KONSEP
AKTIFITAS PADA IBU NIFAS
A. MOBILISASI DINI
1. Definisi
Mobilisasi
Dini adalah kebijaksaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat
tidurnya dan membimbing pasien membimbingnya untuk berjalan.
Menurut penelitian,
ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan
yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka
episiotomy, dan tidak memperbesar
kemungkinan terjadinya
prolaps uteri atau
retrofleksi. Ambulasi dini
tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam,
dan keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat.
Sebagian
besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas
tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih,
sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh
tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat.
Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan
istirahat.
Ibu
yang tidak mengalami komplikasi dalam persalinan hampir semua, selalu bangkit segera
untuk pergi ke toilet dan mandi. Mereka mungkin membutuhkan seseorang untuk membantu,
pada tahap awal ini dimana beberapa perempuan mengeluh pusing atau pandangan kabur
ketika mereka pertama bangun setelah persalinan.
2. Keuntungan mobilisasi dini
a. Menurut FK UNPAD (1983 : 321), manfaat
dan keuntungan mobilisasi dini adalah :
1)
Penderita
merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan early ambulation.
2)
Faal
usus dan kandung kencing lebih baik.
3)
Early
ambulation memungkinkan kita mengajar ibu memelihara anaknya : memandikan, mengganti
pakaian, memberi makanan, dan lain-lain selama ibu masih di RS.
4)
Lebih
sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).
b. Menurut Manuaba (1998 : 193), perawatan
puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan “mobilisasi dini” (early
mobilization) :
1) Melancarkan pengeluaran lokea, mengurangi
infeksi puerperium.
2) Mempercepat involusi alat kandungan.
3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal
dan alat perkemihan.
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah,
sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Meskipun mobilisasi dini banyak
membawa keuntungan, tetapi tidak dinasihatkan bagi penderita yang telah mengalami
partus lama, penderita dengan suhu badan tinggi, toxemea, atau bagi penderita dengan penyulit. (Ibrahim, 1996 : 81).
Penambahan
kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya
ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan sebagainya (Saleha, 2009)
3. Kegiatan Mobilisasi Dini
Langkah atau proses ambulasi
ibu nifas dilakukan secara bertahap, sebagai berikut:
a.
Belajar turun dari tempat tidur
Mempercepat bangkitan
dari tempat tidur justru menolong ibu cepat pulih, asal dilakukan dengan hati-hati.
Jika bidan tidak secara khusus meminta ibu menunggu hingga delapan jam setelah bersalin
atau jika ibu merasa sudah cukup kuat dan tidak pening. Berikut ini langkah-langkah
saat ibu mencoba untuk turun dari tempat tidur:
1) Pertama-tama duduk dulu.
2) Dengan tubuh ditahan tangan, geserkan kaki
ke sisi ranjang dan biarkan kakimenggantung sebentar.
3) Setelah itu, perlahan-lahan ibu akan berdiri
dengan bantuan orang lain dan tangan yang masih berpegangan pada ranjang.
4) Jika ibu merasa pening, duduklah kembali.
Stabilkan diri beberapa menitsebelum melangkah.
b. Belajar berjalan.
Berjalan-jalan
akan memperbaiki ketegangan otot dan aliran darah ke jaringan tubuh. Kegiatan ini
pun mempercepat pengaliran lochea (cairan bercampurdarah yang keluar dari dalam
rahim sewaktu rahim mengalami penyusutan). Ibu yang segera menggerakkan ototnya
setelah menjalani persalinan umumnya akan merasa lebih sehat. Satu dua langkah pertama
bisa terasa tidak nyaman.Berdirilah setegak mungkin, meskipun ibu tergoda untuk
membungkukkan badan. Berjalanlah perlahan-lahan terlebih dahulu. Jika terasa sakit
pada daerah perineum, istirahat sejenak sebelum melangkah kembali.
Ambulansi
sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya
luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan, lakukan ambulansi sedini mungkin,
yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi
darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan
gerakan dan jalan-jalan ringan sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien
dari jam demi jam sampai hitungan hari. Kegiatan ini dilakukan secara meningkat
dan berangsur-angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya sampai pasien dapat melakukannya
sendiri tanpa pendampingan sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.
B.
Ambulasi
1.
Definisi Ambulasi
Ambulasi
dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai
dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan
bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Asmadi, 2008).
