Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

PENYEHATAN DAN PENGOLAHAN AIR KOAGULASI DAN FLOKULASI DI PDAM




PENYEHATAN DAN PENGOLAHAN AIR KOAGULASI DAN FLOKULASI DI PDAM


Koagulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik.



KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Sang Pencipta Allah SWT yang telah menggerakkan tangan Penulis, untuk menyelesaikan Makalah dengan judul “Penyehatan Dan Pengolahan Air Koagulasi Dan Di Pdam. 
Dalam penyusunan makalah ini Penulis memperoleh arahan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terutama dosen pengampu yang telah banyak memberikan masukan.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu Penulis dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan dan pengembangan makalah ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penulis dan umumnya bagi kita semua serta pengembangan ilmu pengetahuan.



Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3    Tujuan........................................................................................................ 2
1.4    Manfaat..................................................................................................... 2
1.5    Waktu dan tempat pelaksanaan................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Air ............................................................................................................. 3
2.2    Koagulasi .................................................................................................. 4

BAB III PROSES PELAKSANAAN
3.1    Gambaran Lokasi Kegiatan ...................................................................... 12
3.2    Hasil Kegiatan........................................................................................... 15

BAB IV PENUTUP
4.1    Kesimpulan................................................................................................ 19
4.2    Saran.......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Koagulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang merata distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula.
Koagulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan prosestak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan).Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabilkarena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH-) dan antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat). $egerasetelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel dapat mengendap.
”Tirta Bumi Wibawa” sebagai PDAM penyedia air minum bagi masyarakat harus mampu menyediakan air minum dengan kualitas dan kuantitas yang memadai untuk dikonsumsi. Proses yang digunakan oleh instalasi pengolahan air di ”Tirta Bumi Wibawa”  ini dalam menyediakan air bersih adalah proses pengolahan sistem konvensional lengkap yang meliputi proses secara fisika, kimia dan biologi. Adapun prosesnya antara lain: koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Sedangkan dalam laporan ini hanya akan dibahas tentang proses koagulasi dan flokulasi saja.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses pengolahan air di PDAM?
2.      Bagaimana Proses Koagulasi pada air PDAM?

1.3    Tujuan
1.         Untuk mengetahui proses pengolahan air di PDAM
2.         Untuk mengetahui Proses Koagulasi pada air PDAM

1.4    Manfaat
  1. Instalasi PDAM
Hasil Observasi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perbaikan dan peningkatan sehingga kualitas kuantitas dan kontinuitas Instalasi semakin membaik.
  1. Institusi pendidikan
Hasil Observasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan pembinaan dan tindak lanjut serta referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
  1. Mahasiswa
Hasil Observasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaplikasian ilmu teoritis di perkuliahan dengan penerapan di dunia kerja.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  AIR
1.      Pengertian Air Bersih
Air bersih merupakan air yang tidak menyebabkan penyakit bagi manusia. Oleh karena itu, air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, sekurang-kurangnya diusahakan mendekati persyaratan air yang telah ditentukan (Kusnoputranto, 2000).
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/ PER/IX/ 1990 yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak mengandung mineral/kuman-kuman yang membahayakan tubuh. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Air  minum  merupakan  salah  satu  kebutuhan  manusia  yang  paling  penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap hidup air  dalam  tubuh  tersebut  harus  dipertahankan.  Kebutuhan  air  minum  setiap  orang bervariasi  dari  2,1  liter  hingga  2,8  liter  per  hari,  tergantung  pada  berat  badan  dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan  fisik, kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1996).

2.      Kualitas Air Bersih
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapatdiminum apabila dimasak.

2.2  KOAGULASI
1.      Pengertian
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi.
Koagulasi (en:coagulation, clotting) adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang memicu partikel koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan (en:agglomerate) dan membentuk trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari hemostasis[1], yaitu saat penambalan dinding pembuluh darah yang rusak oleh keping darah dan faktor koagulasi (yang mengandung fibrin) untuk menghentikan pendarahan (en:hemorrhage) dan memulai proses perbaikan. Kelainan koagulasi dapat meningkatkan risiko pendarahan atau trombosis.
Proses koagulasi terjadi segera setelah terjadinya luka pada pembuluh darah dengan rusaknya endotelium (en:endothelium). Langkah awal koagulasi adalah dengan pelepasan komponen fosfolipid (en:phospholipid) yang disebut faktor jaringan (en:tissue factor) dan fibrinogen sebagai inisiasi sebuah reaksi berantai]. Segera setelah itu keping darah bereaksi membentuk penyumbat pada permukaan luka, reaksi ini disebut hemostasis awal (en:primary).

