Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN GASTRITIS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A
DENGAN GASTRITIS

Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet yang sembrono

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................. 1
B.     Tujuan Penulisan........................................................................................... 1
C.     Metode penulisan.......................................................................................... 2
D.    Sistematika.................................................................................................... 2    

BAB II TINJAUAN TEORI
A.    Konsep Teori Penyakit.................................................................................. 4
1.      Definisi ................................................................................................... 4
2.      Anatomi dan Fisiologi............................................................................. 5
3.      Etiologi.................................................................................................... 6
4.      Patofisiologi ........................................................................................... 7
5.      Komplikasi.............................................................................................. 9
6.      Manifestasi Klinik................................................................................... 12
7.      Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................... 13
8.      Penatalaksanaan Medis........................................................................... 13
B.     Konsep Proses Keperawatan......................................................................... 15
1.      Pengkajian............................................................................................... 15
2.      Analisa Data dan Pathways.................................................................... 18
3.      Diagnosa Keperawatan........................................................................... 19
4.      Intervensi Keperawatan.......................................................................... 19

BAB III Tinjuan Kasus
A.    Pengkaijian.................................................................................................... 24
B.     Analisa Data Keperawatan........................................................................... 30
C.     Prioritas Diagnosa Keperawatan................................................................... 32
D.    Intervensi Keperawatan................................................................................ 32
E.     Implementasi Keperawatan........................................................................... 34
F.      Evaluasi Keperawatan................................................................................... 38

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan................................................................................................... 39
B.     Saran............................................................................................................. 39

DAFTAR  PUSTAKA..................................................................................... 41
LAMPIRAN




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam (IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri (Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus memahami dan memberikan peran dan asuhan yang tepat karena komplikasi dari gastrtits ini cukup berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian.

B.     Tujuan
1.      Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya gastritis serta mengimplementasikan asuhan keperawatan demam gastritis di lapangan.


2.      Tujuan khusus :
a.       Mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi gastritis
b.      Mengetahui pengkajian keperawatan pada kasus gastritis
c.       Mengetahui diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan
d.      Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien
e.       Mengetahui asuhan keperawatan pada kasus gastritis

C.    Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan sebagai cara pemecahan masalah.  Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan :
1.        Wawancara
Wawancara dilakukan dengan percakapan langsung dengan klien, keluarga dan perawat ruangan.
2.        Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan sistematis
3.        Studi Dokumentasi
Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan diagnostik, laboratorium, dan catatan kesehatan lainnya.
4.        Studi Kepustakaan
Pengumpulan data didapat dari sumber-sumber yang relevan untuk menunjang data, dan selain itu dengan melakukan searching di internet.

D.    Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Berisi tentang konsep dasar yang mencakup pengertian,  anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan, analisa data, diagnosa yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan.
BAB III Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses keperawatan dan catatan perkembangan.
BAB IV Kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Konsep Teori Penyakit
1.      Definisi
Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet yang sembrono (Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ; Hinchliff, 1999 : 182).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492)
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Imu Penyakit Dalam Jilid II)
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138).
Jadi gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :
a.      Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b.      Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan suddart) Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
1)      Gambaran hispatology
·         Gastritis kronik superficial
·         Gastritis kronik atropik
·         Atrofi lambung
·         Metaplasia intestinal
·         Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
2)      Distribusi anatomi
·         Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
·         Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori.

2.      Anatomi dan Fisiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim – enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa – mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.

3.      Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
·         Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).
·         Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
Penyebab lain adalah
·         Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.
·         Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya

4.      Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung mensekresikan hormon gastrin dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung (Guyton, 1997: 1021-1022).
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis (Long, 1996 : 196).
Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin akan merusak lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi epitel. Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat menurunkan produksi mukosa lambung.
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan punggung.
Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan mual dan muntah.
Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapatberdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka faktor intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan terjadi anemia perniciosa (Horbo,2000: 9 ; Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066).

