PENYEHATAN DAN PENGOLAHAN AIR KOAGULASI
DAN FLOKULASI DI PDAM
Koagulasi adalah salah satu
proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi
atau dalam bentuk koloid. Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat
mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik.
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur Penulis panjatkan kepada Sang Pencipta Allah SWT yang telah menggerakkan
tangan Penulis, untuk menyelesaikan Makalah dengan judul “Penyehatan Dan Pengolahan Air Koagulasi Dan Di Pdam”.
Dalam
penyusunan makalah ini Penulis memperoleh arahan, bimbingan serta motivasi dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak terutama dosen pengampu yang telah banyak memberikan masukan.
Penulis
menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu Penulis dengan
segala rasa hormat dan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna penyempurnaan dan pengembangan makalah ini.
Akhir
kata Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
Penulis dan umumnya bagi kita semua serta pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
.................................................................................. iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat..................................................................................................... 2
1.5 Waktu dan tempat pelaksanaan................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air ............................................................................................................. 3
2.2 Koagulasi .................................................................................................. 4
BAB III PROSES PELAKSANAAN
3.1
Gambaran Lokasi Kegiatan ...................................................................... 12
3.2
Hasil Kegiatan........................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan................................................................................................ 19
4.2
Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Koagulasi adalah salah satu proses kimia yang
digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk
koloid. Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan
sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air
limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian
dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang merata
distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat
terjadi secara merata pula.
Koagulasi merupakan dua proses yang terangkai
menjadi kesatuan prosestak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi
destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan
cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan).Akibat pengadukan cepat,
koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabilkarena terurai
menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion
positif dan negatif juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan.
Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari
koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH-)
dan antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari
koagulan (misal SO42-) yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat).
$egerasetelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan
inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel
dapat mengendap.
”Tirta Bumi Wibawa” sebagai PDAM penyedia air minum
bagi masyarakat harus mampu menyediakan air minum dengan kualitas dan kuantitas
yang memadai untuk dikonsumsi. Proses yang digunakan oleh instalasi pengolahan
air di ”Tirta Bumi Wibawa” ini dalam
menyediakan air bersih adalah proses pengolahan sistem konvensional lengkap
yang meliputi proses secara fisika, kimia dan biologi. Adapun prosesnya antara
lain: koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Sedangkan
dalam laporan ini hanya akan dibahas tentang proses koagulasi dan flokulasi
saja.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana proses
pengolahan air di PDAM?
2.
Bagaimana
Proses Koagulasi pada air PDAM?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui
proses pengolahan air di PDAM
2.
Untuk mengetahui
Proses Koagulasi pada air PDAM
1.4 Manfaat
- Instalasi PDAM
Hasil
Observasi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perbaikan
dan peningkatan sehingga kualitas kuantitas dan kontinuitas Instalasi semakin
membaik.
- Institusi pendidikan
Hasil
Observasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan pembinaan dan
tindak lanjut serta referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
- Mahasiswa
Hasil
Observasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
pengaplikasian ilmu teoritis di perkuliahan dengan penerapan di dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
AIR
1.
Pengertian Air Bersih
Air
bersih merupakan air yang tidak menyebabkan penyakit bagi manusia. Oleh karena
itu, air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan
kesehatan, sekurang-kurangnya diusahakan mendekati persyaratan air yang telah
ditentukan (Kusnoputranto, 2000).
Sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/ PER/IX/ 1990 yang dimaksud dengan
air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,
dan tidak mengandung mineral/kuman-kuman yang membahayakan tubuh. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum
apabila dimasak.
Air minum
merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang
paling penting. Seperti
diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap hidup
air dalam tubuh
tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan
air minum setiap
orang bervariasi dari 2,1
liter hingga 2,8
liter per hari,
tergantung pada berat
badan dan aktivitasnya. Namun,
agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis
(Suriawiria, 1996).
2.
Kualitas Air Bersih
Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat
pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan
sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapatdiminum apabila
dimasak.
2.2
KOAGULASI
1.
Pengertian
Koagulasi adalah proses penggumpalan
partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel
tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi.
