
nyeri berkurang
d) Menunjukkan
ekspresi wajah/postur tubuh rileks
|
mengkaji keluhan nyeri, perhatikan
lokasi dan intensitasnya.
|
memberikan tindakan kenyamanan
dasar seperti pijatan pada area yang sakit.
|
memantau TTV
|
memberikan analgetik sesuai
indikasi.
|
3.
|
Gangguan pola istirahat berhubungan dengan perasaan
kulit terbakar, gatal dan nyeri akibat timbulnya urtikaria.
|
Tujuan
:
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu
untuk mentoleransi rasa gatal yang dirasakan
Kriteria Hasil:
c)
pasien
melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
d)
mengurangi
atau menghilangkan rasa gatal
|
memberikan bedak pada area yang gatal
|
memberitahu pasien untuk menghindari makanan yang dapat menimbulkan alergi lebih parah
|
berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
|
4.
|
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan
perdarahan lokal kulit dan ruam kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.
|
Tujuan
:
Dalam
waktu 3 x 24 jam turgor kulit kembali normal.
Kriteria
hasil :
c) Lesi
dan ruam berkurang
d) Jaringan
kulit kembali utuh
|
mengobservasi kulit setiap hari
catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi.
|
menggunakan pakaian tipis dan alat
tenun yang lembut.
|
menjaga kebersihan daerah di
sekitar pasien.
|
berolaborasi dengan tim medis.
|
5.
|
Gangguan konsep diri berhubungan dengan lesi
atau ruam ad kulit ditndai dengan dermatitis kontak.
|
Tujuan :
Dalam waktu 3
x 24 jam setelah dilakukan intervensi
maka pasien dapat meningkatkan integritas diri dan lebih percaya diri
Kriteria Hasil :
a) mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri
dalam menghadapi penyakit
b)
perubahan
gaya hidup
|
memberikan kesempatan mengungkapkan masalah tentang proses penyakit, harapan
masa depan.
|
mendiskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima
keadaan atau keterbatasan
|
mendukung pasien untuk mengungkapkan aktualisasi dirinya
|
2.2.5
Evaluasi Keperawatan
Hasil
yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu:
1. Masalah
pernapasan dapat diatasi,
pola napas normal.
2. Nyeri
menghilang atau berkurang dengan berkurangnya reaksi inflamasi pada kulit
3. Pola
istirahat
kembali normal dengan berkurang atau menghilangnya rasa gatal dan perasaan terbakar pada kulit
4. Terjadi
peningkatan rasa percaya diri
5. Lesi
dan Ruam pada kulit berkurang atau hilang
Comments
Post a Comment