5.      Komplikasi
a.       Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan.
b.      Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik). Sekali bersarang, bakteri Helicobacter pylori dapat bertahan di perut selama hidup seseorang. Namun, sekitar 10-15 persen individu yang terinfeksi kadang-kadang akan mengalami penyakit luka lambung atau usus duabelas jari. Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus duabelas jari daripada di lambung.
Helicobacter pylori merupakan jenis bakteri Gram negative yang berbentuk spiral dan sangat cocok hidup pada kondisi kandungan udara sangat minim. Bakteri Helicobacter pylori berkoloni di dalam lambung dan bergabung dengan luka lambung atau duodenum (lihat gambar). Infeksi oleh Helicobacter pylori banyak ditemui pada penduduk di negara-negara berstandar ekonomi rendah dan memiliki kualitas kesehatan yang buruk.
Menempel dan Menginisiasi pembentukan luka
Helicobacter pylori tinggal menempel pada permukaan dalam lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida yang spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung. Mekanisme utama dari bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA.
Racun VacA akan menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara, diantaranya adalah melalui pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas parasel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel).
Lokasi infeksi Helicobacter pylori di bagian bawah lambung dan mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai dengan komplikasi pendarahan dan pembentukan lubang-lubang. Peradangan kronis pada bagian distal lambung meningkatkan produksi asam lambung dari bagian badan atas lambung yang tidak terinfeksi. Ini menambah perkembangan tukak lebih besar di usus duabelas jari.
Pada beberapa individu, Helicobacter pylori juga menginfeksi bagian badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi, menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya mempengaruhi borok di daerah badan lambung tetapi juga kanker lambung. Kanker lambung merupakan kanker penyebab kematian kedua di dunia.
Peradangan di lendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut dengan limfoma MALT (mucosa associated lymphoid tissue, jaringan limfoid yang terkait dengan lendir). Infeksi Helicobacter pylori berperan penting dalam menjaga kelangsungan tumor. Limfoma-limfoma dapat merosot saat bakteri-bakteri itu dibasmi dengan antibiotik.
Helicobacter pylori hanya terdapat pada manusia dan telah menyesuaikan diri di lingkungan lambung. Hanya sebagian kecil individu terinfeksi berkembang menjadi penyakit lambung. Bakteri Helicobacter pylori sendiri sangat beragam dan galur-galurnya berbeda dalam banyak hal, seperti perekatan ke lendir lambung dan kemampuan menimbulkan peradangan.
Walau pada satu individu terinfeksi, semua bakteri Helicobacter pylori tidak identik, dan selama jalur infeksi kronis, bakteri menyesuaikan diri terhadap perubahankondisi-kondisi di lambung.
Tukak lambung dan usus duabela jari dapat diobati melalui penghambatan produksi asam lambung, tetapi sering kali akan kambuh kembali akibat bakteri dan peradangan kronis lambung tetap ada. Studi Marshall dan Warren menunjukkan bahwa penyakit tukak lambung itu dapat diatasi hanya bila bakteri dibasmi dari lambung dengan antibiotik.
Namun, penggunaan antibiotik secara serampangan dapat mengakibatkan masalah serius, yaitu ketahanan bakteri melawan obat-obat penting. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik melawan Helicobacter pylori pada pasien-pasien yang tidak mengalami tukak lambung dan usus duabelas jari harus dibatasi.

6.      Manifestasi Klinik
a.      Gastritis akut erosive
Gastritis akut erosive sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1)     Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2)     Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3)     Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4)     Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5)     Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6)     Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

b.      Gastritis kronis
1)     Bervariasi dan tidak jelas
2)     Perasaan penuh, anoreksia
3)     Distress epigastrik yang tidak nyata
4)     Cepat kenyang



7.      Pemeriksaan Diagnostik
Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien gastritis adalah:
a.       Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
b.      Pemeriksaan endoskopi.
c.       Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.

8.      Penatalaksanaan Medis
a.      Pemeriksaan darah
 Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b.      Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pyloridalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c.       Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d.      Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e.       Rontgen saluran cerna bagian atas
 Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f.       Analisis Lambung
 Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g.      Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.



