KONSEP INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
1. Definisi ispa
ISPA merupakan kepanjangan dari infeksi
saluran pernafasan akut dan mulai di kenalkan pada tahun 1984 setelah di bahas
dalam lokakarya Nasional ISPA dicipanas jawa barat. Istilah ini merupakan
padanan istilah bahasa inggri yakni Acute
Respiratory Infections (ARI).
Ispa adalah penyakit yang menyerang salah
satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung(saluran
atas)hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti
sinus,rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14
hari.
Adapun
yang termasuk dalam infeksi saluran napas bagian atas adalah batuk pilek biasa,
sakit telinga,radang tenggorokan, influenza, bronchitis dan juga sinusitis.
Sedangkan infeksi Yang menyerang bagian bawah saluran napas seperti paruitu
salah satu nya adalah pneumonia.
Pemberantasan penyakit ISPA di indonesia
telah di mulai sejak tahun 1984,bersamaan dengan di umumkan nya pemberantasan
penyakit ISPA tingkat Global oleh WHO. Pada tahun 1988 WHO mempublikasikan pola
baru tatalaksana penderita ISPA, yakni memisahkan tatalaksana penyakit
Pneumonia dengan penderita penyakit infeksi akut telinga dan tenggorokan.
Kemudian pada Lokakarya Nasional III tahun
1990 di cimacan telah dibahas tatalaksana penderita ISPA pola WHO pada tahun
1988 tersebut. Kemudian setelah diadaptasi sesuai dengan situasi dan konsisi
setempat,terapkan maka pola tersebut di indonesia, maka dengan adanya penetapan
tersebut tahun 1990 pemberantasan penyakit ISPA menitikberatkan atau
memfokuskan kegiatanya pada penanggulangan Pneumonia Balita.
Sedangkan pengertian Pneumonia adalah proses
infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Patut diwaspadai
apabila seseorang batuk pilek kemudian disertai dengan sesak napas. terlebih
lagi apbila terlihat terdapat tarikan ke dalam pada dinding dada bagian
bawah.maka jika ditemui ciri-ciri ini,segeralah rujuk ke dokter untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.
ISPA yang berlanjut menjadi Pneumonia ini
umumnya terjadi pada anak kecil,terutama apabila terdapat gizi kurang ditambah
dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat,seperti contohnya terdapat asap
rokok di dalam rumah atau terhadap polusi. Risiko terjadi pada anak-anak karena
meningkatkan kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya (ketahanan tubuh)
terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya
atau berlebihannya pemakain antibiotik. Dan dalam pelaksanaan pemberantasan
penyakit ISPA semua bentuk Pneumonia umumnya para tenaga kesehatan menyebutnya
“Pneumonia” saja.
2. Klasifikasi penyakit ISPA
Pada tahun 1998 World Health Organization cit. Suyudi
(2002) telah mempublikasikan pola baru tatalaksana penderita ISPA. Dalam hal
penentuan kriteria ISPA ini, penggunaan pola tatalaksana penderita ISPA adalah
Balita. Dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana
penderita ini sendiri terdiri atas 4 bagian yakni :
a.
Pemeriksaan
b.
Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
c.
Penentuan Klasifikasi Penyakit
d.
Pengobatan
Dalam penentuan klasifikasi, penyakit
dibedakan atas dua kelompok, yakni kelompok untuk umur 2 bulan hingga kurang
dari 5 tahun dan kelompok umur kurang dari dua bulan.
Untuk kelompok umur 2 bulan -<5tahun klasifikasi dibagi atas :
a.
Pneumonia berat
b.
Pneumonia
c.
Bukan pneumonia
Untuk
kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi atas :
1)
Pneumonia berat
2)
Bukan pneumonia
Sedangkan masing-masing gejala untuk klasifikasi di atas
adalah sebagai berikut :
1)
Klasifikasi Pneumonia berat berdasarkan apabila terdapat gejala batuk
atau kesukaran bernafas di sertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam(chest indrawing)pada
anak usia 2 bulan -< 5 tahun. Sedangkan untuk anak berumur kurang dari 2
bulan diagnosis Pneumonia berat di tandai dengan adanya nafas cepat(fast breathing), yaitu frekuensi
pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, adanya tarikan yang kuat pada
dinding dada bagian bawah ke dalam (severe
chest indrawing).
2)
Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernafas disertai adanya napas sesuia umur. Batas napas cepat (Fast Breathing)pada anak usia 2 bulan -
< 1 tahun adalah 50 kali permenit dan 40 kali permenit untuk usia 1 - < 5
tahun.
3)
Klasifikasi bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita balita dengan
batuk yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukan
adamya tarikam dinding dada bagian bawah ke dalam.
3. Penyebab ISPA
Penyebab (etiologi)
penyakit ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri,virus,dan richtesia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah : dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium.
Virus Penyebab ISPA antara lain : golongan MiksoVirus, AdenoVirus, CoronaVirus,
PicornaVirus, Micoplasma, HerpesVirus, dan lain-lain.
4. Faktor pendukung Penyebab ISPA
a.
Kondisi ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekomnomi
yang berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin d sertai dengan
kemampuannya menyediakan ligkungan dan pemukiman yang sehat mendorong
peningkatkan jumlah balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit
menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatkan nya penyakit
ISPA dan Pneumonia pada balita.
b.
Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah
populasi balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan
masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan
penyakit ISPA.
c.
Geografi
Sebagai daerah tropis, indonesia memiliki
petensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi setiap saat dapat menjadi
ancaman bagi kesehatan masyrakat.
Pengaruh Geografi dapat mendorong terjadinya
peningkatan kasus maupun kematian penderita akibat penyakit ISPA. Dengan
demikian pendekatan dalan pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi
semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi nya.
d.
perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA.
Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat
pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatkan tingkat pendidikan di masyarakat
diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam
menjaga kesehatan balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya
memperlihatkan rumah sehat dan lingkungan sehat.
e.
Lingkungan dan iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena
kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan
ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. demikian pula perubahan iklim global
terutama suhu, kelembaban, curah hujan, merupakan beban ganda dalam
pemberantasan penyakit ISPA.
ISPA dan Pneumonia sangat rentan terjadi pada
bayi dan balita. daya tahan tubuh dan juga polusi menjadi faktor pendukung
terjadinya ISPA, seperti contohnya ISPA bagian atas seperti batuk dan pilek
yang umunya terjadi karena ketahanan tubuh kurang. (11)
5. Gejala ISPA
a.
Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan gejala sebagai berikut :
1)
Batuk.
2)
Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya
pada waktu berbicara atau menangis).
3)
Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4)
Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 ◦C atau jika dahi anak
diraba dengan punggung tangan terasa panas.
Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup
dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat
diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi
jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus segera di bawa ke dokter
atau Puskesmas terdekat.
b.
Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang
jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
1)
pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
2)
Suhu lebih dari 390C.
3)
Tenggorokan berwarna merah.
4)
Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
5)
Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6)
Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
7)
Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati
karena jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari
390C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak tersebut
menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan petugas kesehatan.(12)
c.
Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada
gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
1)
Bibir atau kulit membiru
2)
Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
3)
Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
4)
Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
5)
Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
6)
Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
7)
Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
8)
Tenggorokan berwarna merah
Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah
sakit atau puskesmas karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus
seperti oksigen dan infus. (12)
Comments
Post a Comment