Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Asidosis Respiratorik, Asidosis Metabolik, Alkalosis Respiratorik dan Alkalosis Metabolik



Asidosis Respiratorik, Asidosis Metabolik, Alkalosis Respiratorik dan Alkalosis Metabolik



1.      Asidosis Respiratorik 
a.       Definisi
Asidosis respiratorik adalah gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh retensi CO2  akibat kondisi hiperkaptina. Oleh karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang.
Terjadi peningkatan    H2CO3 yang kemudian menyebabkan peningkatan [H+]. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah penyakit paru, defresi pusat pernapasan, kerusakan saraf atau otot yang menghambat kemampuan bernapas, atau oleh tindakan sederhana seperti menahan napas. Sebagai upaya kompensasi, ginjal akan berupaya menahan bikarbonat untuk mengembalikan rasio asam karbonat dan bikarbonat yang normal. Akan tetapi, karena ginjal berespons relatif lambat terhadap keseimbangan asam-basa, respons kompensasi tersebut mungkin akan membutuhkan waktu beberapa jam sehingga beberapa hari sampai pH kembali normal. Pada klien yang mengalami asidosis respiratorik, cairan serebrospinal dan sel-sel otaknya menjadi asam, menyebabkan perubahan neurologis. Hipoksemia (penurunan kadar oksigen) terjadi karena defresi pernapasan, menyebabkan kerusakan neurologis yang lebih jauh.

b.      Tanda-Tanda Klinis
Tanda-tanda klinis asidosis respiratorik meliputi sebagai berikut.
1)      Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi.
2)      Adanya tanda-tanda defresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran, dan disorientasi.
3)      pH plasma <7,33; pH urine <6.
4)      PCO2 tinggi (7,45 mmHg).



2.      Asidosis Metabolik
a.       Definisi
Asidosis metabolic adalah kesamaan darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melaampaui system penyangga pH, darah akan benar-benar mejadi asam. Jika tubuh terus-menerus menghasilkan terlalu banyak asam, maka akan terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma. Asidosis metabolic dikenal juga dengan istilah asidosis nonrespiratorik, mencakup semua jenis asidosis yang bukan disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh.
b.      Penyebab
1)      Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah methanol(alcohol kayu) dan zat antibeku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolic.
2)      Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolism. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit. Salah sat diantaranya adalah diabetes mellitus tipe I.
3)      Asidosis metabolic dapat terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal dengan asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang memengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
c.       Penyebab utama
1)      Gagal ginjal
2)      Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3)      Ketoasidosis diabetikum
4)      Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5)      Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, methanol, paraldehid, asetazolamid, atau ammonium klorida
6)      Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomy, atau kolostomy.
d.      Tanda dan gejala metabolic
Asidosis metabolic ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan:
1)      Mual,
2)      Muntah dan kelelahan,
3)      Pernapasan kussmaul, yaitu pernapasan cepat dan dalam namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan sebagai berikut:
1)      Kelelahan yang luar biasa
2)      Rasa mengantuk
3)      Semakin mual dan mengalami kebingungan (disorientasi)
4)      Tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok.
5)      pH plasma <3,5, PCO normal, atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
6)      kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20 mEq/l, dewasa <21 mEq/l)
7)      koma dan kematian.
e.       Diagnosis
Asidosis biasanya hanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunkan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Unuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbondioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menemukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urine biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolic yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopik dan penguran pH air kemih.


f.       Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolic bergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perllu dilakukan dialysis untuk mengobati overdosis atau keracunan  yang berat. Asidosis metabolic juga bisa d obati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikaarbonat mungkin secara intravena.

3.      Alkalosis Respiratorik
a.       Definisi
Alkalosis respiratorik merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebihan akibat hiperventilasi. Jika ventilasi paru meningkat, jumlah CO2 yang dikeluarkan akan lebih besar dari pada yang dihasilkan. Akibatnya, H2CO3 yang terbentuk berkurang dan H+ menurun. Kemungkinan penyebab alkalosis respiratorik adalah demam, kecemasan, dan keracunan aspirin yang kesemuanya merangsang ventilasi yang berlebihan. Sebagai upaya kompensasi ginjal akan mengekskresikan bikarbonat untuk mengembalikan pH ke dalam rentang normal.
b.      Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinis alkalosis respiratorik meliputi sebagai berikut:
1)      Pengelihatan kabur
2)      Pasien sering menguap
3)      Napas lebih cepat dan dalam
4)      Kepala terasa ringan
5)      Parestesi sekitar mulut serta kesemutan
6)      Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
7)      Kemampuan konsentrasi terganggu
8)      Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
9)      pH > 7,45
c.       Penyebab
Penyebab akut tlapat berupa stimulasi saraf sentral pada tumor serebri, ensefalitis, dan intoksikasi. Penyebab kronis dapat berupa penyakit paru kronis. Contoh kasus diketahui pH 7,6 (naik), HCO3- 24 mEq/l (normal), PO2 65 mEq/l (turun), PCO2 25 mEq/l (turun), base excess +4 (naik). Diagnosisnya adalah alkalosis respiratorik dengan hipoksia. Hasil analisis gas darah ketidak seimbangan asam-basa, sebagaimana pada Tabel 18.18.
Tabel 18.18 Hasil Analisa Gas Darah Ketidakseimbangan Asam-Basa
Kondisi
pH
HCO3
PCO2
Asam basa seimbang
7,35-7,45
22-26 mEq/l
35-45 mmHg
Asidosis metabolik
< 7,35
< 22 mEq/l
Normal atau < 35 mmHg
Asidosis respiratorik
< 7,35
Normal atau > 26 mEq/l
> 45 mmHg
Alkalosis metabolik
> 7,45
> 26 nEq/l
Normal atau > 45 mmHg
Alkalosis respiratorik
> 7,45
Normal atau < 22 mEq/l
< 35 mmHg

Pada wanita hamil, ketika usia kehamilan sepuluh minggu terjadi penurunan sekitar 5 mmHg (Lowdermik, 2000). Hormon progesteron mungkin bertanggung jawab terhadap peningkatan sensitivitas dari reseptor pusat pernapasan sehingga tidal volume meningkat dan menjadi menurun, base excess (bikarbonat) menjadi menurun, pH meningkat menimbulkan respiratori alkalosis.
d.      Patofisiologi Terjadinya Alkalosis Respiratorik


4.      Alkalosis Metabolik
a.       Definisi
Alkalosis metabolik adalah penurunan (reduksi) H+ plasma yang disebabkan oleh defisiensi relatif asam-asam nonkarbonat. Pada kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak diimbangi dengan peningkatan CO2-. Dalam keadaan tidak terkompensasi, kadar HCO3- bisa berlipat ganda dan menyebabkan rasio alkalotik 40:1. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh muntah yang terus menerus dan ingesti obat-obat alkali. Sebagai upaya kompensasi, pusat pernapasan ditekan agar pernapasan  menjadi pendek dan dangkal. Akibatnya, karbon dioksida menjadi tertahan dan kadar asam karbonat meningkat guna mengimbangi kelebihan bikarbonat.
b.      Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinis alkalosis metabolik sebagai berikut.
1)      Apatis
2)      Lemah
3)      Gangguan mental (misalnya gelisah, bingung, letargi)
4)      Kram
5)      Pusing
c.       Patofisisologi Terjadinya Alkalosis Metabolik



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)