B.     Konsep Proses Keperawatan
1.      Pengkajian
Anamnesa meliputi :
1)      Identitas Pasien
a.       Nama
b.      Usia
c.       Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
d.      Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
e.       Alamat
f.       Suku/bangsa
g.      agama
h.      Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/ minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
i.        Riwayat sakit dan kesehatan
1)      Keluhan utama
2)      Riwayat penyakit saat ini
3)      Riwayat penyakit dahulu

2)      Pemeriksaan fisik : Review of System
a.      B 1 (breath)    : takhipnea
b.      B 2 (blood)     : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
c.      B 3 (brain)      : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
d.     B 4 (bladder)  : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
e.      B 5 (bowel)     : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
f.       B 6 (bone)       : kelelahan, kelemahan

3)      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b.      Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c.       Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d.      Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e.       Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f.       Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g.      Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.

4)      Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.



2.      Analisa Data dan Pathways


3.      Diagnosa Keperawatan
1.      Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4.      Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
5.      nyeri berhungangan dengan stress asam lambung.

4.      Intervensi Keperawatan
1.      Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
·         Tujuan :
Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
·         Kriteria Hasil :
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output seimbang.
·         Intervensi :
Intervensi
Rasional
Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum (Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
1.     Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.
2.     Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine


3.     Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi pasien.




1.     Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.


2.     Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan.
3.     Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
·         Tujuan :
·         Gangguan nutrisi teratasi
·         Kriteria Hasil :
a.       Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal.
b.      Albumin, hemoglobin normal.
c.       Klinis : terlihat segar.
d.      Porsi makan habis.
·         Intervensi :
Intervensi
Rasional
1.      Reduksi stress dan farmakoterapi seperti cytoprotective agent, penghambat pompa proton, anatasida.












2.     Koloborasi transfusi albumin.




3.     Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori / kebutuhan nutrisi .



4.     Tambahan vitamin seperti B12.
5.     Batasi makanan yang menyebabkan peningkatan asam lambung berlebih, dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah tentang makan diet.
6.     Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi.


1.      Stress menyebabkan peningkatan produksi asam lambung, untuk klien dengan gastritis penggunaan penghambat pompa proton membantu untuk mengurangi asam lambung dengan cara menutup pompa asam dalam sel lambung penghasil asam. Kemudian untuk penggunaan cytoprotective agent membantu untuk melindungi jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. pada klien dengan gastritis antasida berfungsi untuk menetralisir asam lambung dan dapat mengurangi rasa sakit.
2.     Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar albumin dalam darah kembali normal sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.
3.     Pemasukan individu dapat dikalkulasikan dengan berbagai perhitungan yang berbeda, perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
4.     Mencegah terjadinya anemia.
5.     Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan yang menyebabkan terjadinya gejala.

6.     Program ini mengistirahatkan saluran pencernaan sementara , dan memenuhi nutrisi sangat penting dan dibutuhkan.

3.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemaha fisik.
·         Tujuan :
Intoleransi aktifitas teratasi.
·         Kriteria Hasil :
Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi
Rasional
1.          Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan obat sesuai dengan indikasi.

2.          Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

3.          Ajarkan klien metode penghematan energy untuk aktivitas (lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas)

1.           Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh pasien sehinggga pasien dapat beraktivitas kembali.
2.           Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat mendukung pola istirahat pasien.
3.          Klien dapat beraktivitas secara bertahap sehingga tidak terjadi kelemahan.

4.      Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
·         Tujuan :
Informasi tepat dan efektif.
·         Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.
Intervensi
Rasional
1.          Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
2.          Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.