Koagulasi (en:coagulation, clotting) adalah
suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang memicu partikel
koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan (en:agglomerate) dan
membentuk trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari hemostasis[1], yaitu
saat penambalan dinding pembuluh darah yang rusak oleh keping darah dan faktor
koagulasi (yang mengandung fibrin) untuk menghentikan pendarahan
(en:hemorrhage) dan memulai proses perbaikan. Kelainan koagulasi dapat
meningkatkan risiko pendarahan atau trombosis.
Proses koagulasi terjadi segera setelah
terjadinya luka pada pembuluh darah dengan rusaknya endotelium
(en:endothelium). Langkah awal koagulasi adalah dengan pelepasan komponen
fosfolipid (en:phospholipid) yang disebut faktor jaringan (en:tissue factor)
dan fibrinogen sebagai inisiasi sebuah reaksi berantai]. Segera setelah itu
keping darah bereaksi membentuk penyumbat pada permukaan luka, reaksi ini
disebut hemostasis awal (en:primary).
2. Mekanisme Koagulasi
1)
Secara fisika
Koagulasi
dapat terjadi secara fisik seperti :
1)
Pemanasan, Kenaikan suhu sistem
koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul
air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada
permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. contoh: darah
2)
Pengadukan, contoh: tepung
kanji
3)
Pendinginan, contoh: agar-agar
2)
Secara kimia
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal
yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
a)
Menggunakan Prinsip
Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel
koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika
partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya
dan bersifat netral.
b)
Penambahan koloid, dapat
terjadi sebagai berikut:
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan
koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion
tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua
itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga
terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan
partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004).
c)
Penambahan Elektrolit. Jika
suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang
bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari
elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel
negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
Pencampuran koloid yang berbeda muatan,dan penambahan zat kimia
koagulan.
Contoh: Fe (OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3
yang bermuatan negatif.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral,
yaitu:
a) Menggunakan
Prinsip Elektroforesis.
Proses elektroforesis adalah
pergerakan partikel-partikelkoloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan
yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapaielektrode, maka sistem koloid akan
kehilangan muatannya dan bersifat netral.
b) Penambahan
koloid dengan muatan berlawanan.
Dapat terjadi sebagai berikut:
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan
koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion
tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua
itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga
terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan
partikel koloid,sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004)
c) Penambahan
Elektrolit.
Jika suatu elektrolit ditambahkan
pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan
mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga
sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari
elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
d)
Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara
partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan
lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid.
Dalam proses koagulasi,
stabilitas koloid sangat berpengaruh. Stabilitas merupakan daya tolak koloid
karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis
(negatif). Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel,
yaitu:
a) Gaya
elektrostatik yaitu gaya tolak menolak terjadi jika partikel-partikel mempunyai
muatan yangsejenis.
b) Bergabung
dengan molekul air (reaksi hidrasi)
c) Stabilisasi
yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.
Suspensi
atau koloid bisa dikatakan stabil jika semua gaya tolak menolak antar partikel
lebih besardari ada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak
terjadi agregasi.Untuk menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya
interaksi antara partikel denganpembubuhan zat kimia supaya gaya tarik menarik
lebih besar.Untuk destabilisasi ada beberapa mekanisme yang berbeda:
a) Kompresi
lapisan ganda listrik dengan muatan yang berlawanan.
b) Mengurangi
potensial permukaan yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang spesifik
denganmuatan elektrostatik berlawanan.
c) Adsorpsi
molekul organik diatas permukaan partikel bisa membentuk jembatan molekul
diantara partikel.
d) Penggabungan
partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari koagulan.
Secara
garis besar (bedasarkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah :
a) Destabilisasi
muatan negatif partikel oleh muatan positip dari koagulan
b) Tumbukan
antar partikel
c) Adsorpsi
Dalam
proses koagulasi, stabilitas
koloid sangat berpengaruh. stabilitas merupakan daya tolak koloid
karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatip). Beberapa gaya yang
menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
1.
Gaya elektrostatik yaitu gaya
tolak menolak tejadi jikapartikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis.
2.
Bergabung dengan molekul air
(reaksi hidrasi)
3.
Stabilisasi yang disebabkan
oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.