Hal
ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien. Ambulasi
mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan berangsur-angsur
dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan
toleransi aktivitas. Menurut Kozier 2005 ambulasi adalah aktivitas berjalan.
2. Tujuan Ambulasi
Mencegah
dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a.
Sistem
Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi yang terlambat
yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor kulit.
b.
Sistem
Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung, hipotensi
ortostatic, phlebotrombosis.
c.
Sistem
Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan
ventilasi/perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun.
d.
Sistem
Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e.
Sistem
Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi saluran kemih,
hiperkalsiuria
f.
Sistem
Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot
g.
Sistem
Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan syaraf pada bagian distal,
nyeri yang hebat.
Manfaat
ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis
vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi, mempercepat
pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi.
Ambulasi
sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena jika pasien membatasi
pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan
semakin sulit untuk memulai berjalan (Kozier, 2010).
3. Tindakan-tindakan Ambulasi
a.
Duduk diatas tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan
dilakukan
2) Tempatkan
klien pada posisi terlentang
3) Pindahkan semua bantal
4) Posisi menghadap
kepala tempat tidur
5) Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki
paling dekat ke kepala tempat tidur di belakang kaki yang lain.
6) Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien
di bawah bahu klien, sokong kepalanya dan vetebra servikal.
7) Tempatkan
tangan perawat yang lain pada permukaan tempat tidur.
8) Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan
berat badan perawat dari depan kaki ke belakang kaki.
9) Dorong melawan tempat tidur dengan tangan
di permukaan tempat tidur.
b.
Duduk di tepi tempat tidur
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan
dilakukan
2) Tempatkan pasien pada posisi miring, menghadap
perawat di sisi tempat tidur tempat ia akan duduk.
3) Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2.
yang berlawanan.
4) Tinggikan
kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi pasien.
5) Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
6) Balikkan secara diagonal sehingga perawat
berhadapan dengan pasien dan menjauh dari sudut tempat tidur.
7) Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat
ke kepala tempat tidur di depan kaki yang lain
8) Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala
tempat tidur di bawah bahu pasien, sokong kepala dan lehernya
9) Tempat tangan
perawat yang lain di atas paha pasien.
10) Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki
ke tepi tempat tidur.
11) Tempatkan poros ke arah belakang kaki,
yang memungkinkan tungkai atas pasien memutar ke bawah.
12) Pada saat
bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang tungkai danangkat pasien.
13) Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
14) Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki
menyentuh lantai
c.
Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi
1) Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat
tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan
kursi roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam posisi terkunci.
2) Pasang sabuk
pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
3) Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu
yang stabil dan antislip.
4) Regangkan kedua kaki perawat.
5) Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan
lutut perawat dengan pasien
6) Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau
gapai melalui aksila pasien dantempatkan tangan pada skapula pasien.
7) Angkat pasien
sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul dankaki, pertahankan
lutut agak fleksi.
8) Pertahankan stabilitas kaki yang lemah
atau sejajarkan dengan lutut perawat.
9) Berporos pada kaki yang lebih jauh dari
kursi, pindahkan pasien secara langsung ke depan kursi
10) Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga
tangan pada kursi untuk menyokong.
11) Fleksikan
panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
12) Kaji klien
untuk kesejajaran yang tepat.
13) Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14) Ucapkan terima kasih atas upaya pasien
dan puji pasien untuk kemajuan dan penampilannya.
d.
Membantu Berjalan
1) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan
di samping badan atau memegang telapak tangan perawat.
2) Berdiri di samping pasien dan pegang telapak
dan lengan bahu pasien.
3) Bantu pasien berjalan
e.
Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brancard
Merupakan
tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak
boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
1) Atur posisi
branchard dalam posisi terkunci
2) Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3) Berdiri menghadap pasien
4) Silangkan
tangan di depan dada
5) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan
ke bawah tubuh pasien.
6) Perawat pertama meletakkan tangan di bawah
leher/bahu dan bawah pinggang,perawat kedua meletakkan tangan di
bawah pinggang dan pinggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan di
bawah pinggul dan kaki.
7) Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
f. Melatih Berjalan dengan menggunakan Alat
Bantu Jalan
Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas
pasien. Melatih berjalan dengan menggunakan
alat bantu jalan merupakan kewenangan team fioterapi. Namun perawat tetap bertanggungjawab
untuk menindaklanjuti dalam menjamin bahwa perawatan yang tepat dan dokumentasi
yang lengkap dilakukan.
4. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan
ambulasi
a.
Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau
kayu dan digunakan permanen untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh
dalam keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
b.
Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari
kayu atau logam setinggi pinggang yang digunakan pada pasien dengan lengan yang
mampu dan sehat. Meliputi tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged)
dan tongkat berkaki segi empat (quad cane).
c.
Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai
empat penyangga yang kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum,
lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh.
C. ISTIRAHAT dan TIDUR
1. Definisi
Ibo
post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan
kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada
ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai Persiapan untuk energy menyusui bayinya
nanti. sangatlah penting bahwa ibu pasca melahirkan harus mendapatkan istirahat
dan tidur yang mencukupi. Kebutuhan istirahat selama periode post partum sangat
penting baik untuk kesehatan ibu maupun perawatan bayinya.
Setelah
menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan, usahakan ibu untuk dapat rileks
dan beristirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Jangan segan untuk
meminta pertolongan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah. Dengarkanlah lagu-lagu
klasik pada saat ibu dan bayi sedang beristirahat untuk menghilangkan rasa tegang
dan lelah.Ini merupakan hal yang sangat penting bahwa ibu pasca melahirkan harus
mendapatkan cukup banyak istirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhannya.
Istirahat
yang cukup dan tidur dalam keadaan yang tenang adalah hal yang sangat diperlukan
sekali dalam proses penyembuhan dan rata-rata ini diperlukan selama masa nifas.Hal
ini memungkinkan wanita tersebut untuk dapat mengatasi stress secara fisik maupun
psikologis yang dia dapatkan selama persalinan dan ini pula dapat membantu untuk
meningkatkan usaha penyembuhan. Istirahat dan tidur juga merupakan unsur-unsur yang
sangat penting dalam kesuksesan pemberian ASI.
Bagaimanapun, dengan semua kegembiraan atas kelahiran
sang bayi dan para tamu yang datang serta perubahan peran yang barubagi ibu, ini
tidak selalu mudah untuk dapat beristirahat dan tidur dengan tenang.Ibu juga masih
merasa kesakitan seperti perineum yang terasa nyeri,haemoroid, atau payudara yang
membengkak sehingga mengganggu kenyamanan saat istirahat.Hal ini bisa diatasi dengan
konsultasi kepada dokter untuk pemberianan algetik yang adekuat sesuai kondisi yang
memungkinkannya.Istirahat dan tidur ini merupakan hal yang cukup penting bagi ibu
di masanifas. Hal ini dapat membantunya untuk membangun ketabahan secara psikologis
dan stamina fisiknya. Jika ibu dalam keadaan mental yang depresi atau keadaan fisik
yang sakit, proses penyembuhan akan berlangsung lambat (menurun). Pengembalian kesehatan
seperti keadaan semula memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu ibu harus dengan
baik menggunakan waktu tidur dan waktu istirahatnya dengan optimal.
Ibu
nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas
sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
2. Pengaruh Kurang Istirahat
Kurang istirahat pada
ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
3. Posisi tidur ibu nifas
Posisi
tidur ibu waktu beristirahat sesudah melahirkan penderita harus tidur terlentang,
hanya dengan satu bantal yang tipis. Tetapi ada juga pendapat lain mengatakan bahwa
ibu bebas memilih posisi tetapi untuk memudahkan pengawasan sebenarnya tidur telentang
lebih baik karena dengan tidur terlentang mudah mengawasi keadaan kontraksi uterus
dan mengawasi pendarahan.
Biasanya
setelah melahirkan penderita akan merasa lelah dan dapat tidur sehingga merasa nyaman
berada ditempat tidur. Usaha agar penderita dapat tidur ialah dengan menyakinkan
penderita bahwa keadaannya normal. Istirahat dan tidur sangat perlu bagi penderita,
selain untuk mengembalikan kesehatan, juga untuk pembentukan air susu ibu.
Penderita
juga diperbolehkan bangun dan turun dari tempat tidur pada hari kedua setelah melahirkan
karena membawa beberapa keuntungan:
a. Pelemasan otot lebih baik
b. Sirkulasi darah lebih lancar, mempercepat
penyembuhan
c. Memperlancar pengeluaran lochia berarti
mempercepat involusi
d. Penderita merasa sehat, karena tidak bersikap
sebagai orang sakit
e. Mengurangi bahaya embolus dan thrombosis
Comments
Post a Comment