3.          Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan informasi tentang kontrol masalah kesehatan. Keterlibatan orang lain yang telah menerima masalah yang sama dapat meningkatkan koping , dapat meningkatkan terapi dan proses penyembuhan.
1.          Pengkajian/evaluasi secara periodik meningkatkan pengenalan/pencegahan dini terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan pendarahan pada lambung




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A.    Pengkaijian
2.      Identitas
Identitas pasien
Nama                                        : Tn A
Umur                                        : 56  tahun
Jenis kelamin                            : laki-laki
Pekerjaan                                  : Pedagang
Pendidikan                               : SD
Status                                        : Kawin
Identitas penanggung jawab
Nama                                        : ny. N
Umur                                        : 27 tahun
Jenis kelamin                            : Perempuan
Pekerjaan                                  : Pedagang
Pendidikan                               : SMA
Status                                        : Kawin
Hubungan dengan pasien         : anak
3.      Diagnosa Medis                       : Gastritis
4.      Waktu Dan Tempat
Tgl masuk rumah sakit              :
Tgl pengkajian                          :
Tempat Praktik                         :
5.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
Saat masuk Rumah sakit   : Klien datang Ke IGD RSUD Palabuhanratu jam 19.00 tanggal 19 september 2016  dengan keluhan nyeri pada ulu hati 4 hari yang lalu  disertai mual muntah
b.      Saat pengkajian (PQRST) : Pada tanggal 21 september 2016 dilakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri pada ulu hati, dengan skala nyeri 5 disertai mual muntah
c.       Keluhan penyerta  : Klien mengatakan tidak nafsu makan.
d.      Riwayat Kesehatan Dahulu
1)      Pernah di rawat di Rumah sakit : Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit 3 tahun yang lalu, dengan penyakit yang sama
2)      Obat-obatan yang pernah digunakan  : Obat-obatan yang sering digunakan ketika di rumah biasanya obat dari  warung.
3)      Tindakan (operasi) : Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi.
4)      Alergi  : Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun alergi obat-obatan.
5)      Kecelakaan : Klien mengatakan  pernah mengalami kecelakaan 3 tahun yang lalu.
6)      Imunisasi : Keluarga  mengatakan klien di imunisasi pada saat masih kecil.

6.      Pola Fungsi Kesehatan
a.       Pola Menejemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
1)      Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Pasien mengatakan pasien tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
2)      Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Anak pasien mengatakan jika sakit selalu berobat ke puskesmas.
3)      Factor factor resiko sehubungan dengan kesehatan
Anak pasien mengatakan pasien sering tidak mau makan.
b.      Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan tidur pasien tidak terganggu. Tidur ±7-8 jam. Mulai pukul 21.00-05.00, tidur dengan nyenyak, tidak gelisah, dan tidak sering terjaga pada malam hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur pasien terganggu. Tidurnya tidak teratur, mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2 jam kemudian terbangun, lalu tidur lagi. Pasien sering merasa gelisah, tidurnya tidak nyenyak, dan sering terjaga pada malam hari karena nyeri pada perutnya dan pasien merasa nyei pada luka di bokongnya.
c.       Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit makan dan minum pasien tidak mengalami masalh. Makan 3x/hari dengan nasi, sayur, dan lauk dan habis 1 porsi. Tidak mula dan tidak muntah. Minum ± 6-8 gelas/hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit nafsu makan pasien menurun. Makan 3x/hari namun sedikit sedikit dan tidak habis. Kadang pasien mengeluh mual dan ingin muntah. Minum hanya sedikit, 3-4 gelas/hari.
d.      Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit BAB pasien teratur, 1x/hari, tidak keras dan tidak cair. BAK sering, 5-6x/hari dan tidak nyeri saat BAK.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit BAB pasien tidak teratur, kadang 3 hari baru BAB. BAK hanya sedikit.
Pasien terpasang kateter, urin hanya sekitar 300 cc/hari.
e.       Pola Kognitif Perseptual
Sebelum sakit :Anak pasien mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, dan mengerti apa yang dibicarakan ,berespon dan berorientasi dengan baik dengan orang-orang sekitar”.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien masih dapat berkomunikasi dan berespon dengan baik. Akan tetapi selama sakit pasien jarang berbicara, berbicara hanya seperlunya saja.
f.       Pola Konsep Diri
Gambaran diri : Anak pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh dengan kondisi tubuhnya.
Identitas diri : Anak pasien mengatakan pasien masih dapat mengenali dirinya sendiri.
Peran diri : Anak pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang.
Ideal diri : Anak pasien mengatakan pasien selalu mengatakan ingin hidup dengan baik, sehat, dan ingin melihat anaknya bahagia. Dan saat ini ibu berharap ingin cepat sembuh.
Harga diri : Anak pasien mengatakan di rumah pasien sangat dihargai oleh anak, menantu, dan keluarga.
g.      Toleransi Stres Koping
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan jika mengalami masalah pasien selalu bercerita dengan anak anaknya atau keluarganya dan menyelesaikan masalah secara bersama sama.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit jika mengalami masalah masih selalu bercerita pada anaknya. Dan jika merasa tidak nyaman atau sakit pasien selalu mengatakan pada anaknya.
h.      Pola reproduksi-seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan. Suami pasien sudah meninggal. Pasien memiliki 2 anak perempuan.
i.        Pola Hubungan peran
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak anaknya maupun keluarga lainnya sangat baik dan tidak ada masalah. Pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak dan keluarganya tetap baik dan tidak ada masalah. Selama sakit pasien dirawat di rumah sakit sehingga tidak bisa bekerja seperti biasanya.
j.        Pola Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu sholat 5 waktu.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien belum pernah sholat karena kondisi sakitnya.