Suspensi
atau koloid bisa dikatan stabil jika semua gaya tolak menolk antar partikel
leih besar dari ada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak
terjadi agregasi.
Untuk
menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya interaksi antara partikel
dengan pembubuhan zat kimia supaya gaya tarik menariklebih besar.Untuk
destabilisasi ada beberapa mekanisme yang berbeda:
a)
Kompresi lapisan ganda listrik
dengan muatan yang berlawanan.
b)
Mengurangi potensial permukaan
yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang spesifik dengan muatan elektrostatik
berlawanan.
c)
Adsorpsi molekul organik diatas
permukaan partikel bisa membentuk jembatan moleku diantara partikel.
d)
Penggabungan partikel koloid
kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari koagulan.
Secara garis besar
(bedasarkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah :
a)
Destabilisasi muatan negatif
partikel oleh muatan positip dari koagulan
b)
Tumbukan antar partikel
c)
Adsorpsi
3. Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Koagulasi
1)
Pemilihan bahan kimia
Untuk
melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik
air baku yang akan diolah yaitu :
Ä
S u h u
Ä
pH
Ä
Alkalinitas
Ä
Kekeruhan
Ä
W a r n a
Efek
karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah:
Ä Suhu berpengaruh terhadap daya koagulasi dan memerlukan pemakaian
bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima.
Ä pH Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh
terhadap koagulasi. pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang
digunakan.
Ä Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan
koagulasi yang kurang baik, pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan
alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa ( kapur
atau soda abu)
Ä Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok.Makin sedikit
partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu
makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Warna dimana zat organik .
Ä Warna berindikasi kepada senyawa organik, bereaksi dengan koagulan,
menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik tersbut berada di
dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai.
2)
Penentuan dosis optimum
koagulan
Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus
ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan
seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini
fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan
kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum
berulang-ulang.
3)
Penentuan pH optimum
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air,
disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan
di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH
tertentu.
Apabila muatan koloid dihilangkan, maka kestabilan koloid akan
berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Penghilangan
muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit
ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama
ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika
mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di
anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode. Koagulan
yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat
[Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah
dibandingkan dengan jenis koagulan lain.
Proses
Koagulasi
4. Koagulasi dalam Proses
Pengolahan Air
Dari bangunan intake, air
akan dipompa ke bak koagulasi ini. Apa yang terjadi dalam bak ini..?? pada
proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena
pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan
berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel
koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan
secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan
atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang
pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic
jump. Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.
Proses Koagulasi Secara Mekanis dengan
mesin pemutar
BAB III
OBSERVASI DAN TAHAP PELAKSANAAN
3.1 Hasil Kegiatan
1.
Water Treatment
Tahapan yang
dilakukan dalam Observasi di PDAM adalah pengolahan air dari mulai air baku
sampai menjadi air bersih, diantaranya:
a.
Intake
Intake merupakan saluran pembawa air menuju BPT.
Sumber air yang digunakan beragam, ada sungai maupun sumur bor. Pda bangunan
ini terdapat bar screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah, dedaunan, ranting
dan sebagainya.
b.
BPT (Bak Pelepas Tekan)
BPT (Bak Pelepas Tekan) adalah bak yang berfungsi
menurunkan atau melepaskan tekanan air baku dari intake dan sebagai bak
pengendap lumpur dan pasir.
c.
Flokulasi
Bak yang berfungsi untuk mengaduk secara cepat air
yang telah dibubuhi koagulan sehingga terjadi pemisahan flok dengan air atau
flokulasi bisa juga disebut sebagai bak yang memisahkan air bersih dengan air
kotor.
d.
Sedimentasi
Proses selanjutnya adalah pemisahan hasil
sedimentasi (pengendapan) kotoran (pasir dan lumpur) dengan air.
e.
Filtrasi
Unit ini berfungsi mengalirkan air dari bak
sedimentasi melalui pipa. Di unit inilah air mengalami proses akhir yaitu
proses penyaringan.
f.
Clear Water Tank (CWT)
Bak ini berfungsi untuk menampung air bersih yang
sudah melalui tahap penyaringan (filtrasi) yang kemudian dilakukan proses
desinfeksi air dengan menggunakan sodium hypochlorite sebelum didistribusikan
ke konsumen.