2.      Mekanisme Koagulasi
1)      Secara fisika
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti :
1)      Pemanasan, Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. contoh: darah
2)      Pengadukan, contoh: tepung kanji
3)      Pendinginan, contoh: agar-agar
2)      Secara kimia
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
a)      Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.
b)      Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut:
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004).
c)      Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
Pencampuran koloid yang berbeda muatan,dan penambahan zat kimia koagulan.
Contoh: Fe (OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
a)      Menggunakan Prinsip Elektroforesis.
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikelkoloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapaielektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.
b)      Penambahan koloid dengan muatan berlawanan.
Dapat terjadi sebagai berikut: Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid,sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004)
c)      Penambahan Elektrolit.
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
d)     Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid.
Dalam proses koagulasi, stabilitas koloid sangat berpengaruh. Stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatif).   Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
a)      Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak terjadi jika partikel-partikel mempunyai muatan yangsejenis.
b)      Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi)
c)      Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.
Suspensi atau koloid bisa dikatakan stabil jika semua gaya tolak menolak antar partikel lebih besardari ada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak terjadi agregasi.Untuk menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya interaksi antara partikel denganpembubuhan zat kimia supaya gaya tarik menarik lebih besar.Untuk destabilisasi ada beberapa mekanisme yang berbeda:
a)      Kompresi lapisan ganda listrik dengan muatan yang berlawanan.
b)      Mengurangi potensial permukaan yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang spesifik denganmuatan elektrostatik berlawanan.
c)      Adsorpsi molekul organik diatas permukaan partikel bisa membentuk jembatan molekul diantara partikel.
d)     Penggabungan partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari koagulan.
Secara garis besar (bedasarkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah :
a)      Destabilisasi muatan negatif partikel oleh muatan positip dari koagulan
b)      Tumbukan antar partikel
c)      Adsorpsi
Dalam proses koagulasi, stabilitas koloid sangat berpengaruh. stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatip). Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
1.      Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak tejadi jikapartikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis.
2.      Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi)
3.      Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.
Suspensi atau koloid bisa dikatan stabil jika semua gaya tolak menolk antar partikel leih besar dari ada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak terjadi agregasi.
Untuk menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya interaksi antara partikel dengan pembubuhan zat kimia supaya gaya tarik menariklebih besar.Untuk destabilisasi ada beberapa mekanisme yang berbeda:
a)      Kompresi lapisan ganda listrik dengan muatan yang berlawanan.
b)      Mengurangi potensial permukaan yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang spesifik dengan muatan elektrostatik berlawanan.
c)      Adsorpsi molekul organik diatas permukaan partikel bisa membentuk jembatan moleku diantara partikel.
d)     Penggabungan partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari koagulan.
Secara garis besar (bedasarkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah :
a)      Destabilisasi muatan negatif partikel oleh muatan positip dari koagulan
b)      Tumbukan antar partikel
c)      Adsorpsi
3.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Koagulasi
1)      Pemilihan bahan kimia
Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :
Ä  S u h u
Ä  pH
Ä  Alkalinitas
Ä  Kekeruhan
Ä  W a r n a

Efek karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah:
Ä  Suhu berpengaruh terhadap daya koagulasi dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima.
Ä  pH Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap koagulasi. pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan.
Ä  Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang kurang baik, pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa ( kapur atau soda abu)
Ä  Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok.Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Warna dimana zat organik .
Ä  Warna berindikasi kepada senyawa organik, bereaksi dengan koagulan, menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik tersbut berada di dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai.

2)      Penentuan dosis optimum koagulan
Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulang-ulang.
3)      Penentuan pH optimum
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu.
Apabila muatan koloid dihilangkan, maka kestabilan koloid akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Penghilangan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode. Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain.
Proses Koagulasi
Description: KOAGULASI
4.      Koagulasi dalam Proses Pengolahan Air
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Apa yang terjadi dalam bak ini..?? pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.
Description: Description: https://aryansah.files.wordpress.com/2010/12/koagulasi.jpg?w=300&h=150
Proses Koagulasi Secara Mekanis dengan mesin pemutar