7.      Pemeriksaan Fisik
a.       Sistem pernafasan
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot bantu nafas, tidak ada massa, pola nafas normal. fokal fremitus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa. suara paru sonor. suara paru vesikuler, tidak terdengar wheezing dan ronkhi
b.      Sistem kardiovaskular
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot bantu nafas, tidak ada massa, ictus cordis tampak pada itercosta ke 5, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, pulse teraba kuat, batas-batas jantung normal, suara redup, suara paru reguler, tidak terdengar gallop.
c.       Sistem pencernaan .
abdomen flat, simetris, auskultasi gaster normal, peristaltik usus 5x/ menit. Suara lambung tympani, batas hepar normal, ada nyeri tekan di abdomen bagian kiri, tidak terasa pembesaran hepar, tak teraba adanya massa. Mukosa Bibir tampak kering. Lidah tampak putik dan kotor.
d.      Sistem perkemihan
Karakteristik urine/BAK jernih, frekuensi 2-3 sehari,tidak ada nyeri pinggang, tidak terpasang alat bantu BAK, tidak ada darah, bau khas, tidak ada benjolan.
e.       Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik
f.       Sistem genetalia
Klien tidak terpasang DC
g.      Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada pembengkakan pada sendi,tidak menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur, kemampuan ADL mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat tidur, pindah, ambulasi normal.
h.      Sistem integumen
Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang, tidak ada luka, tak ada edema, tidak ada memar, benjolan,lesi.
i.        Sistem persarafan
Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, pupil isokor 3 mm, gerak bola mata bebas ke segala arah, GCS 15, Kesadaran compos mentis, orientasi waktu, tempat, orang normal. Brudzinki negatif, kaku kuduk negatif.

8.      Terapi Obat
a.       Peroral                   : Sukralfat, Paracetamol
b.      Parenteral              : RL/12 jam
JENIS TERAPI
RUTE TERAPI
DOSIS
INDIKASI TERAPI
Omeprazole  inj
Parenteral (IV)
2 x 1 amp
Pengobatan anti emetik
Ondansentron inj
Parenteral (IV)
3 x 1 amp
Pengobatan anti mual
Paracetamol
Oral
3 x 500 mg
Pengobatan anti piretik
Sukralfat
Oral
3 x 1 cth
Pengobatan anti tukak duodenum
9.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Laboratorium darah, urine, feses
b.      Pemeriksaan Rontgen
Tanggal
Jenis Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal

HB
14,1
12-16 gram/ dl

Leukosit
9800
4500-10000 sel/mm

Hematokrit
42
40-48%

Trombosit
302.000
150.000-400.000 sel/mm

Eritrosit
4,42
4,6-6,2juta sel/mm

10.  Informasi Tambahan
Informasi tindakan pembedahan/riwayat  telah  dilakukan  tindakan  medis)

B.     Analisa Data Keperawatan
Waktu
Symptom/Signs
Etiologi
Problem
Hari/Tanggal

DS :
§  Pasien mengatakan “nyeri di ulu hati”
§  Anak pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur pasien terganggu. Tidurnya tidak teratur, mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2 jam kemudian terbangun, lalu tidur lagi. Pasien sering merasa gelisah, tidurnya tidak nyenyak, dan sering terjaga pada malam hari karena nyeri pada perutnya
DO :
§  Keadaan Umum   : Lemah, gelisah, wajah terlihat menahan nyeri.
§  RR : 32x/menit.
§  Irama nafas irregular
§  P : nyeri timbul saat makan Q: nyeri terasa seperti mau muntah R: nyeri di ulu hati S: 4 T: hilang timbul.
§  Nyeri tekan pada daerah ulu hati
§  Leukosit 18.100/cmm

DS :
§  pasien merasa nyeri pada luka di bokonnya.
DO :
§  TD : 91/61 mmHg, Suhu : 38,8°C , RR : 32x/menit.
§  Terdapat luka di daerah bokong atas, luka lembab, kemerahan di daerah sekitar luka.
§  Akral hangat
§  Leukosit 18.100/cmm
Agen cedera biologis (Peradangan pada mukosa lambung)

























Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh)
Nyeri akut





























Risiko infeksi



C.    Diagnosa Keperawatan
Nama  Pasien                    : Tn. A                         Ruang/Unit    : 
No.  Register                     : 144766                      D. Medis        : Gastritis
No Dx
Prioritas Diagnosa Keperawatan

1.

2.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peradangan pada mukosa lambung)
Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh)


D.    Intervensi Keperawatan
Tgl/Waktu
No. Dx
Tujuan Keperawatan
( NOC )
Rencana Tindakan
( NIC )
TTD/ Nama

1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan nyeri berkurang sampai dengan hilang dengan criteria hasil:
Pain Control :
7.      Pasien dapat mengontrol nyeri
8.      Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang
9.      Frekuensi nafas dbn (16-24x/menit)
10.  Skala 0-1 dari 4
11.  Pasien tidak gelisah
12.  Leukosit dbn (4000-10.000 /cmm)

Pain Management :
1.         Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
2.         Kaji nyeri secara komprehensif meliputi ( lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri )
3.         Kaji skala nyeri
4.         Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
5.         Kaji factor yang dapat menyebabkan nyeri timbul
6.         Anjurkan pada pasien untuk cukup istirahat
7.         Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
8.         Monitor tanda tanda vital
9.         Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (relaksasi) untuk mengurangi nyeri
10.     Jelaskan factor factor yang dapat mempengaruhi nyeri
11.     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat


2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan tidak terjadi infeksi, dengan criteria hasil :
Risk Control :
1.      Suhu tubuh dbn (36-37°C )
2.      Frekuensi nafas dbn (!6-24x/menit)
3.      Tidak terjadi infeksi lebih laanjut
4.      Tidak ada tanda tanda inflamasi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa)
5.      Pasien dan keluarga mengetahui tindakan yang tepat untuk mencegah infeksi
6.      Pasien dan keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi
7.      Pasien dan keluarga dapat mengetahui cara perawatan luka yang tepat
8.      Integritas kulit membaik
Infection Control :
1.      Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor.
2.      Kaji tanda tanda vital
3.      Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
4.      Tingkatkan nutrisi dan cairan
5.      Monitor temperature tubuh
6.      Gunakan srategi untuk mencegah infeksi nosokomial
7.      Anjurkan untuk istirahat yang adekuat
8.      Batasi pengunjung bila perlu
9.      Ajarkan pada klien dan keluarga cara perawatan luka yang tepat
10.  Jelaskan pada klien dan keluarga bagaimana mencegah infeksi
11.  Jelaskan pada klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
12.  Anjurkan dan ajarkan pada klien dan keluarga mencuci tangan dengan sabun
13.  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat


E.     Implementasi Keperawatan
Waktu
No. Dx
Implementasi
Respon
TTD/ Nama
Tgl
Jam


















































14.00




14.15



14.30


16.00


17.00





18.00




19.00




19.30




20.00




20.30




21.00





07.00








08.00









09.30





10.00



10.25
1




1&2






1


1





1&2




2




2




2















1&2


















1&2









2







2











1

Menanyakan keluhan yang dirasakan klien



Mengukur TD, Suhu, menghitung nadi, RR


Melihat ekspresi wajah nyeri klien untuk menentukan skala nyeri
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien untuk mengurangi nyeri
Menganjurkan klien untuk beristirahat




Memberikan injeksi ranitidin 25 mg



Menganjurkan pada keluarga untuk memberikan makan pasien sedikit sedikit tapi sering dan menganjurkan untuk minum yang cukup
Melihat luka di bokong pasien, mencatat adanya kemerahan di sekitar luka atau adanya tanda tanda inflamasi lainnya
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi serta bagaimana cara mencegah terjadinya infeksi
Mengukur TD, suhu, menghitung nadi dan RR



Mengecek urin output


Memberikan injeksi furosemid 20 mg

Melihat kondisi pasien dan menanyakan keluhan yang dirasakan pasien






Menganjurkan pada pasien untuk segera tidur
Menanyakan pada keluarga pasien kondisi dan keluhan pasien





Memberikan pengertian pada keluarga pasien, mengakhiri tindakan (mengucapkan terimakasih dan salam)
Menutup tirai dan membatasi pengunjung
Mengukur TD, suhu, menghitung nadi dan RR


Menayakan kondisi dan keluhan pasien






Menanyakan pada keluarga makan dan minum pasien





Melakukan perawatan luka pada pasien



Mengajarkan pada keluarga teknik perawatan luka yang tepat

Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai factor factor yang dapat menimbulkan nyeri dan memperparah nyeri
Memberikan injeksi ranitidin 25 mg

Persiapan pasien akan dipindahkan
DS : pasien mengatakan nyeri pada perutnya
DO : pasien terlihat lemah dan wajah terlihat menahan nyeri
DO : TD : 110/70mmHg
Nadi : 95x/menit
Suhu : 38,8°C
RR : 32x/menit
DO : skala nyeri 4


DS : Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang

DS : pasien mengatakan “iya”
DO : pasien terlihat gelisah
DO : obat ranitidine 25 mg masuk melalui inj.selang infus
DS : keluarga pasien mengatakan pasien hanya mau makan sedikit karena perutnya merasa nyeri dan mual
DS : keluarga pasien mengatakan “mbak ini lukanya lembab”


DS : pasien mengatakan nyeri pada lukanya
DO :luka lembab, kemerahan di daerah sekitar luka
DS : keluarga pasien mengatakan “iya mbak, saya mengerti. Terimakasih”

DO : TD : 124/89 mmHg
Suhu : 36,4°C
Nadi : 68x/menit
RR : 28x/menit
Urin : 300 cc
DO : Obat furosemid 20 mg masuk melalui inj.selang infuse
DS : keluarga pasien mengatakan “terimakasih mbak”
DS : keluarga pasien mengatakan pasien sering terlihat gelisah dan mengatakan pasien sering mengeluh merasa tidak nyaman/nyeri pada perutnya
DO : skala nyeri 3, pasien terlihat gelisah
DS : pasien mengatakan “iya”
DS : keluarga pasien mengatakan pasien masih terlihat gelisah dan sulit tertidur. Pasien juga mengeluh perutnya masih terasa tidak nyaman dan kadang nyeri pada luka di bokongnya
DS : keluarga pasien mengatakan “sama sama mbak, dan terimakasih juga’