2.
Over Flow
Over flow adalah
kejadian terbuangnya air dari bak sedimentasi. Over flow ini bisa disebabkan
karena dua faktor yaitu:
a.
Debit air yang tinggi sehingga bak filtrasi tak mampu
lagi menampungnya.
b.
Air mengalami kejenuhan atau kotoran yang masuk sudah
sangat menumpuk sehingga membuat filternya kotor dan tersumbat sehingga perlu
dilakukan backwash pada unit filtrasi.
Pengertian
‘backwash’ dalam water treatment adalah membalik arah masuknya air ke dalam
tabung filter air. Pada kondisi kerja normal dimana air masuk dari atas filter
(untuk type filter yang vertical) kemudian menembus filter media (pasir atau
karbon aktif) kemudian keluar menuju proses berikutnya. Dengan berjalanya waktu
dan karena pemakain dari filter itu sendiri, media filter akan menjadi kotor
oleh polutan – polutan dalam air yang terperangkap di dalamnya.
Untuk
mengembalikan kondisi filter media seperti semula maka di perlukan pembersihan
/ pencucian media filter secara berkala. Proses ini yang dinamakan ‘backwashing
‘ yaitu mencuci media filter tanpa harus mengeluarkan media filter itu sendiri
dari dalam tabung filter
3.
Kekeruhan
Kekeruhan pada air
disebabkan karena terjadinya hujan. Agar air yang keruh menjadi bersih kembali,
maka harus dibubuhi bahan kimia yang berfungsi untuk mengikat partikel lumpur
dan mengendapkannya sehingga lumpurnya tidak terbawa air.
Banyak jenis bahan
kimia yang digunakan untuk pembubuhan. Salah satunya adalah dengan cara
melarutkan alum dalam bak pendosingan dan di aduk kemudian dialirkan ke BPT.
4.
Analisis Dosis
Optimum Koagulan
Tabel pemakaian
Alumunium Sulfat (AL2SO4)
NTU
|
Q = 250 lt/dt
|
Set pump
|
Air kubik
|
Kg
|
30
|
5,0
|
1000
|
41
|
40
|
6,8
|
1000
|
54
|
50
|
6,8
|
1000
|
54
|
60
|
7,5
|
1000
|
68
|
70
|
7,5
|
1000
|
68
|
80
|
9,0
|
2000
|
81
|
90
|
9,0
|
2000
|
81
|
100
|
10+
|
2000
|
95
|
110
|
10+
|
2000
|
95
|
120
|
10+
|
2000
|
108
|
130
|
10+
|
2000
|
108
|
140
|
10+
|
2000
|
122
|
150
|
10+
|
3000
|
122
|
160
|
10+
|
3000
|
135
|
170
|
10+
|
3000
|
135
|
180
|
10+
|
4000
|
162
|
190
|
10+
|
4000
|
162
|
200
|
10+
|
4000
|
176
|
Tabel Jumlah Pelarut
Sodium Hiphoclorite
Konsentrasi NaOCl
|
NaOCl 250 lt/dt
|
10%
|
152
|
10,5%
|
145
|
11%
|
138
|
11,5%
|
132
|
12%
|
127
|
12,5%
|
122
|
13%
|
117
|
13,5%
|
113
|
Catatan :
·
Sasaran sisa khlor = 0,7 mg/l
·
Berat jenis NaOCl induk diasumsikan = 1,25 kg/l
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan-pembahasan sebelumnya di atas, maka kami dapat menyimpulkan beberapa
hal sebagi berikut:
Air adalah zat atau
materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Standard kualitas air
bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau
angka yang menunjukkan persyaratan–persyaratan yang harus dipenuhi agar air
tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta
gangguan dalam segi estetika.
4.2 Saran
Saran yang dapat
sampaikan mungkin pada unit sedimentasi alangkah baiknya bangunan atasnya
tertutup agar mencegah terbentuknya lumut-lumut, karena kontak langsung dengan
sinar matahari. Dan juga bagi para pekerja di khususnya di PDAM harus lebih
meningkatkan Kesehatan Keselamatan Kerja nya terutama dalam penggunaan alat
pelindung diri untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Comments
Post a Comment