BAB III
OBSERVASI DAN TAHAP PELAKSANAAN

3.1  Hasil Kegiatan
1.      Water Treatment
Tahapan yang dilakukan dalam Observasi di PDAM adalah pengolahan air dari mulai air baku sampai menjadi air bersih, diantaranya:
a.       Intake
Intake merupakan saluran pembawa air menuju BPT. Sumber air yang digunakan beragam, ada sungai maupun sumur bor. Pda bangunan ini terdapat bar screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah, dedaunan, ranting dan sebagainya.
b.      BPT (Bak Pelepas Tekan)
BPT (Bak Pelepas Tekan) adalah bak yang berfungsi menurunkan atau melepaskan tekanan air baku dari intake dan sebagai bak pengendap lumpur dan pasir.
c.       Flokulasi
Bak yang berfungsi untuk mengaduk secara cepat air yang telah dibubuhi koagulan sehingga terjadi pemisahan flok dengan air atau flokulasi bisa juga disebut sebagai bak yang memisahkan air bersih dengan air kotor.
d.      Sedimentasi
Proses selanjutnya adalah pemisahan hasil sedimentasi (pengendapan) kotoran (pasir dan lumpur) dengan air.
e.       Filtrasi
Unit ini berfungsi mengalirkan air dari bak sedimentasi melalui pipa. Di unit inilah air mengalami proses akhir yaitu proses penyaringan.
f.       Clear Water Tank (CWT)
Bak ini berfungsi untuk menampung air bersih yang sudah melalui tahap penyaringan (filtrasi) yang kemudian dilakukan proses desinfeksi air dengan menggunakan sodium hypochlorite sebelum didistribusikan ke konsumen.
2.      Over Flow
Over flow adalah kejadian terbuangnya air dari bak sedimentasi. Over flow ini bisa disebabkan karena dua faktor yaitu:
a.       Debit air yang tinggi sehingga bak filtrasi tak mampu lagi menampungnya.
b.      Air mengalami kejenuhan atau kotoran yang masuk sudah sangat menumpuk sehingga membuat filternya kotor dan tersumbat sehingga perlu dilakukan backwash pada unit filtrasi.
Pengertian ‘backwash’ dalam water treatment adalah membalik arah masuknya air ke dalam tabung filter air. Pada kondisi kerja normal dimana air masuk dari atas filter (untuk type filter yang vertical) kemudian menembus filter media (pasir atau karbon aktif) kemudian keluar menuju proses berikutnya. Dengan berjalanya waktu dan karena pemakain dari filter itu sendiri, media filter akan menjadi kotor oleh polutan – polutan dalam air yang terperangkap di dalamnya.
Untuk mengembalikan kondisi filter media seperti semula maka di perlukan pembersihan / pencucian media filter secara berkala. Proses ini yang dinamakan ‘backwashing ‘ yaitu mencuci media filter tanpa harus mengeluarkan media filter itu sendiri dari dalam tabung filter
3.      Kekeruhan
Kekeruhan pada air disebabkan karena terjadinya hujan. Agar air yang keruh menjadi bersih kembali, maka harus dibubuhi bahan kimia yang berfungsi untuk mengikat partikel lumpur dan mengendapkannya sehingga lumpurnya tidak terbawa air.
Banyak jenis bahan kimia yang digunakan untuk pembubuhan. Salah satunya adalah dengan cara melarutkan alum dalam bak pendosingan dan di aduk kemudian dialirkan ke BPT.
4.      Analisis Dosis Optimum Koagulan
Tabel pemakaian Alumunium Sulfat (AL2SO4)
NTU
Q = 250 lt/dt
Set pump
Air kubik
Kg
30
5,0
1000
41
40
6,8
1000
54
50
6,8
1000
54
60
7,5
1000
68
70
7,5
1000
68
80
9,0
2000
81
90
9,0
2000
81
100
10+
2000
95
110
10+
2000
95
120
10+
2000
108
130
10+
2000
108
140
10+
2000
122
150
10+
3000
122
160
10+
3000
135
170
10+
3000
135
180
10+
4000
162
190
10+
4000
162
200
10+
4000
176

Tabel Jumlah Pelarut Sodium Hiphoclorite
Konsentrasi NaOCl
NaOCl 250 lt/dt
10%
152
10,5%
145
11%
138
11,5%
132
12%
127
12,5%
122
13%
117
13,5%
113

Catatan :
·         Sasaran sisa khlor = 0,7 mg/l
·         Berat jenis NaOCl induk diasumsikan = 1,25 kg/l

BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan sebelumnya di atas, maka kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagi berikut:
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Standard kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan–persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika.

4.2  Saran
Saran yang dapat sampaikan mungkin pada unit sedimentasi alangkah baiknya bangunan atasnya tertutup agar mencegah terbentuknya lumut-lumut, karena kontak langsung dengan sinar matahari. Dan juga bagi para pekerja di khususnya di PDAM harus lebih meningkatkan Kesehatan Keselamatan Kerja nya terutama dalam penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)