DO : TD: 127/88 mmHg
Nadi : 71x/menit
Suhu : 37,1°C
RR : 26x/menit
DS : pasien mengatakan perutnya kadang kadang masih terasa nyeri, dan lukanya perih
DS : keluarga pasien mengatakan tadi malam pasien terlihat gelisah dan beberapa kali terbangun
DS : keluarga pasien mengatakan pasien sudah makan, namun hanya sedikit karena pasien masih mengeluh mual, minum sudah 1 gelas (240 cc)
DS : pasien mengeluh nyeri
DO : luka masih lembab, masih kemerahan di sekitar luka
DS : keluarga pasien mengatakan “iya mbak, saya mengerti. Terimakasih”
DS : pasien mengatakan “Iya”



DO : obat ranitidin 25 mg masuk melalui inj.selang infus
DS : Keluarga pasien mengatakan “terimakasi



F.     Evaluasi Keperawatan
Waktu
Dx. Keperawatan
Evaluasi
TTD/Nama
Hari/Tgl
Jam



17.00
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(peradangan pada mukosa lambung )










Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh )
DS : Pasien mengatakan perutnya kadang masih terasa nyeri
DS : P : nyeri timbul ketika makan Q : nyeri seperti mau muntah R: nyeri di daerah ulu hati T : nyeri hilang timbul
DO : Skala : 3
Wajah terlihat gelisah
A : Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan intervensi
( 1-11)

DS : pasien mengatakan lukanya masih terasa perih
DO : luka lembab dan masih kemerahan di daerah sekitar luka
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
 (1, 2, 3, 4, 5, 13)




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik).

B.     Saran
v  Diharapkan kita dapat menjaga lambung kita dari makanan dan minuman yang masuk ke tubuh agar tidak terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori. Penyebab yang lain yang dapat menimbulkan gastritis adalah stres fisik, bila stres meningkat maka produksi HCL (asam lambung) yang mengakibatkan pH dalam lambung menjadi asam sehingga dapat merusak lapisan lambung, oleh karena itu disarankan untuk tidak menyepelekan stres tersebut.
v  Dengan penjabaran mengenai pencegahan gastritis, diharapkan kita lebih berhati-hati terhadap makanan maupun faktor lain yang menyebabkan resiko infeksi pada lapisan lambung.



DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta






Comments

  1. As part of a school thesis for research I’ve got to search sites with relevant information on given topic and provide them to teacher our opinion and the article. Your post helped me a lot. This is my first time see here. From the tons of comments on your articles, I guess I’m not just one having all the enjoyment right here! I just couldn’t leave your website before telling you that I truly enjoyed the best high quality articles you present for your visitors? Will be returning again frequently to check up on brand new posts.

    Obat Asam Lambung
    Obat Maag
    Manfaat Puasa
    Obat Asam Lambung

    ReplyDelete
  2. terimakasih atas informasinya, atikel ini sangat bermanfaat sekali
    Qnc Jelly Gamat

    ReplyDelete
  3. Askep gastritis nya sangat membantu mbak, saya bisa melanjutkan tugas saya yangtertunda Askep Hepatitis

    LP Hipertensi Terbaru

    ReplyDelete
  4. terimakasih atas informasinya, atikel ini sangat bermanfaat sekali

    Surat Lamaran Kerja Pt Nestle

    ReplyDelete
  5. terimakasih atas informasinya, atikel ini sangat bermanfaat sekali
    Surat Lamaran Kerja Pt Nestle

    ReplyDelete
  6. Bagi Saya yang pernah mengeyam sebagai Kader Posyandu tentu informasi yang Anda sajikan di atas sangat membantu sekali. Bagus artikel ini direkomendasikan kepada mereka yang saat ini menjalankan peran dan tugas Kader Posyandu. Terlepas apapun jabatannya dalam Struktur Posyandu.
    Semoga makin lancar rejekinya....
    Salam bersinergi!

    ReplyDelete
  7. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)